Gaekon.com – Kalau saya jadi pengusaha, tentu sakit hati rasanya jika tempat usaha ditutup pemerintah karena PSBB. Terlebih kalau usaha saya masih skala menengah atau kecil. Menoleh kiri-kanan kok ya tambah loro ati. Ngenes, bisnis yang skalanya multinasional kok nggak ikutan ditutup yo?
Misalnya gini, ini sekedar pengamatan pribadi saja lo ya. Mungkin di kota para pembaca hal ini tidak berlaku. Ada gerai, sebut saja restoran cepat saji McDonald yang masih buka. Ndak ditutup itu meski ada PSBB dan aturan jam malam. Ada juga KFC juga masih buka.
Ya meskipun layanan dine-in atau makan di tempat sudah tidak diperbolehkan. Layanan tetap dibuka untuk drive thru saja alias pesan terus dibadhog nang omah.
Tapi coba tengok, perlakuan aparat ke restoran Rumah Padang. Kok ndak begitu ya. Kok kesannya tebang pilih ya. Asal lagi tebang pilihnya. Contohnya RM Padang yang kena penutupan total.
Atau coba tengok lagi bagaimana nasib warung kopi. Jangankan dibandingkan dengan gerai Starbuck atau lainnya. Lha wong sesama warung kopi rakyat aja nggak jelas dan nggak merata nutupnya kok.
Ada warkop yang sama-sama UMKM. Satu karena ramai sekali akhirnya ditutup aparat. Diberi garis polis dan nggak boleh buka sama sekali selama masa pandemi. Satunya lagi warkop kecil, pengunjung nggak banyak tapi ya lumintu lah, ada terus nggak berhenti-berhenti, nggak ditutup itu.
Lalu dimana landasan regulasinya? Ya pantes rakyat curiga saja ke pemerintah, la wong semua orang ternyata tidak dipandang sama dalam kacamata hukum.
Kenapa tidak bisa diambil jalan tengah seperti perlakuan kepada franchise besar. Warkop, RM Padang dan sebagainya dibiarkan tetap buka, asal cuma take away saja.
Jangan negara nutup sandang pangan orang? tapi ndak juga ngasih bantuan apa apa. Kasian usaha rakyat. Lebih kasian para karyawan yang bergantung hidup pada usaha juragane.
#suaragaekoners
K For GAEKON