Penemuan suatu fenomena yang menajubkan kembali terjadi. Para ahli astronomi berhasil menemukan sebuah bintang “Menari” yang mengorbit lubang hitam di pusat Galaksi Bima Sakti.
Bintang yang diamati para astronom tersebut menari mengikuti irama prediksi teori salah satu ilmuwan jenius dunia, Albert Einstein. Dalam pengamatan ini membuktikan salah satu teori Einstein yang cukup terkenal 100 tahun lalu, yakni relativitas.
Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Astronomi & Astrofisika, para astronom mengatakan bahwa telah melihat orbit bintang itu bergerak melakukan perjalanan dengan pola seperti elips. Pengamatan bintang ini menggunakan teleskop terbesar di dunia di Gurun Atacama, Chili.
Direktur di Institut Max Planck untuk Fisika Extraterrestrial di Garching, Jerman, Reinhard Genzel, menerangkan salah satu teori Albert Einstein terkait dengan relativitas.
“Relativitas umum Einstein memprediksikan bahwa orbit yang terikat dari satu objek di sekitar yang lain tidak tertutup, seperti pada gravitasi Newton, tetapi maju ke depan dalam bidang gerak,” kata Reinhard Genzel, dikutip dari CNN.
Temuan dalam penelitian tersebut menjadi bukti pertama yang mendukung relativitas umum. Karena Genzel mengatakan bahwa efek roset pertama kali terlihat di orbit planet Merkurius di sekitar Matahari.
“Seratus tahun kemudian kami telah mendeteksi efek yang sama dalam gerakan bintang yang mengorbit sumber radio kompak Sagittarius A* di pusat galaksi Bima Sakti. Terobosan dalam pengamatan ini memperkuat bukti bahwa Sagitarius A* harus menjadi lubang hitam supermasif dari 4 juta kali massa matahari,” ujar Genzel.
Sebagai informasi, Sagitarius A* adalah lubang hitam supermasif di pusat galaksi. Jaraknya 26.000 tahun cahaya dari matahari. Tata surya Bumi ada di tepi salah satu lengan spiral besar Bimasakti.
Genzel juga menjelaskan bahwa bintang padat dapat ditemukan di sekitar lubang hitam. Bintang tersebut, salah satunya adalah S2. Dalam pengamatan tersebut S2 melewati paling dekat dengan lubang hitam dalam waktu kurang dari 20 miliar kilometer.
Ketika mendekati lubang hitam, bintang itu bergerak dengan kecepatan cahaya 3 persen. S2 merupakan salah satu bintang terdekat yang ditemukan mengorbit di sekitar lubang hitam. Membuthkan waktu selaman 16 tahun Bumi bagi S2 untuk menyelesaikan orbit di sekitar lubang hitam.
“Setelah mengikuti bintang di orbitnya selama lebih dari dua setengah dekade, pengukuran indah kami dengan kuat mendeteksi presesi S2 Schwarzschild di jalurnya di sekitar Sagittarius A*,” kata Stefan Gillessen, yang memimpin analisis pengukuran di Institut Max Planck untuk Fisika Extraterrestrial.
Objek dapat bergerak lebih dekat atau lebih jauh selama rotasi, sebab orbit biasanya bukan lingkaran yang sempurna. Pendekatan S2 terdekat dari lubang hitam berubah setiap kali, yang membantu menciptakan bentuk roset dan teori relativitas umum memprediksi seberapa banyak perubahan orbit tersebut.
Selama 27 tahun sudah peneliti mengamati pergerakan S2. Pengamatan yang dilakukan ini menggunakan ESO Very Large Telescope. Orbit S2 membawanya mendekati lubang hitam supermasif Bima Sakti dan orbit ini memberikan pengaturan eksperimental yang alami bagi para astronom untuk menguji teori relativitas umum Einstein.
Menurut pengamatan S2 mengayun di Sagittarius A* setiap 16 tahun sekali dan lubang hitam yang berjarak sekitar 12,5 miliar mil (20 miliar kilometer), sekitar empat kali jarak Pluto dari matahari.
Dalam jarak tersebut, gravitasi besar dari lubang hitam supermasif membuat S2 berputar ke belakang berkali-kali. Secara total, tim peneliti menangkap 330 pengukuran posisi dan kecepatan bintang.
Teori relativitas umum Albert Einstein menentukan bagaimana ruang, waktu, dan gravitasi berinteraksi. Teori ini juga mengatakan benda besar dan padat seperti lubang hitam yang dapat membelokkan ruang di sekitar mereka. Ketika para ilmuwan mencari gambar lubang hitam pada 2019, prediksi Einstein tentang apa yang mereka lihat benar adanya.
KL For GAEKON