Orang tua pada umumnya selalu menyarankan anaknya untuk belajar. Seakan – akan belajar menjadi salah satu hal yang perlu dilakukan setiap harinya. Bahkan ada beberapa anak yang masih harus menambah porsi belajar mereka dengan melakukan bimbingan belajar (les) di luar.
Dengan belajar anak bisa mempersiapkan kebutuhan pendidikannya saat akan pergi ke sekolah untuk keesokan harinya. Namun ada beberapa anak yang bisa mengalami gangguan belajar.
Dampak yang dialami oleh anak ketika mengalami gangguan belajar, bukan hanya terjadi pada proses tumbuh kembangnya, akan tetapi juga berdampak pada sosialisasi dan interaksi si anak dengan lingkungannya.
Kondisi keharmonisan dalam keluarga terkadang juga dapat terganggu. Perselisihan dan saling menyalahkan antara kedua orang tua, merasa frustasi, kecewa, putus asa, marah atau bahkan menolak kejadian yang menimpa mereka.
Gangguan belajar anak bisa bermacam-macam, mulai dari kesulitan atau keterlambatan dalam menulis, membaca, berhitung, atau kemampuan motorik. Jangan langsung menuduhnya malas, apalagi bodoh. Memang tidak semua anak dapat dengan mudah menerima pelajaran yang ia dapatkan di sekolah.
Ada sebagian anak yang mengalami gangguan belajar, susah untuk membaca dan menulis, padahal teman-teman di usianya sudah fasih dan mampu melakukannya.
GANGGUAN BELAJAR PADA ANAK ?
Anak yang mengalami kesulitan belajar, bukan berarti tidak cerdas dan tidak memiliki kemampuan sama sekali untuk menerima pelajaran yang diberikan. Gangguan belajar ini adalah masalah yang mempengaruhi kemampuan otak untuk menerima, mengolah, menganalisis, atau menyimpan informasi, sehingga memperlambat anak dalam perkembangan akademik.
Helpguide menjelaskan bahwa gangguan belajar anak berhubungan dengan masalah membaca, menulis, matematika, cara berpikir, mendengarkan dan sampai bicara.
Namun, anak yang mengalami gangguan belajar faktanya anak-anak ini cenderung lebih cerdas dan pintar ketimbang anak-anak yang normal.
CIRI – CIRI GANGGUAN BELAJAR PADA ANAK ?
Gangguan belajar yang sering dialami anak – anak ini sudah terlihat sejak usia 3-5 tahun. Pada usia tersebut, anak akan mengalami perkembangan kognitif balita yang pesat, sehingga anak yang mengalami gangguan belajar akan mengalami keterlambatan. Namun gangguan belajar ini sendiri berbeda-beda, dan dapat ditentukan sesuai dengan usianya.
Ciri gangguan belajar pada anak usia pra sekolah (3-5 tahun)
- Memiliki masalah dalam melafalkan kata.
- Kesulitan memilih kata yang tepat.
- Kesulitan belajar mengenal huruf, angka, warna, bentuk, dan nama-nama hari.
- Kesulitan mengikuti arahan sederhana atau mengikuti rutinitas sehari-hari.
- Kesulitan dalam mewarnai dengan menggunakan krayon atau pensil warna.
- Bermasalah dengan beberapa bagian, seperti kancing, ritsleting, dan memasang sepatu.
Ciri gangguan belajar pada anak usia 5-9 tahun
- Kesulitan dalam belajar mencocokkan gambar dan suara (misalnya, gambar kucing dengan suara meong).
- Kebingungan dengan kata dasar ketika belajar membaca.
- Lambat dalam mempelajari kemampuan baru.
- Membaca dan mengucapkan kata yang salah secara konsisten dan berulang.
- Bermasalah dengan konsep matematika sederhana.
- Kesulitan dalam mengerti konsep waktu dan mengingat sesuatu.
Ciri gangguan belajar pada anak usia 10-13 tahun
- Kesulitan dalam membaca dan matematika dasar.
- Menghindari kegiatan membaca dengan lantang.
- Tidak suka membaca dan menulis.
- Kemampuan penataan diri yang buruk (membereskan kamar, mengerjakan tugas sekolah, membersihkan meja belajar).
- Kesulitan dalam mengikuti diskusi dan tidak bisa mengekspresikan pendapat di dalam kelas.
- Bermasalah dengan kata-kata dan ulangan di sekolah.
Ciri gangguan belajar pada remaja akhir dan dewasa
- Kesulitan membaca, menulis, dan berbicara.
- Kesulitan mengambil kesimpulan dari suatu bacaan atau informasi.
- Mengerjakan hal sederhana terlalu lambat.
- Kesulitan beradaptasi pada lingkungan baru.
- Kemampuan mengingat yang terlalu rendah.
Menurut psikolog Ike R Sugianto, P.Si, mengatakan bahwa kesulitan belajar bukan suatu penyakit, melainkan tanda dari perkembangan otak yang masih kurang optimal.
Ike menuturkan ada beberapa ciri yang menunjukkan anak mengalami kesulitan belajar yaitu:
- Nilai pelajaran yang naik turun
- Sulit mengatur kegiatan atau barang
- Mudah lupa
- Sering kehilangan barang-barang
- Sering melamun
- Ceroboh dan tidak teliti
- Tidak termotivasi untuk belajar
- Mudah menyerah
- Sulit duduk tenang untuk jangka waktu yang lama
- Banyak berbicara
- Sulit menunggu giliran
- Suka jail, iseng dan impulsif
Berdasarkan pantauan Gaekon dari Mayo Clinic, ketika merasa anak memiliki ciri-ciri gangguan belajar di atas, sebaiknya meminta evaluasi dari guru di sekolah atau menjalani tes bersama dengan dokter.
Tes ini untuk memeriksa apakah anak memiliki masalah medis lain, misalnya gangguan penglihatan dan pendengaran, sebelum memvonis anak mengalami gangguan belajar. Tes ini melibatkan tim profesional, seperti psikolog, guru pendidikan khusus, terapis, dan perawat.
Menentukan anak memiliki gangguan belajar tidak bisa sembarangan. Dibutuhkan hasil tes secara medis, tinjauan kinerja akademik anak, dan evaluasi dari orang tua. Salah satu bentuk gangguan belajar yang relevan adalah hiperaktif yang berhubungan dengan pengembangan keterampilan akademik.
PENYEBAB GANGGUAN BELAJAR PADA ANAK ?
Gangguan belajar pada anak biasanya terjadi akibat adanya gangguan terhadap perkembangan otak anak, baik ketika anak berada di dalam kandungan, saat lahir, ataupun ketika berusia balita. Beberapa hal yang dapat menyebabkan seorang anak mengalami gangguan perkembangan otak yaitu:
- Ibu mengalami komplikasi saat masa kehamilan.
- Terjadi masalah ketika persalinan, sehingga membuat oksigen tidak diterima oleh si bayi dan menyebabkan otaknya terganggu.
- Ketika balita, anak mengalami sakit yang keras seperti meningitis atau trauma pada bagian kepala.
Meskipun begitu, sampai saat ini para ahli belum mengetahui secara pasti apa yang menyebabkan gangguan belajar ini terjadi pada anak.
KL For GAEKON