Gaekon.com – Belum lama ini ada dua berita yang cukup trending dimana melibatkan anak-anak sebagai salah satu tokoh sentralnya. Yang terbaru, adalah cerita tentang Rizal, seorang bocah penjual gorengan Jalangkore yang mendapat perundungan di Pangkep Sulawesi Selatan.
Di video yang sempat viral di media sosial, tampak Rizal mendapat perlakuan kasar dari beberapa remaja. Salah satunya adalah Firdaus, yang dalam video itu tampak jelas memukul dan mendorong Rizal hingga terjatuh.
Untungnya, Firdaus dan 8 rekannya telah diamankan pihak yang berwajib. Walaupun sudah meminta maaf, proses hukum harus terus dilakukan agar dapat menimbulkan efek jera.
Kita tinggalkan sebentar cerita soal Riza dan kisah perudungannya yang viral. Beberapa waktu yang lalu, ada juga seorang anak yang dikabarkan mendapat perundungan di jagad maya. Kebetulan, dia adalah putri dari seorang tokoh politik merangkap ketua partai.
Ya, dialah Almira Tunggadewi Yudhoyono, putri dari AHY yang juga merupakan Ketua Umum Partai Demokrat. Berawal dari tugas sekolah Almira yang lantas diposting oleh AHY di media sosial, menuai sindiran dari warganet yang menuding AHY memperalat putrinya untuk ‘menyerang’ Presiden Jokowi dengan cara meminta dilakukan Lockdown untuk mencegah pandemi Corona semakin meluas.
Salah satunya diungkap oleh Denny Siregar. Denny bahkan sempat bersitegang di dunia maya dengan Annisa Pohan, istri AHY sekaligus ibu dari Almira. Annisa menuding Denny telah me-cyber bully anaknya.
Yang menarik untuk diamati, adalah bagaimana sebuah lembaga yang bernama Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam menyikapi kedua kejadian di atas. Dalam kasus Almira, KPAI langsung mengeluarkan pernyataan agar warganet berhenti untuk menyerang si anak.
Namun, berbanding terbalik dengan yang dialami oleh Rizal. KPAI seolah tutup mata tutup telinga akan kejadian yang dialami bocah berkebutuhan khusus itu. Dan tak ada komentar yang disampaikan secara nasional, seperti yang dilakukan pada kasus Almira.
KPAI memang perlu ditinjau ulang manfaatnya. Mungkin masih belum lupa tentang ulah salah seorang komisionernya yang dengan yakin mengatakan bahwa berenang berisiko membawa kehamilan bagi para gadis remaja.
Jika saja KPAI berfungsi dengan baik, tentunya cerita seperti Rizal, dan banyak anak lain yang mengalami perundungan, kekerasan baik fisik maupun seksual, bahkan harus kehilangan nyawa tak bakal sering terjadi. Selama ini, eksploitasi atas anak di Indonesia masih sering terjadi.
KPAI sebagai wakil negara, boleh dianggap gagal dalam memahami bagaimana situasi sosial yang dihadapi anak-anak. Jaman memang berubah. Anak-anak tak lagi bermain kelereng atau layangan, digantikan oleh game online semacam PUBG dan Mobile Legend.
Asupan informasi yang didapat pun lebih beragam akibat bebasnya akses internet. Materi porno, seksual, bahkan ideologi sesat dapat dengan gampangnya diakses oleh generasi penerus bangsa.
KPAI jangan sampai ikut tergoda bermain di ranah politik praktis. Tunaikan saja tupoksi yang telah ditetapkan dengan baik. Agar tak ada lagi Rizal, Almira, Tole, Buyung atau anak-anak lain yang harus mengalami perudungan, atau hilang masa depannya.
Bagaimana pendapat anda?
W For GAEKON