BAYI SUKA NGEMPENG, INI DAMPAKNYA !

0
BAYI SUKA NGEMPENG, INI DAMPAKNYA !

Jika sudah membahas mengenai bayi, pasti tidak lepas dari kata ‘empeng’. Ya ! empeng ini biasa diartikan sebagai dot bayi. Namun tidak bisa dikatakan semua bayi menggunakan dot sebagai alat empengnya. Karena apabila bayi tersebut masih minum Air susu ibu (ASI), maka ia pasti belum dikenalkan dengan dot bayi.

Sementara itu anak yang sudah tidak mengkonsumsi ASI, ia akan diberi susu formula dan hal ini yang menjadi awal perkenalan dia menggunakan dot bayi.

Dot bayi memang menjadi pilihan yang tepat dan cermat sebagai pengganti puting air susu ibu. Beberapa studi yang pernah dilakukan memang menyatakan bahwa pacifier atau empeng bayi mempengaruhi minat si kecil untuk tidak lagi menyusu langsung dari payudara ibunya. Sehingga pengunaan empeng bayi dinilai cukup membantu bagi ibu yang bekerja.

Untuk membuat bayi merasa nyaman, kadang tidak cukup dengan menggendong atau memeluknya. Sebagian bayi memerlukan sesuatu yang dapat dimasukkan ke mulutnya, bahkan saat ia tidak merasa lapar. Itu sebabnya dot bayi atau empeng banyak menjadi pilihan orang tua.

Penelitian lain mengenai bayi mengempeng yang dilakukan oleh Sigund Freud menjelaskan bahwa tahap psikoseksual anak di usia 0 sampai 2 tahun memasuki tahap oral. Menurut Sigund tahap ini ditandai dengan kebiasaan dan kecenderungan anak yang memasukkan semua benda ke dalam mulutnya.

Hal ini terjadi karena si anak ingin merasakan dan mengenal barang baru. Kemudian barang kenalan baru tersebut akan memasuki skema otaknya, lalu membentuk asimilasi dan akomodasi.

Aktivitas oral yang di maksud yaitu lebih banyak dan menitikberatkan dengan cara menghisap jempol, menggigit, serta salah satunya ‘ngempeng’. Pada usia 2 tahun, perkembangan tubuhnya akan lebih pesat. Tumbuh gigi di areal gusi anak akan menyebabkan ia merasa gatal.

Salah satu solusi yang mampu mengurangi rasa gatal tersebut adalah dengan menggigit barang-barang yang ditemuinya. Kebanyakan anak akan menjadi rewel ketika tidak menemukan obyek atau bahan yang bisa digigiti.

Oleh sebab itu, kebanyakan orang tua memberikanya empeng untuk memuaskan rasa ingin tahu si kecil. Terbukti, ketika anak menangis dan diberikan empeng, biasanya mereka akan lebih tenang.

Tekstur empeng dan puting dot yang cukup elastis membuat anak nyaman bahkan bisa jadi ketergantungan. Saat ini empeng sudah menjadi alternatif bagi beberapa orang tua yang bekerja dan menjadi solusi yang tepat untuk memuaskan rasa ingin tahu si kecil terhadap barang – barang baru.

Namun sebenarnya, empeng dan dot ini tidak selamanya baik. Kebiasaan ngempeng ini apabila dibiarkan hingga ia memasuki usia lebih dari 4 tahun, akan memberikan beberapa dampak negatif pada kesehatan anak, antara lain:

  1. Membuat Ketergantungan

Menggunakan dot bayi kemungkinan dapat menjadi kebiasaan yang sulit dilepaskan. Tentu saja hal ini dapat menjadi masalah di kemudian hari. Rasa nyaman yang diciptakan empeng dan dot saat si kecil menghisapnya akan membuat anak ketagihan. Lama-kelamaan anak akan bergantung pada benda ini hingga besar, dan akan menangis jika tidak segera memberikannya. 

  1. Tidak Higienis

Empeng yang sedang diisap si kecil bisa saja jatuh ke lantai. Jika empeng diberikan lagi ke bayi tanpa disterilkan, hal ini berisiko memindahkan kuman dari lantai ke mulut bayi. Penyimpanan dan perawatan empeng yang kurang bersih juga berpotensi membuat bayi terpapar kuman, sehingga akibatnya bayi bisa mengalami infeksi pada rongga mulut dan giginya.

  1. Menyebabkan Masalah Gigi

Masalah gigi yang berhubungan dengan dot bayi sebelum anak berusia dua tahun, akan dapat teratasi dengan sendirinya dalam waktu sekitar 6 bulan setelah tidak lagi menggunakan dot.

Apabila penggunaan dot bayi terus berlanjut sampai usia anak lebih dari 2 tahun, bisa jadi akan menyebabkan masalah gigi yang menetap. Salah satu masalah gigi yang dapat terjadi akibat kebiasaan penggunaan dot adalah bentuk gigi tidak rata.

  1. Terjadi Perubahan Bentuk Rahang

Pertumbuhan gigi yang terganggu juga akan memengaruhi kondisi gusi dan rahang. Bentuknya bisa berubah atau tidak sesuai ukurannya antara yang atas dan bawah.

Bisa terjadi kemungkinan rahang anak akan berubah dan gigi anak menjadi tidak beraturan bentuknya atau tonggos.

  1. Infeksi Telinga – Hidung – Tenggorokan (THT)

Penggunaan empeng dan dot pada anak diatas 1 tahun meningkatkan risiko infeksi pada telinga yang disebabkan oleh volume suara hisapan yang dihasilkan terus menerus.

Selain itu, biasanya anak meminum susu dari dot hingga tertidur, aliran susu yang keluar bisa masuk ke telinga sehingga mengalami infeksi.

  1. Anak Terlambat Bicara

Menggunakan empeng memang tidak baik, salah satunya adalah adanya resiko terjadinya keterlambatan berbicara. Hal ini bisa terjadi karena otot mulut pada bayi kurang terlatih ketika menggunakan empeng.

  1. Rentan Bakteri

Namanya juga anak-anak, pasti sering menjatuhkan benda dalam genggamannya. Jadi empeng dan dot yang digunakan mereka tidak terjamin kebersihannya yang bisa menimbulkan penyakit.

Belum lagi botol, dot, dan empeng harus selalu disterilisasi demi menjaga kebersihannya. Bakteri bisa bersarang dan mengancam kesehatan si kecil.

  1. Percaya Diri Rendah

Menenangkan anak menggunakan empeng bukanlah cara mendidik yang baik. Anak cenderung mengendalikan dirinya dengan bantuan orang lain atau objek lain yaitu empeng dan dot.

Jangan coba-coba menggunakan empeng untuk menenangkan bayi. Pelukan ibu atau orang terdekatnya lebih efektif menenangkan anak.

Terbukti banyak dampak negatif ketika anak dibiarkan berteman dengan ‘empeng’ dot bayi. Mungkin kebanyakan tujuan dari orang tua karena ingin anaknya lebih baik menghisap empeng dari pada menghisap mainan, namun perlu diketahui, baik empeng maupun mainan sama – sama tidak higienis. Boleh saja membiarkan anaknya ngempeng, asalkan tidak dalam waktu yang lama dan terlalu sering.

KL For GAEKON