Kain tenun memang sudah sangat populer ditengah masyarakat. Pasti semua orang sudah memiliki barang koleksi dari kain tenun, meskipun hanya 1 buah saja. Meskipun harganya mahal, keindahan dan keunikan motif kain tenun ini membuat daya tarik tersendiri bagi masyarakat.
Seperti yang dikutip GAEKON dari wikipedia, tenun khas merupakan teknik dalam pembuatan kain yang dibuat dengan prinsip yang sederhana, yaitu dengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang. Dengan kata lain bersilangnya antara benang lusi dan pakan secara bergantian. Bersilangnya benang pada alat tenun membutuhkan konsentrasi dan ketelitian yang ekstra, tidak heran jika harganya relatif mahal.
Kain tenun biasanya terbuat dari serat kayu, kapas, sutra, dan lainnya. Pembuatan kain tenun ini umum dilakukan di Indonesia, terutama di daerah Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Beberapa daerah yang terkenal dengan produksi kain tenunnya adalah Sumatera Barat, Palembang, dan Jawa Barat. Kualitas tenunan biasanya dilihat dari mutu bahan, keindahan tata warna, motif, pola dan ragam hiasannya.
Produksi kain tenun biasanya dibuat dalam skala rumah tangga. Jadi hanya produksi kecil-kecilan yang didirikan oleh perorangan. Namun siapa sangka pengrajin tenun di Indonesia justru mengembangkan usahanya bukan hanya sekedar menjual produk tenunnya saja, namun juga dijadikan sebagai wisata.
Iya wisata pengrajin tenun, Kampung Tenun Sulaa. Sudah pernah mendengar sebelumnya? Kampung Tenun Sulaa ini berada di Kampung Sulaa atau Kelurahan Sulaa, Kecamatan Betoambari, Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Disebut dengan kampung tenun karena memang penduduknya bermata pencaharian sebagai pengrajin kain tenun khas Buton. Walaupun ada juga yang bekerja sebagai nelayan, namun presentasenya lebih banyak sebagai pengrajin tenun.
Kampung Tenun Sulaa ini diresmikan sebagai kampung wisata tenun yang dimiliki oleh Kota Baubau pada Tahun 2018. Pengrajin tenun khas Buton ini didominasi oleh kaum perempuan terutama ibu-ibu. Mereka membantu mencari penghasilan tambahan selain mendapat dari suaminya. Kemudian untuk para laki-laki (suami) di kampung ini sebagian besar bekerja sebagai nelayan.
Setelah diresmikan kampung Sulaa menjadi Kampung Wisata Tenun oleh pemerintah setempat, pertumbuhan ekonomi disana semakin meningkat. Karena semakin hari kampung Sulaa tidak hanya dikenal oleh warga lokal dari Kota Baubau saja. Namun warga dari luar pulau juga sudah banyak yang membeli produk ini, salah satunya dari Pulau Jawa.
Terkenalnya kain tenun khas Buton oleh masyarakat luas ini, membuat pesanan kain tenun semakin banyak dan meningkat. Sehingga pemasarannya juga semakin luas. Harganya pun cukup beragam. Tergantung pada motif dari tenun khas Buton, bahan yang digunakan hingga proses pembuatannya.
Apabila motif yang dipesan sederhana, maka semakin cepat juga proses pembuatannya, begitupun sebaliknya. Mahal tidaknya harga kain tenun ini juga disesuaikan dengan bahan yang digunakan. Misalnya bahan kain tenun yang terbuat dari benang tenun biasa, tentu memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan kain tenun yang terbuat dari bahan dengan lapisan benang emas.
Seperti yang dikutip GAEKON dari Good news from indonesia, kisaran harga kain tenun khas Buton di Kampung Sulaa yaitu antara 250 ribu rupiah hingga 1 juta rupiah. Lumayan merogoh kocek bukan? Satu orang pengrajin tenun bisa memproduksi 2 hingga 5 kain tenun khas Buton dalam satu bulan.
Selain menjual produk kain tenun, dan menyuguhkan pemandangan benang beserta alat tenunnya, Kampung Tenun Sulaa ini memiliki keunikan tersendiri. Banyak rumah dan perahu penduduk setempat yang dilukiskan menjadi mural dengan berbagai motif objek, antara lain mural seorang perempuan yang sedang menenun, aktifitas warga, tanaman hingga binatang yang akhirnya Kampung Tenun Sulaa memiliki nama tambahan yakni Kampung Tenun Warna-Warni Sulaa.
Sebutan kampung tenun warna-warni ini karena banyaknya mural yang menghiasi rumah warga dengan berbagai warna di dalamnya. Banyaknya warna yang ada baik di dinding rumah maupun di perahu ini membuat Kampung Sulaa seakan lebih hidup, cerah, dan penuh warna.
Karena hal inilah, sampai sekarang banyak wisatawan yang menyempatkan untuk berfoto ketika berkunjung ke Kampung Tenun Sulaa. Selain membeli produk kain tenun khas Buton, para wisatawan juga berselfiria di depan bahkan disamping mural-mural yang bermacam-macam gambarnya.
Dengan inilah para wisatawan bisa berbelanja kain tenun sambil berwisata dengan menikmati warna-warni di Kampung Tenun Sulaa. Keberadaan Kampung Tenun Sulaa juga semakin dikenal melalui upaya pemerintah setempat dan daerah yang mengenalkan kain tenun khas Buton dari Kampung Sulaa di berbagai kegiatan.
Dinas Perdagangan pemerintah setempat juga kerap hadir ke Kampung Tenun Sulaa untuk memberikan pelatihan dan wawasan tambahan kepada masyarakat Kampung Sulaa, terutama untuk kaum muda-mudi. Mengingat kini pengrajin kain tenun di Kampung Sulaa didominasi oleh kalangan ibu-ibu dan lanjut usia. Sehingga diharapkan, para pemuda juga mau belajar untuk membuat kain tenun yang sudah menjadi warisan secara turun-temurun.
Keberadaan Kampung Tenun Sulaa juga menambah destinasi wisata yang ada di Kota Baubau. Kampung Tenun Sulaa berada dekat dengan beberapa lokasi wisata yang terkenal di Baubau, antara lain Pantai Nirwana yang keindahannya selalu membuat betah para wisatawan dan Pantai Tobe-Tobe yang terkenal akan hasil lautnya berupa rumput laut.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk bisa sampai di Kampung Tenun Sulaa ini. Lokasi Kampung Tenun Sulaa dengan pusat kota hanya berjarak sekitar 15 menit dengan mengendarai sepeda motor. Sehingga dapat memudahkan wisatawan dari luar daerah yang berkunjung ke Kampung Sulaa.
KL For GAEKON