Benarkah Warga Lamongan dan Kediri Dilarang Menikah karena Mitos?

0
Benarkah Warga Lamongan dan Kediri Dilarang Menikah karena Mitos?

Jawa Timur – Mitos yang berkembang dari kisah Panji Laras dan Panji Liris di Lamongan, membuat warga Lamongan dilarang menikah dengan warga Kediri.

M Navis, pmerhati sejarah Lamongan ketika dikonfirmasi GAEKON menuturkan, dulu Adipati Kediri mempunyai dua putri kembar, Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi. Sang Adipati lalu mendapat kabar kalau Adipati Lamongan saat itu Raden Panji Puspokusumo, yang keturunan Raja Majapahit ke-14 Hayam Wuruk, juga memiliki 2 orang putra kembar. Yakni Panji Laras dan Panji Liris.

Adipati Kediri kemudian bermaksud menjadi besan Adipati Lamongan. Merasa bingung dengan lamaran Adipati Kediri, Adipati Lamongan mengajukan beberapa syarat. “Yaitu Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi harus mau memeluk Islam. Mempelai perempuan harus yang melamar pihak pria dan mempelai perempuan harus datang ke Lamongan membawa hadiah berupa gentong air dan alas tikar yang terbuat dari batu,” tutur Navis.

Menurut Navis, cerita ini yang menjadi awal mitos tentang tradisi perempuan melamar laki-laki muncul di Lamongan. Adipati Kediri, lanjut Navis, bersedia memenuhi semua persyaratan yang diajukan Andansari-Andanwangi lalu bertolak menuju Lamongan diiringi rombongan besar. Panji Laras dan Panji Liris diminta Raden Panji Puspokusumo menjemput iring-iringan tersebut di tapal batas Lamongan dengan ditemani Patih Lamongan, Ki Patih Mbah Sabilan.

“Saat itu Lamongan sedang mengalami Banjir akibat meluapnya Kali Lamong. Sehingga Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi terpaksa mengangkat kainnya sampai paha agar kainnya tidak basah,” paparnya.”Akibatnya Panji Laras dan Panji Liris bisa melihat kaki Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi ternyata berbulu lebat. Sehingga Panji Laras dan Panji Liris menolak menikahi mereka serta meminta rencana pernikahannya dibatalkan,” imbuhnya.

Mendengar lamaran mereka dibatalkan, Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi merasa terhina dan malu. Mereka bunuh diri di hadapan Panji Laras dan Panji Liris.

Melihat junjungan mereka dihina dan dipermalukan hingga bunuh diri, orang-orang Kediri lantas marah dan ingin membunuh Panji Laras dan Panji Liris. Perang di antara kedua pihak tak dapatdihindarkan, hingga berujung terbunuhnya Panji Laras, Panji Liris dan Ki Patih Mbah Sabilan serta Adipati Lamongan Raden Panji Puspokusumo.

“Sebelum gugur, Adipati Lamongan Raden Panji Puspokusumo berpesan agar anak cucunya tidak ada yang menikah dengan orang Kediri dan itulah yang melatari mitos larangan orang Lamongan menikah dengan orang Kediri,” pungkas Navis.

Kabid Kebudayaan Disbudpar Lamongan Mifta Alamuddin mengakui adanya mitos tersebut. Namun menurutnya, mitos ini berhenti menjadi cerita tutur di masyarakat dan sudah banyak yang tak mempercayainya.

Udin menyebut, banyak teman-temannya yang kini beristri atau bersuamikan orang Kediri dan tidak ada apa-apa yang terjadi. Menurutnya, mitos atau larangan menikah antara orang Lamongan dengan Kediri sudah luntur. “Kini sudah banyak orang Lamongan dan orang Kediri yang menikah. Hal yang sama juga terjadi pada mitos perempuan melamar laki-laki yang juga sudah mulai luntur,” tutur Udin.

Pendapat serupa disampaikan warga Kecamatan Sukodadi, Zulkifli. Menurutnya sekarang banyak yang tidak percaya mitos itu dan kini memiliki istri atau suami warga Kediri. Zulkifli menceritakan, salah seorang tetangganya juga ada yang beristrikan orang Kediri dan masih bersama hingga kini. “Banyak yang menganggap mitos. Buktinya tetangga saya hingga kini sudah lebih 10 tahun berumah tangga ya tetap langgeng karena mungkin sudah jodohnya Mas,” ujar Kifli.

Gentong air dan alas tikar itu masih tersimpan di Masjid Agung Lamongan. Sementara beberapa nama tokoh di cerita ini juga diabadikan menjadi nama-nama jalan di Lamongan. Yaitu Jalan Laras Liris, Jalan Andansari, Jalan Andanwangi dan Jalan Kinameng. “Tiap tahun situs peninggalan tersebut menjadi jujugan agenda utama ziarah dalam rangkaian Hari Jadi Lamongan. Karenanya pemerintah juga tiap tahun menganggarkan secara rutin pemeliharaan situs tersebut,” pungkas Udin.

W For GAEKON