China Stop Basa-Basi, Siap Perang Demi Hong Kong dan Taiwan

0
China Stop Basa-Basi, Siap Perang Demi Hong Kong dan Taiwan

Gaekon.com – Ada peristiwa penting yang akan menjadi awal kelanjutan nasib hubungan China-Taiwan, serta masa depan Hong Kong. Pada 27 Mei 2020, sidang pleno DPR di sana, ditutup dengan melahirkan dua undang-undang yang penting.

Pertama, UU pengaturan masyarakat sipil –yang sudah tertunda puluhan tahun. Yang selanjutnya adalah UU Keamanan Hong Kong –yang menyebabkan demo besar-besaran di pulau itu.

Sidang pleno tahunan DPR di Beijing itu sudah tertunda selama dua bulan lebih, akibat pandemi virus Covid-19. Agendanya tetap: mengesankan dua UU tadi yang dua-duanya sangat mendasar.

Dalam UU Sipil itu diatur soal kepemilikan tanah, rumah, soal waris, hak-hak pribadi, perjanjian kontrak, soal cerai, dan soal gugatan pribadi. Ini bisa dilihat sebagai tanda bahwa China sedang menuju negara komunis yang modern.

Dengan UU Sipil yang baru ini, pemimpin China Xi Jinping, siap membawa China ke era berikutnya, terutama soal hubungan China dengan Taiwan dan Hong Kong yang tak pernah mesra itu, dan terus menjadi sumber kerusuhan sepanjang tahun lalu.

Semua risiko terburuk telah dipikirkan, dan keputusan penting telah diambil oleh 2.878 suara anggota DPR peserta sidang pleno itu saat mengesahkan UU Keamanan Hong Kong. Mulai kini, segala tindakan subversi, infiltrasi asing dan separatisme dimasukkan sebagai tindakan kriminal.

Ini berarti China secara terbuka sudah menyatakan tak takut sama sekali pada ancaman Amerika. Termasuk ancaman fisik maupun ekonomi dari negara-negara Barat. “Tiongkok sekarang sudah tidak sama dengan Tiongkok 100 tahun yang lalu,” ujar Menteri Luar Negeri RRT Wang Yi.

Ucapan itu khusus untuk menanggapi sikap Amerika. Yang untuk pertama kali memberikan ucapan selamat kepada Tsai Ing-wen, pejabat Presiden Taiwan untuk kedua kalinya. Ini artinya Amerika mengakui Taiwan sebagai negara tersendiri yang terpisah dari China.

“Tiongkok itu lho, tidak pernah punya maksud mengubah Amerika. Mengapa Amerika terus bermaksud mengubah Tiongkok,” ujar sang Menlu menyindir. Sekarang dunia internasional tinggal menunggu bagaimana Amerika menyikapi hal ini.

Amerika bagai berhadapan dengan tiga masalah: perang dagang dengan China, pembelaan pada Taiwan, dan mendukung pihak oposisi di Hong Kong. Padahal di dalam negeri AS sendiri, Presiden Trump sedang dipusingkan masalah Covid-19 dan hasil jajak pendapat bahwa Trump bakal keok oleh Joe Biden di pilpres AS November tahun ini.

Di Hong Kong sendiri, sidang pleno legislatif juga sempat ricuh saat membahas pengesahan UU Penghinaan Simbol Negara, yang salah satu isinya menyebutkan bahwa yang menghina lagu kebangsaan nasional (China) bisa dihukum 3 tahun.

Demo anti-RUU itu meledak di Hong Kong. Sejak hari Minggu lalu. Sekalian anti-RUU Keamanan yang lagi dibahas DPR di Beijing. Saking panasnya, saat berlangsung sidang, ada anggota DPRD Hong Kong yang melemparkan benda busuk ke arah ketua sidang.

Kelihatannya, RUU ini bakal tetap disahkan, terutama oleh para anggota yang pro-Beijing. Setelah UU Antipenghinaan Simbol Negara itu diputuskan, DPRD langsung harus bersidang lagi: mengubah UUD Hong Kong. Untuk memasukkan UU Keamanan Nasional yang baru diputuskan DPR di Beijing itu.

Demi kepentingan China, ini memang harus segera disahkan sebelum pemilu Hong Kong September nanti. Dengan demikian, Hong Kong bakal tak dapat lagi memisahkan diri. Hingga tak masalah bila pihak oposisi yang menang, atau jika Hong Kong berbeda dengan Beijing. Karena toh sudah disepakati, satu negara dua sistem.

Karena memang sudah jelas, demo besar-besaran sepanjang tahun lalu memang jelas sekali: mengarah ke kemerdekaan Hong Kong, yang merasa mendapat dukungan Barat. Ini yang tidak diinginkan China, dan mereka siap melakukan segala sesuatu demi itu.

Demikian pula soal Taiwan. China tak lagi menyatakan bakal mengusahakan penyatuan dengan Taiwan secara damai. Artinya, segala cara akan dilakukan, karena China melihat Taiwan memang sudah ancang-ancang mau mandiri.

Kapal perang AS juga sering berada di Taiwan, seakan siap melindungi dan membela. Bagi China, sudah tak ada lagi basa-basi diplomasi. AS/Taiwan/Hong Kong bila berniat ‘jual’, akan ‘dibeli’ secara kontan oleh China.

W For GAEKON