Coto Makassar: Mengenal Salah Satu Makanan Khas Makassar

0
Resep-Asli-Coto-Makassar.png (596×399)
https://www.mediasulsel.com/resep-asli-coto-makassar/

Coto Makassar merupakan salah satu hidangan khas Makassar, Sulawesi Selatan. Hidangan ini berbentuk seperti sup daging dengan isian berupa daging dan jeroan. Bumbu yang digunakan membuat hidangan ini memiliki cita rasa yang gurih. Coto Makassar biasa dimakan dengan ketupat yang dibungkus dengan daun kelapa dan buras atau burasa, yaitu sejenis ketupat yang dibungkus dengan daun pisang. Buras terbuat dari beras yang dicampur dengan santan dan diberi sedikit garam, dibungkus dengan daun pisang dan diikat, lalu dikukus. Yuk kita simak sejarah penemuan Coto Makassar di bawah ini!

Sejarah Coto Makassar

Coto Makassar disebut-sebut telah ada sejak masa Kerajaan Gowa. Kerajaan Goa berpusat di Sombaopu, yang merupakan wilayah selatan Kota Makassar pada tahun 1538 masehi. Saat itu, Coto Makassar adalah hidangan khusus bagi kalangan istana Kerajaan Gowa terlebih lagi jika ada tamu istimewa atau ritual adat. Menurut cerita, Coto Makassar diciptakan oleh rakyat jelata dan disajikan kepada para pengawal kerajaan sebelum mereka bertugas untuk berjaga pada pagi hari. Dikutip dari arsip pemerintah di Makasaar, pada abad ke-16 Coto Makassar mendapat pengaruh dari kuliner Cina yang ada pada saat itu. Hal ini terlihat dari penggunaan sambal tauco.

Sejarah lain mengatakan bahwa seorang juru masak Kerajaan Bajeng yang merupakan sebuah kerajaan di perbatasan Kabupaten Takalar dan Gowa di Sulawesi Selatan, yang bernama Toak setiap hari membuat sajian daging kerbau untuk kalangan kerajaan. Sajian ini hanya memakai daging kerbau saja, sehingga bagian lain seperti hati, limpa, usus, dan jeroannya tidak terpakai. Bagian sisa ini kemudian memberi inspirasi bagi Toak untuk membuat sajian baru. Toak pun kemudian memakai jerohan dan rempah tradisional untuk menciptakan Coto Makassar. Hubungan kekerabatan Toak dan pedagang asing, salah satunya dari Cina membuatnya memadukan Coto Makassar dengan sambal tauco sebagai pendamping sajian.

Toak secara unik tidak menggunakan santan, melainkan air beras dan kacang sebagai kuah dan memasak dalam wadah kuali tanah yang disebut Korong butta atau uring butta. Toak lalu memberi nama hidangannya sebagai Coto Mangkasara. Ia juga awalnya membagikan hidangan ini kepada warga miskin di sekitar kerajaan, prajurit kerajaan, dan kepada pedagang asing yang kebetulan berada di sana. Hal ini membuat hidangan ini lama kelamaan menjadi makanan yang disukai. Toak kemudian memberanikan diri menyajikan hidangan ini kepada raja. Raja ternyata menyukainya dan kemudian menjadikan Coto Mangkasara sebagai sajian istimewa kerajaan.

Coto Makassar Mengandung 40 Jenis Bumbu

resep-coto-makassar.jpg (1055×1066)
https://doyanresep.com/resep-coto-makassar/

Coto Makassar termasuk salah satu hidangan nusantara yang memiliki cita rasa yang tinggi karena mengandung campuran dari 40 jenis bumbu lokal (rampa patang pulo). Bumbu ini terdiri dari kacang, kemiri, cengkeh, pala, foeli, sereh, lengkuas, merica, bawang merah, bawang putih, jinten, ketumbar merah, ketumbar putih, jahe, laos, daun jeruk purut, daun salam, daun kunyit, daun bawang, daun seledri, daun prei, lobak merah, cabai hijau, gula tala, asam, kayu manis, dan garam. Hidangan ini menggunakan papaya muda untuk mengempukkan daging dan kapur untuk membersihkan jerohan.

Seluruh bumbu yang digunakan tidak hanya membuat cita rasa yang gurih, namun juga memiliki fungsi sebagai penawar zat yang ada pada hati, babat, jantung, dan limfa yang banyak mengandung kolesterol dan juga dapat menurunkan darah tinggi setelah makan daging.

Coto Makassar Salah Satu Warisan Budaya

Coto Makassar telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2015. Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud RI mengatakan bahwa hidangan ini diperkirakan telah ada sejak zaman Kerajaan Gowa pada abad ke-16.

 

Zaman sekarang, Coto Makassar mudah ditemui tanpa harus jauh-jauh berkunjung ke Kota Makassar. Makanan ini bahkan telah menjadi ikon kuliner Kota Makassar dan digemari oleh masyarakat Indonesia secara luas. Hidangan berkuah gurih yang kaya akan rempah ini juga sangat cocok dinikmati diberbagai suasana seperti perayaan pernikahan atau ketika cuaca sedang hujan. Nah Gaekoners sendiri suka nggah nih sama Coto Makassar?

 

FT for GAEKON