DAMPAK SERING MEMBENTAK ANAK, ORANG TUA WAJIB TAU !

0
DAMPAK SERING MEMBENTAK ANAK, ORANG TUA WAJIB TAU !

Anak menjadi buah hati yang selalu dinantikan kehadirannya oleh semua pasangan. Orang tua akan melakukan apa saja demi membahagiakan anaknya. Bekerja banting tulang untuk menyekolahkan anaknya, bahkan bekerja hingga larut malam pun dilakukan demi anaknya.

Apapun yang diinginkan anaknya, orang tua selalu berusaha untuk memenuhinya sebisa mungkin. Meminta mainan, meminta pakaian, buku, sepatu, handphone, laptop, motor, mobil semuanya dipenuhi meskipun dalam keadaan tidak memiliki uang. Namun orang tua selalu mengusahakannya. Hal ini dilakukan karena orang tua sayang kepada anaknya.

Karakter anak memang berbeda – beda. Ada yang pendiam, aktif bergerak, cerewet, mudah bosan, mudah marah, cuek, dan lain sebagainya. Tingkat kenakalan dan kejailan anak pun juga berbeda – beda. Terkadang hal inilah yang seringkali membuat orang tua akhirnya memarahinya. Selain itu tidak sedikit pula orang tua yang sedang banyak masalah, sehingga melampiaskan kemarahannya kepada anaknya.

Tanpa disadari memarahi dan membentak anak adalah sesuatu yang tidak patut dilakukan. Apalagi jika memarahinya melebihi batas wajar. Namun orang tua sangat sulit menghindari hal tersebut. Meskipun sudah sekuat tenaga menahan diri, terkadang tingkah laku anak yang menjengkelkan seringkali memacing emosi orang tua. Apabila emosi orang tua sudah terpancing tentu perkataan kasar dengan nada tinggi yang akan terlontarkan.

Tanpa disadari orang tua, bahwa anak – anak belum banyak mengetahui aturan dan pola interaksi, sehingga wajar jika terkadang berbuat salah. Banyak orang tua yang beranggapan jika mereka lebih baik menegur dengan bentakan dari pada menegur dengan tindakan fisik seperti mencubit atau menguncinya di dalam kamar. Hal tersebut sebenarnya anggapan yang salah.

Keduanya sama-sama tidak menunjukkan pola asuh yang baik dan berdampak negatif pada perkembangan mental anak.

Ketika orang tua berteriak, bahkan sampai mengeluarkan kalimat-kalimat kasar, menyerukan namanya dengan wajah penuh amarah, sesuatu yang buruk terjadi pada mentalnya.

Bukan bekas luka fisik, melainkan ingatan buruk yang membekas. Berikut dampak yang bisa terjadi ketika orang tua membentak anaknya :

Anak Menjadi Kurang Percaya Diri

Kebiasaan orang tua memarahi dan membentak anak sebenarnya dapat menjadikan anak kurang percaya diri.

Anak-anak juga memiliki respon yang berbeda-beda terhadap perlakuan dari orang di sekitarnya.

Ada yang sensitif dan sekali dibentak langsung merasa kecewa. Ia menjadi kehilangan kepercayaan diri. Merasa takut bertindak karena nantinya dibentak lagi jika melakukan kesalahan.

Anak Menjadi Minder dan Merasa Cemas

Dampak kedua yang bisa ditimbulkan adalah anak menjadi minder dan merasa cemas. Anak yang terbiasa dibentak dan dimarahi akan mudah merasa cemas dan minder.

Ia takut berbuat salah, sehingga tidak jarang memilih untuk melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Hasilnya, ia mulai belajar berbohong sejak kecil.

Ia takut orang tuanya marah melihat tingkahnya, sehingga ia memutuskan untuk menyembunyikannya.

Jika sejak kecil ia terbiasa berbohong, banyak hal buruk di masa depan yang berpotensi ia lakukan.

Anak Menjadi Tertutup

Anak yang sering dibentak orangtuanya akan tumbuh menjadi pribadi yang tertutup. Hal ini menjadi salah satu dampak yang bisa ditimbulkan.

Bahkan tidak perlu menunggu dewasa, bisa jadi ia mulai menutup diri sejak kecil. Ia tidak lagi menceritakan pengalamannya pada orang tua, lebih banyak diam, dan mudah tertekan.

Walaupun ditanyai terus-menerus, ia malah menganggapnya sebagai bentuk bentakan yang lain.

Hal ini sangat membahayakan, karena apabila anak tertutup, orang tua tidak akan mengetahui apa masalah yang sedang di hadapi anaknya dan tidak mengetahui sesuatu hal tentang anaknya. Hal ini secara tidak langsung akan menjauhkan hubungan batin antara orang tua dan anak.

Padahal orang tua menjadi orang nomor satu tempat cerita dan mengeluhkan sesuatu, namun jika anak sudah tertutup pada orang tua, lalu harus dengan siapa lagi ia akan bercerita ?

Munculnya Sifat Agresif dan Mudah Rewel

Dampak ke empat yang bisa terjadi pada anak ketika kebiasaan marah orang tuanya tidak bisa dihilangkan adalah anak akan mudah rewel dan sifat agresifnya mulai terlihat.

Apabila orang tua mulai membentak si kecil sejak usianya masih sangat kecil, di bawah tiga tahun misalnya, respon pertama yang ia tunjukkan adalah menjadi mudah rewel dan agresif.

Ia mengekspresikan perasaan tidak nyamannya dalam tangisan atau tingkah agresif seperti melempar benda.

Namun apabila ia orang dewasa, tentu akan membalas bentakan dengan ungkapan tidak suka.

Anak Menjadi Traumatik Jangka Panjang

Selain anak menjadi mudah rewel dan agresif, kebiasaan orang tua suka membentak dan memarahi anak ini juga bisa mengakibatkan anak menjadi trauma.

Meskipun perkembangan otaknya belum sempurna, ingatan akan kejadian-kejadian di masa kecil melekat kuat hingga seseorang tumbuh dewasa.

Hal-hal yang orang tua lakukan semasa ia kecil akan terkenang sebagai pelajaran hidup baginya.

Maka si kecil yang biasa menerima bentakan dan teriakan kasar, berpotensi mengalami trauma jangka panjang.

Trauma ini bentuknya bisa bermacam-macam. Ada yang menjadi takut berinteraksi dengan orang lain, tumbuh sebagai pribadi perfeksionis, atau malah tidak ingin menikah dan menjadi orangtua.

Rasa traumanya seakan tidak bisa hilang, ia sangat takut tidak bisa menjadi orang tua yang baik dan mengulangi kesalahan orang tuanya di masa silam.

Bisa Berpotensi Menjadi Pelaku atau Korban Bullying

Dampak terakhir yang bisa berbahaya untuk anak adalah bullying. Dengan kebiasaan orang tua suka memarahi dan membentak sebenarnya bisa berpotensi menjadikan anak korban bullying bahkan bisa juga menjadi pelaku bullying.

Salah satu pemicu anak menjadi pelaku bullying adalah pernah atau sering mendapat perlakuan kasar dalam kesehariannya.

Termasuk apabila orang tua terbiasa membentaknya, ia lebih mudah meniru dan menjadikannya contoh mem-bully orang lain.

Selain menjadi pelaku, ada juga anak yang justru menjadi korban dari para pem-bully. 

Si anak yang menjadi korban bully ini akan merasa bahwa perlakuan teman-temannya tersebut adalah bentuk pengungkapan perasaan marah yang sama juga dilakukan oleh orangtuanya ketika membentaknya.

Memarahi anak bermaksud untuk menegur kesalahannya boleh saja, namun jangan terlalu berlebihan dan menjadi kebiasaan, karena hal ini akan berdampak buruk baginya.

KL For GAEKON