Danau Sentani adalah sebuah danau yang berada di selatan Kabupaten Jayapura. Danau ini memiliki luas 9.360 hektar dan kedalaman 70 meter di bawah permukaan laut. Danau ini terletak di cagar alam Pegunungan Cycloops yang memiliki luas sekitar 245.000 hektar. Danau ini berada di wilayah Sentani, Kabupaten Jayapura yang dapat ditempuh selama 15 menit dari Bandara Sentani.
Wilayah Danau Sentani melingkupi 24 desa dengan berbagai kesenian dan budaya, seperti kerajinan tangan lukisan kulit kayu dan lukisan batu. Tak hanya itu, Danau Sentani juga memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Contohnya adalah keanekaragaman hayati berupa Pohon Matoa, Pohon Pinang, dan Kayu Putih. Terdapat pula Ikan Nila, Ikan Lohan, dan Ikan Tawas yang tersebar di perairan Danau Sentani.
Danau Sentani memiliki 21 buah pulau kecil yang menghiasinya. Arti kata “sentani” adalah “di sini kami tinggal dengan damai”. Nama ini pertama kali disebut oleh seorang pendeta Kristen BL Bin ketika melaksanakan misionaris di wilayah Danau Sentani pada tahun 1898.
Festival Danau Sentani
Pemerintah daerah melakukan kegiatan untuk menarik wisatawan dengan mengadakan Festival Danau Sentani. Festival ini diadakan satu tahun sekali, biasanya pada pertengahan bulan Juni. Festival ini biasa diadakan di wilayah Kalkote, tepian Danau Sentani.
Warga yang umumnya memiliki profesi sebagai nelayan menjadikan festival ini sebagai cara untuk mempromosikan kebudayaan Sentani. Mereka akan menampilkan tarian, kerajinan khas, dan produk budaya lain secara unik.
Fasilitas di Sekitar Danau
Wisatawan dapat berkeliling Danau Sentani dengan menyewa perahu motor. Tak hanya itu, wisatawan juga dapat bermalam di penginapan yang ada di sekitar danau. Penginapan ini umumnya memiliki harga yang terjangkau.
Cerita Rakyat Danau Sentani
Dahulu kala beberapa penduduk purba dari wilayah Papua Nugini melakukan perjalanan dengan mengendarai naga. Mereka mencari wilayah baru untuk ditempati dan menetap. Namun naga yang mereka kendarai tidak mampu terbang jauh dan jatuh ke sebuah danau besar. Naga itu kemudian mati di dalam danau.
Beberapa penunggang naga yang selamat kemudian terjebak di atas bagian tubuh naga yang ada di permukaan danau. Mereka kemudian terdampar di danau itu dan tinggal di atas tubuh naga yang mati.
Menurut legenda, kepala naga itu menjadi pulau di sisi timur danau, bagian ekor menjadi pulau di sisi barat, dan tubuh naga menjadi pulau di bagian tengah yang bernama Pulau Asei.
FT for GAEKON