Gaekon.com – Mochi merupakan salah satu wagashi atau dessert khas Jepang. Kue ini terbuat dari beras ketan, ditumbuk sehingga lembut dan lengket, kemudian dibentuk menjadi bulat.
Mochi memiliki rasa yang khas, yaitu lembut saat pertama kali dimakan dan lama kelamaan menjadi lengket.
Meski kalian mungkin sudah sering mencobanya, karena memang di Indonesia sendiri sudah banyak tersedia, namun apakah kalian tahu bagaimana asal mula adanya kue mochi ini?
Sejarah Mochi
Nama ‘Mochi’ berasal dari berbagai kata, salah satunya adalah kata kerja ‘Motsu’ yang berarti ‘untuk menahan atau memiliki’, yang bermaksud bahwa Mochi berupa pemberian dari para dewa.
Ada juga ‘Mochizuki’ yang berarti ‘bulan purnama’ dan ‘Muchimi’ yang berarti ‘lengket’.
Eksistensi mochi pertama kali diperkirakan mulai muncul saat ada kegiatan perekonomian antara warga Jepang dengan warga pribumi, tepatnya sebelum negara Matahari terbit itu menduduki Tanah Air.
Setelah dibawa oleh orang Jepang (1942-1945) tentara Jepang membuat moci untuk perayaan tahun baru dengan bantuan koki sunda.
Sejarah mengenai tradisi Mochi ini berawal dari pada zaman dahulu, Mochi sering dimakan oleh para petani Jepang pada saat musim dingin untuk meningkatkan stamina mereka.
Selain para petani, Mochi juga sering dimakan oleh para samurai. Â Kue ini memberikan semangat kepada samurai karena sangat mudah disiapkan dan mudah dibawa kemana-mana.
Suara tumbukan pada saat pembuatan Mochi juga dikatakan para samurai hendak maju ke medan perang.
Namun karena para samurai dan hal-hal lainnya dari zaman dahulu yang sekarang sudah tidak ada, maka diambil waktu yang tepat untuk memakan Mochi. Sejak itu ditentukanlah pada tanggal 1 Januari.
Mochi di Indonesia
Di Indonesia, Mochi dapat ditemukan di Jawa Barat. Kue ini biasanya dijadikan oleh-oleh khas terutama di daerah Sukabumi.
Namun, kue mochi di Sukabumi ini berbeda dengan di Jepang. Kue mochi asal Sukabumi memiliki keunikan dalam pengemasannya yaitu menggunakan keranjang bambu. Isian kacang tanah dalam mochi juga tidak ditemukan di mochi Jepang.
Dikemas dalam keranjang bambu yang diberi merek dalam tulisan bahasa Mandarin yang dibaca swang sie yang artinya banyak kebahagiaan.
Setiap keranjang kue mochi biasanya berisi 10 buah mochi berukuran sebesar kelereng, dengan harga mulai Rp 5.000 sampai Rp 7.500 per renteng yang berisi empat keranjang bambu.
Di Sukabumi sendiri bahan dasar pembuatan mochi telah dikenal sejak masa Kerajaan Sunda. Hal ini dibuktikan dari peninggalan Prasasti Sanghyang Tapak Cibadak.
Meski begitu, eksistensi mochi yang dikenal sekarang kemungkinan mulai muncul saat ada kegiatan perniagaan antara warga pribumi dengan Jepang. Sebelum masa pendudukan Jepang di nusantara.
Mochi kemudian berkembang menjadi salah satu komoditas industri kuliner sekitar tahun 1960an. Meski begitu, kemungkinan pada masa tersebut mochi belum menjadi buah tangan khas Sukabumi.
Variasi Kue Mochi
Kue mochi saat ini memiliki sangat banyak variasi. Bukan hanya kue mochi berisi kacang tanah saja, banyak pilihan rasa seperti coklat, keju, wijen, blueberry, strawberry, durian, oreo dan green tea. Kalian juga bisa menemukan mochi berisi ice cream dengan berbagai warna dan rasa.
KA For GAEKON