Gaekon.com – Desa Nagoro yang terletak di wilayah Prefektur Tokushima, Pulau Shikoku, Jepang terbilang cukup unik.
Pasalnya, desa ini adalah satu-satunya desa di Jepang yang banyak dihuni oleh boneka.
Meski sudah banyak seniman di Jepang yang menciptakan boneka, namun Desa Nagoro yang paling memikat hati para wisatawan.
Kira-kira bagaimana sejarah dari Desa Nagoro ini?
Sejarah Nagoro
Nagoro tak akan dikenal luas jika bukan karena jasa Ayano Tsukimi, seorang pembuat boneka yang terampil.
Ia telah membuat boneka seukuran manusia untuk mengisi Desa Nagoro yang jumlah penduduknya menyusut dari tahun ke tahun bahkan bisa dikatakan hampir punah.
Nagoro awalnya memiliki penduduk lebih dari 300 jiwa. Namun, seiring waktu populasinya turun hingga tersisa 35 orang pada Januari 2015. Lima orang meninggal dunia dalam kurun satu tahun setelahnya.
Tsukimi Ayano
Tsukimi Ayano sendiri merupakan seniman kelahiran Nagoro yang kembali ke kampung halaman setelah membangun karier puluhan tahun di Osaka.
Tsukimi kembali ke Nagoro awal 2000-an untuk merawat ayahnya yang kondisi kesehatannya mulai menurun.
Pada 10 Oktober 2017, National Geographic pernah merilis artikel tentang karya Tsukumi di Desa Nagoro. Tsukumi disebut membuat boneka sejak momen-momen awal kepulangannya untuk merawat sang ayah.
Boneka Pengganti Warga yang Meninggal
Berbagai boneka seukuran manusia dibuat untuk menggantikan warga yang meninggal dunia, atau warga yang pindah oleh Tsukumi.
Bahkan saat ayah Tsukumi meninggal dunia, ia membuat boneka ayahnya, dipakaikan baju asli milik ayahnya dan dipasang di ladang sang ayah.
“Saat aku membuat boneka orang-orang yang sudah meninggal. Aku memikirkan masa-masa saat mereka masih sehat. Boneka-boneka itu seperti anak-anakku,” ungkap Tsukumi.
Apa yang dilakukan Tsukumi ini pernah dibuatkan film pendek dokumenter oleh sineas bernama Fritz Schumann. Film pendek dokumenter itu berjudul The Valley of Dolls.
Desa Penuh Boneka
Kalian harus mendaki gunung yang cukup tinggi untuk menemukan desa unik ini. Tak hanya unik, desa ini bahkan masuk dalam daftar desa teraneh di dunia.
Terlihat ada sosok laki-laki yang memancing di sungai, tetapi ternyata bukan manusia melainkan boneka.
Kemudian terlihat pula sosok anak-anak berkerumun di sebuah sekolahan, yang lagi-lagi ternyata bukan manusia, melainkan boneka.
Gedung sekolah yang sudah tutup, kini ruang kelasnya masih terlihat ramai, penuh dengan boneka mirip dengan anak-anak yang pernah belajar disana.
Tukang roti, penjual bahan makanan, penjaja ikan, semuanya masih ada, dalam bentuk replika boneka.
Di desa ini kalian dapat melihat ratusan boneka menjalani kehidupan sehari-hari mereka di luar rumah, mulai dari pekerja konstruksi jalan, pasangan yang duduk di atas batang pohon menyaksikan gemericik sungai, hingga nelayan yang mengenakan sepatu bot wellington sedang beristirahat di teras depan rumahnya dengan putri kecil di sampingnya.
Jumlah boneka di desa itu mencapai 350 buah. Menurut perhitungan sensus pada tahun 2019, hanya memiliki 27 orang penduduk saja.
Rute Menuju Desa Nagoro
Desa Nagoro ini bukan desa yang mudah untuk diakses. Pengunjung harus menyeberangi jembatan tinggi di antara dua gunung.
Jembatan tersebut berupa kayu-kayu yang diikat menjadi satu, dan jarak antar bilahnya besar-besar. Sehingga ketika melangkah bisa mengintip jurang dari ketinggian.
Namun perjalanan yang mendebarkan akan terbayar tuntas, karena ada pengalaman unik di Desa Nagoro.
KA For GAEKON