Dipolisikan gara-gara Kasus Timah, Dosen UI Bela Guru Besar IPB

0

Dipolisikan gara-gara Kasus Timah, Dosen UI Bela Guru Besar IPB

Pakar hukum pidana Universitas Indonesia (UI), Gandjar Laksmana, menyoroti pelaporan terhadap Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Bambang Hero Saharjo ke polisi.

Bambang dilaporkan ke Polisi terkait hasil penghitungan kerugian lingkungan di kasus megakorupsi timah Rp 271 triliun.

Gandjar mengungkapkan bahwa ahli yang memberikan keterangan berdasarkan keilmuan yang dimiliki tidak bisa dilaporkan ke polisi kecuali diduga menerima suap sehingga keterangan yang diberikan tidak sesuai.

“Seorang ahli memberikan keterangan berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Apabila tidak setuju, silakan patahkan dalil ahli tersebut. Bukan dengan legal action apapun. Kecuali bisa dibuktikan (misalnya) adanya suap sehingga ahli memberikan pendapat berbeda dengan pengetahuannya atau pendapatnya selama ini pada peristiwa yang sama atau sejenis,” kata Gandjar.

Menurut Gandjar pelapor sudah keliru dan tidak memahami prinsip keterangan ahli. Gandjar menuturkan polisi wajib menerima segala bentuk laporan. Namun, terkait pelaporan terhadap ahli, tidak bisa ditindaklanjuti.

“Polisi wajib menerima laporan, tapi dalam hal ini tidak bisa ditindaklanjuti kecuali ada bukti disuap dalam memberikan keterangan ahli,” ucapnya.

Sebelumnya, Bambang dilaporkan ke Polda Bangka Belitung (Babel) oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Putra Putri Tempatan (Perpat) Babel, Andi Kusuma. Bambang adalah saksi ahli di kasus korupsi tata niaga timah 2015-2022 yang ditunjuk Kejaksaan Agung (Kejagung) RI.

“Di sini (Bambang) kami laporkan Pasal 242 KUHPidana. Karena, pada saat dihadirkan di persidangan sebagai saksi dari Kejagung, di situ disampaikan malas untuk menjawab (rincian kerugian negara),” jelas Andi kepada wartawan di Mapolda, Rabu (8/1/2025).

Pasal 242 KUHP itu mengatur pemberian keterangan palsu di atas sumpah. Menurut Andi, Bambang bukanlah seorang ahli penghitungan kerugian negara. Jadi Bambang dinilai tidak kompeten melakukan penghitungan kerugian lingkungan, yang disebutnya mencapai Rp 271 triliun.

“Bapak Bambang Hero ini bukan ahli di bidang perhitungan kerugian negara, dia hanya (ahli) lingkungan. Pengambilan (sampel) itu pun dari satelit,” terang Andi.

 

 

KA For GAEKON