Keindahan laut di Indonesia menjadi kebangaan tersendiri bagi masyarakat. Airnya yang berwarna biru dan ombak tenangnya seakan menambah rasa kagum kita terhadap laut. Ekosistem yang hidup dan tumbuh didalamnya membuktikan bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam yang tidak dapat terhitung lagi.
Kekayaan inilah yang menjadi warisan berharga untuk generasi kita ke depan. Namun pada kenyataannya sebagian orang yang tidak bertanggung jawab telah merusak kata indah. Berbagai macam bentuk sampah tersebar di tepi – tepi pantai. Sehingga ketika ombak datang, ia akan banyak menggandeng sampah – sampah tersebut.
Semua ekosistem yang tumbuh di dalam laut akan bertabrakan dengan sampah – sampah dari daratan. Mereka bergelut di dalam laut, karena laut sudah semakin sempit akibat dipenuhi sampah.
Selain mengganggu ekosistem di dalam laut, anak – anak generasi penerus juga sudah tidak bisa lagi menikmati keindahannya, karena laut yang sudah rusak dan penuh sampah. Maka dari itu, anak-anak sejak dini harus dididik untuk mencintai ekosistem laut dan tahu bagaimana memeliharanya.
Melanjutkan komitmen dan konsistensi dalam kampanye pelestarian laut Indonesia dari berbagai jenis sampah terutama sampah tekstil, label Sejauh Mata Memandang (SMM) meluncurkan koleksi anak bertajuk ‘Laut Kita Masa Depan Kita’.
Pameran yang di gelar 3 bulan berturut – turut di awal tahun 2020 ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengedukasi anak-anak Indonesia akan pentingnya menjaga dan melestarikan bumi untuk masa depan yang akan datang.
Dalam koleksi anak ini, SMM menyajikan konsep yang ceria dalam warna dan desain serta menyematkan cerita edukatif untuk menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan. Pada koleksi anak ini, look yang ditampilkan terinspirasi dari pakaian tradisional Indonesia dengan menampilkan motif-motif SMM sebelumnya yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Motif-motif pada pakaian dan aksesoris menggunakan warna marun, kunyit, indigo, hitam, dan putih yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menciptakan baju anak bernuansa trendless dan ceria.
Koleksi anak ‘Laut Kita Masa Depan Kita’ juga dilengkapi dengan peluncuran outfit seperti masker, tas botol minum, tas main, tas belanja, maupun boneka ikan.
Founder & Creative Director SMM Chitra Subyakto mengatakan hal ini untuk menanamkan kecintaan anak sejak dini.
“Tujuannya adalah untuk menanamkan kecintaan anak sedini mungkin pada lingkungan serta kesadaran untuk turut menjaga kekayaan laut Indonesia,” kata Chitra Subyakto.
Chitra juga menjelaskan bahwa anak-anak dan generasi muda merupakan fondasi negeri ini, yang akan mewarisi kekayaan alam dan lingkungan hidup. Koleksi anak ini tidak hanya sekedar perangkat mode, tetapi sarana untuk edukasi.
“Saya ingin menyajikan kegiatan maupun edukasi yang mudah dipahami anak-anak dengan menampilkan data dan informasi tentang kerusakan lingkungan yang tengah terjadi. Semoga menjadi komunikasi yang akrab dan informatif antara orang tua dan anak, untuk mempersiapkan anak menjadi bagian dari perubahan,” jelasnya.
Chitra melalui labelnya memperpanjang masa pakai material kain dan mereduksi jumlah sampah tekstil yang terbuang ke laut. Untuk hal itu, SMM menggunakan kain yang berasal dari serat alam seperti katun, linen, dan tencel sehingga dapat hancur jika tidak digunakan lagi.
“Keseluruhan koleksi tidak menggunakan kulit binatang atau bahan polyester yang mengandung plastik dan tidak bisa terurai. Proses pewarnaan yang ramah lingkungan dilakukan dengan menggukana dua tipe pewarnaan, yaitu pewarna alami dan pewarna buatan yang tidak berbahaya,” tuturnya.
Untuk motif, dia terinspirasi oleh tradisi pakaian adat dan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Setiap tekstil dibuat dengan berbagai proses yaitu batik tulis, batik cap, tenun ikat, dan sablon tangan.
“Kami bekerja sama dengan industri rumahan di Solo, Banyuwangi, Bali, Jakarta dan Sumba. Industri mode termasuk sumber polusi terbesar di dunia, dari rantai supply yang begitu panjang, proses pembuatan yang menggunakan banyak air, distribusi, hingga saat produk sudah tidak dipakai lagi. Maka cara ini bisa mewarisi bumi yang sehat dan indah bagi generasi penerus,” tutup Chitra Subyakto.
Pameran ini merupakan bagian dari peluncuran koleksi Musim Rintik 2019 bertema Daur. Berkolaborasi dengan Felix Tjahyadi (konseptor pameran), Davy Linggar (Fotografer), Tulus (musisi), dan Tenia (Founder & Executive Director Divers Clean Action). Pameran ini di gelar di Senayan City Curated Space, Level One.
Konseptor Pameran Felix Tjahyadi mengatakan lewat konsep slow fashion ini masih konsisten untuk mendorong kepedulian akan keberlangsungan ekosistem laut. Felix berpendapat bahwa di laut tahun 2050 nanti akan lebih banyak plastik daripada ikan.
“Tapi, sekarang kami fokuskan audience-nya ke anak-anak,” tegas Felix.
Felix mengemas pameran ini dengan komunikasi lebih sederhana.
“Tetap on point menyorot kondisi bumi, terutama soal darurat sampah plastik sekali pakai. Pameran dibuat ada kesan bermain, tapi bukan tempat bermain,” tuturnya.
Felix menjelaskan pameran ‘Laut Kita Masa Depan Kita’ dibagi menjadi beberapa seksi. Pertama, lewat video animasi, pameran ini coba mengkomunikasikan soal persepsi barang sekali pakai agar bisa digunakan dengan lebih baik, dikurangi pemakaiannya, bahkan ditinggalkan sama sekali. Kemudian, berlanjut pada bentuk perahu dengan video kondisi laut di Kepulauan Seribu.
“Karena selama ini kebanyakan orang lihat laut dari permukaan saja. Tidak banyak yang tahu bagaimana kondisi di bawah air, seberapa mengkhawatirkan,” tutur Founder and Executive Director Divers Clean Action Tenia.
Kemudian berlanjut pada bentuk kerangka ikan paus yang dibuat dari sambungan kantong plastik, di mana materialnya berasal dari pameran terdahulu.
“Kami coba bangun lagi dengan cara sedemikian rupa supaya lebih menghargai materi yang sudah dibuat,” kata Felix.
Ikan paus yang terpajang di dalam mengartikan seolah mulut kerangka ikan paus sedang berbicara menjelaskan bagaimana kondisi di laut saat ini. Hal ini akan membantu masyarakat menjadi sadar dan mau bertanggung jawab untuk memelihara laut.
KL For GAEKON