Burung Enggang identik dengan bentuk paruhnya yang besar. Burung ini habitatnya tersebar di seluruh dunia, mulai dari Afrika hingga Asia Tenggara. Burung yang biasa disebut dengan Rangkong ini rupanya juga disakralkan oleh suku Dayak, di Kalimantan.
Masyarakat Dayak meletakkan posisi burung enggang layaknya menghormati pencipta. Hampir keseluruhan bagian tubuh enggang selalu disimbolkan untuk benda yang digunakan dalam keseharian masyarakat Dayak. Misalnya rumah adat, baju adat, bahkan tattoo yang melambangkan burung ini.
Saat ini keberadaan Burung Enggang sudah sangat jarang ditemukan. Status burung berparuh besar ini masuk dalam daftar hewan yang terancam punah. Seperti yang dikutip GAEKON dari IDNTimes, berikut fakta tentang Burung Enggang, si paruh besar yang terancam punah.
- Terdiri Dari Banyak Spesies
Melansir dari laman Carolina Birds, burung berparuh kuat dan besar ini merupakan omnivor, di mana mereka suka menyantap buah dan hewan-hewan kecil seperti kadal, tikus, serangga, dan bahkan ular.
Burung Enggan ini salah satu jenis burung yang tergabung dalam famili Bucerotidae, di mana famili ini memiliki 57 spesies di alam. Spesies yang paling terkenal di antaranya adalah genus Aceros, Anorrhinus, Anthracoceros, Berenicornis, dan masih banyak lagi spesies lainnya yang berada di habitat aslinya di dataran Afrika bagian selatan.
- Termasuk Burung Monogami
Berbeda dengan jenis burung lainnya, yang suka berganti pasangan. Burung yang biasa disebut Rangkong ini salah satu spesies hewan yang bersifat monogami, alias hanya memiliki satu pasangan seumur hidupnya, seperti ditulis dalam ScienceNetlinks.
Ketika salah satu dari pasangan tersebut mati, pasangan yang ditinggalkan tidak akan kawin lagi. Kesetiaan ini juga terbukti saat enggang betina bertelur. Ketika telur terkumpul dan siap dierami, enggang betina akan tinggal di lubang pohon yang sarangnya ditutupi lumpur. Selama proses ini, hampir empat bulan lamanya, enggang jantan akan menemani enggang betina dan memberikan makanan dari lubang sempit itu.
- Tinggal Di Pohon-Pohon Besar Dan Tinggi
Fakta ketiga dari Burung Enggang ini adalah tempat tinggalnya biasanya di pohon-pohon besar dan tinggi. Burung ini termasuk spesies dengan bobot dan ukuran tubuh yang cukup besar. Melansir dari Britannica, Burung Enggang suka membangun sarang pada rongga-rongga di pohon yang besar dan tinggi.
Namun masih ada juga spesies Burung Enggang yang hidup di tanah. Biasanya, burung jantan dan betina sama-sama membangun sarangnya dengan bahan dasar campuran lumpur.
Pohon yang berdiameter besar hanya dapat ditemukan di dalam hutan belantara. Maka dari itu burung ini kebanyakan hidup di hutan. Keberadaan hutan yang semakin sedikit, membuat keberadaan Enggang menjadi langka bahkan terancam punah.
- Memiliki Usia Yang Cukup Panjang
Melansir dari Scientific American, Burung Enggang atau Rangkong ternyata memiliki usia yang cukup panjang jika dapat hidup dengan baik di alam liar. Secara umum, mereka dapat hidup hingga 70 tahun lamanya.
Tidak semua spesies Burung Enggang dapat hidup lebih lama. Beberapa spesies harus menghadapi ketatnya seleksi alam, kebanyakan justru diakibatkan oleh kerusakan hutan. Usia hidup burung ini juga tidak dapat mencapai 70 tahun jika ia berada dalam penangkaran.
- Burung Enggang Dilindungi Termasuk Di Indonesia
Status burung enggang ini sangat dilindungi, termasuk di Indonesia. Hal ini dikarenakan keberadaannya yang sudah terancam punah. Bagi siapa saja yang menangkap burung ini di alam liar tanpa adanya izin dari pihak berwenang akan mendapatkan hukuman pidana yang cukup berat. Bukan hanya di Indonesia saja, di negara-negara Afrika juga memiliki hukum ketat bagi siapa saja yang memburu burung ini.
KL For GAEKON