Gaekon.com – High Heels merupakan salah satu alas kaki yang populer di kalangan para wanita. Bahkan banyak wanita yang merasa wajib memiliki high heels ini untuk kebutuhan fashionnya.
Alas kaki yang identik dengan gaya feminim ini untuk memberikan ilusi kaki yang lebih panjang. Selain itu, high heels juga membuat gaya para wanita menjadi lebih modis, dan sebagainya.
Meskipun pada kenyataannya high heels ini kerap dianggap tidak nyaman saat dipakai, namun masih saja banyak wanita yang menyukainya. Tak heran jika koleksi high heels mereka sangat banyak, lantaran kini high heels hadir dalam berbagai bentuk model.
Ada yang modelnya sederhana hanya polosan, bahkan ada pula yang penuh dengan pernak-pernik mutiara untuk menambah kesan mewah. Tak hanya soal model, kini high heels juga hadir dengan berbagai macam warna, mulai dari warna pastel hingga warna mencolok.
Para wanita biasanya memakai high heels saat sedang bepergian ke acara pertemuan formal hingga acara wedding. Namun seiring berjalannya waktu, kini sudah banyak yang memakainya untuk acara santai sehari-hari, seperti jalan-jalan ke mal, dan semacamnya.
Bahkan kini tak hanya wanita saja yang memakainya, anak-anak perempuan juga mulai dibelikan high heels oleh para ibunya. High heels rupanya kini telah mendunia, wanita mana saja tertarik untuk memakainya.
Apakah kalian tahu bagaimana sebenarnya cerita asal mula adanya high heels ini?
Meski high heels ini selalu dikaitkan dengan wanita, namun siapa sangka bahwa dulunya high heels itu merupakan model sepatu yang dibuat untuk laki-laki. Ini dia fakta-fakta tentang high heels.
-
Awalnya High Heels dikenakan prajurit Persia
Menurut seorang pakar sejarah sepatu bernama Cameron Kippen, high heels pertama kali dibuat pada abad ke-15. Awalnya, high heels ini didesain khusus untuk prajurit-prajurit Persia.
Desainnya pun disesuaikan dengan bentuk pijakan kaki pelana kuda. High heels awalnya berfungsi membantu kedua kaki para prajurit persia untuk bisa mencengkram kuat pada bagian pijakan kaki mereka.
Hal ini akan membantu para prajurit untuk tetap bertahan bahkan ketika kuda yang mereka tunggangi tengah melaju dengan sangat cepat.
-
Ratu Catherine de Medici, Wanita pertama yang memakai High heels
Masih di abad ke-15, ratu dari Prancis yang bernama Ratu Catherine de Medici menjadi perempuan pertama yang memakai high heels.
Ratu Catherine memakai high heels untuk menunjang tubuhnya agar dapat terlihat lebih tinggi. Ratu Catherine ini hanya memiliki tinggi tubuh sekitar 150 cm saja. Hal inilah yang akhirnya membuatnya meminta salah seorang pengrajin sepatu dari Florensia untuk memproduksi sepatu dengan hak tinggi untuk dirinya.
High heels resmi dikenakan Ratu Catherine pada tahun 1533 di hari pernikahannya dengan Raja Henry II.
-
High heels dianggap sebagai simbol kekuatan, dominasi dan maskulinitas
Pada tahun 1599, pemimpin Persia pada masa itu Shah Abbas I mengunjungi Eropa untuk menjalin hubungan dengan para pemimpin disana.
Kedatangan Shah Abbas I ke Eropa membuat para bangsawan Eropa justru terpukau dengan alas kaki yang dikenakan oleh Shah Abbas I tersebut. Pasalnya, ia mengenakan high heels.
Sepatu yang memiliki tinggi beberapa inchi di atas tanah tersebut berhasil menonjolkan image yang sangat kuat, penuh dominasi dan maskulin dari pemakainya.
Para bangsawan Eropa yang memang dikenal sangat haus superioritas dan status sosial tersebut segera menyontek gaya sepatu yang dikenakan Shah Abbas I dan mulai ikut menggunakannya dalam keseharian mereka.
-
High heels menjadi favorit Raja Louis XIV
Raja Louis XIV mempunyai tinggi badan 163 cm, namun ia tetap memfavoritkan high heels. Raja Louis XIV suka dengan high heels karena membuatnya tampak lebih tinggi dan memancarkan aura kuat serta mendominasi.
High heels khusus milik Raja Louis XIV ini ditandai dengan sol sepatunya yang berwarna merah dan dibuat dari zat pewarna mahal. Raja Louis XIV sukses menunjukkan superioritas status sosialnya dan membuatnya semakin disegani oleh banyak orang.
Raja Louis XIV tak memperbolehkan siapa pun di Kerajaan Prancis untuk memakai high heels dengan sol berwarna merah seperti dirinya.
-
Para wanita berhasil mengubah citra maskulin dari high heels menjadi feminin
Beberapa dekade setelah high heels tak lagi dikenakan laki-laki, para wanita mulai membangkitkan tren high heels, dan berhasil mengubah citra maskulin dari high heels menjadi feminin.
Hal tersebut dikarenakan pada saat itu kaki serta betis yang terlihat jenjang mulai dianggap sebagai aset perempuan yang melambangkan kecantikan. Para pengrajin sepatu lantas ikut berusaha untuk mendesain dan mengubah bentuk high heels agar terlihat semakin cantik dan feminin.
Akhirnya, high heels pun mulai dianggap sebagai salah satu fashion item yang wajib dipakai oleh perempuan di abad ke-18.
KA For GAEKON