Gapura Candi Bentar di Bali: Simbol Pecahnya Gunung Kailash

0

Gapura Candi Bentar di Bali: Simbol Pecahnya Gunung Kailash

Gaekon.com – Rumah Adat Bali terkenal unik lantaran memiliki bagiannya tersendiri, sehingga bisa dikatakan berbeda dari rumah adat pada umumnya.

Bagian-bagian rumah adat ini terletak secara terpisah-pisah. Rumah adat Bali selain kaya dengan macam-macam bangunan dan ruangannya, juga memiliki filosofi unik.

Dalam setiap pembuatan rumah terdapat sebuah kepercayaan yang menyertai setiap langkahnya. Baik itu tentang bentuk, ukuran, letak, maupun filosofi yang menyertainya.

Rumah adat Bali memiliki arsitektur khusus, dimana bangunannya memiliki struktur, fungsi, dan juga ornamen yang sudah dipakai turun-temurun. Bahkan menurut masyarakat, bangunan rumah mereka sudah tercantum dalam kitab suci Weda.

Simbol Pecahnya Gunung Kailash

Rumah adat di sana memiliki dua bagian, yaitu Gapura Candi Bentar dan rumah hunian. Gapura Candi Bentar ini adalah rumah adat Balinya.

Ada aturan khusus tentang pembangunan rumah adat tradisional Bali, yaitu meliputi arah, letak bangunan, dimensi pekarangan, konstruksi bangunan, dan juga struktur bangunan. Semua itu disesuaikan dengan ketentuan agama setempat.

Gapura ini menjadi ciri khas utama dari rumah adat Bali. Gapura ini menjadi tempat masuk utama ke halaman rumah dan selalu ada di setiap rumah adat Bali. Lalu setelah melewati gapura, akan ada Pura (tempat ibadah umat Hindu), yang terletak terpisah dari bangunan lainnya.

Di dalam Asta Kosala Kosali disebutkan tentang penggunaan Candi Bentar sebagai pintu gerbang untuk masuk ke rumah, tempat umum, dan tempat suci. Konon, Candi Bentar ini merupakan simbol pecahnya gunung Kailash tempat Dewa Siwa bertapa sehingga bentuknya terlihat seperti sebuah gunung yang terbelah menjadi dua.

Gerbang Rumah Adat Bali

Candi bentar dipasang di depan rumah sebagai gerbang masuk ke rumah adat Bali. Tidak hanya rumah adat, bahkan rumah modern pun dibangun Gapura Candi Bentar yang dapat menambah estetika bangunan selain berfungsi untuk menjaga penghuni rumah.

Candi bentar merupakan dua bangunan kembar yang dibuat pada sisi kanan dan kiri pintu gerbang sebuah rumah. Bangunan ini biasanya berisikan ukiran-ukiran khas Bali.

Selain itu, biasanya bentuknya tinggi dan meruncing ke atas. Hal itu dipercaya untuk memperoleh rahmat dari dewa air (Bhatara Wisnu) sebagai dewa pemelihara agar aliran rejeki untuk penghuni rumah adat lancar.

Pada beberapa bangunan Candi Bentar ini juga terdapat lubang dimana masyarakat tradisional Bali akan menghaturkan sesajen dan canang setiap hari. Tujuannya untuk memberikan perlindungan secara niskala atau secara tak kasat mata.

Simbol Rwa Bhineda

Gapura Candi Bentar pada umumnya dibuat dengan bahan batu paras. Para perancang bangunan di Bali disebut dengan Undagi. Sang Undagi inilah yang berperan dalam merancang bentuk dan ukiran yang ada di candi bentar. Jika bahan yang digunakan adalah batu paras, maka batu tersebut akan dipotong dan dibentuk agar memiliki ukiran-ukiran khas Bali.

Ukiran tersebut biasanya sering menggambarkan kehidupan masyarakat tradisional Bali yang mengandung simbol rwa bhineda yaitu dua hal yang selalu berdampingan, seperti yin dan yang, yakni sisi baik dan sisi buruk kehidupan untuk menjaga keseimbangan alam.

Pada ukiran di candi bentar juga disisipkan aksara Ang dan Ah dalam aksara Bali. Aksara Ang bermakna angkasa atau ayah, dan Ah bermakna perthiwi yaitu ibu, dimana kedua hal tersebut jika disatukan akan membentuk sebuah kehidupan.

Bentuk dari gapura candi bentar di Bali mengandung paduraksa, yakni pilar-pilar kokoh yang umumnya terdapat pada pagar rumah atau bangunan. Pilar tersebut berfungsi sebagai penjaga dan pelindung penghuninya.

Pada paduraksa di candi bentar di Bali itulah digambarkan juga Ardha Chandra, yakni bentuk bulan sabit yang mengandung makna bersatunya tri pramana yakni tiga kemampuan manusia untuk bergerak, berkata dan berpikir.

Jadi, diharapkan siapapun yang melewati candi bentar tersebut dapat memiliki pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik ketika berada di dalam area rumah atau bangunan. Secara tidak langsung, hal ini pun dipercaya mampu menjaga penghuni rumah dari segala macam niat jahat.

Fungsi Gapura Candi Bentar

·         Sekat antar bagian area tempat suci

Masyarakat di Bali mengenal istilah Tri Mandala yang artinya tiga ranah bagian untuk tempat suci umat Hindu atau Pura.

Bagian yang pertama adalah nista mandala, yaitu bagian depan rumah dimana merupakan tempat untuk melakukan aktivitas kemasyarakatan seperti upacara adat yang dihadiri oleh para undangan dan tamu. Untuk masuk ke dalam nista mandala, terdapat dua bangunan simetris yang membentuk sebuah gerbang berbentuk meruncing ke atas di sisi kanan dan kiri yang dikenal dengan candi bentar.

Bagian berikutnya adalah madya mandala, umumnya adalah tempat untuk mempersiapkan berbagai keperluan perlengkapan upacara. Dari nista mandala menuju ke madya mandala juga terdapat candi bentar yang menghubungkan kedua area tersebut.

Area yang ketiga menurut konsep tri mandala adalah utama mandala, yakni sebuah area dimana kegiatan upacara inti dilaksanakan. Umumnya, utama mandala ini ditandai dengan adanya satu pintu gerbang yang berbentuk candi kurung yang disebut dengan kori agung, dan diapit oleh dua Candi Bentar.

  •   Pelindung penghuni rumah

Gapura Candi Bentar di rumah tradisional Bali memiliki simbol-simbol tertentu yang diyakini mampu memberikan perlindungan bagi penghuni rumah. Simbol tersebut diyakini dapat membuat siapapun yang masuk ke rumah melewati Candi Bentar tersebut memiliki pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik.

·         Menyambut Rejeki

Gapura Candi Bentar yang dibangun berdasarkan asta kosala kosali, dipercaya mampu mewakilkan rasa syukur atas rahmat Tuhan, sekaligus memperlancar rejeki bagi penghuni rumah.

·         Menambah keindahan bagi bangunan atau rumah

Dengan ukiran dan tampilannya yang unik dan khas, Gapura Candi Bentar dapat menambah estetika arsitektur bangunan sebuah rumah.

 

KA For GAEKON