Gunung Kelud (Kisah Pengkhianatan Janji Sang Dewi)

0
Gunung Kelud
Sumber Foto: www.mytrip.co.id

Gaekon.com – Gunung Kelud salah satu gunung berapi yang menyita perhatian di Indonesia, pasca letusan dahsyatnya di tahun 2014. Bagaimana tidak, Gunung berapi yang berada di Jawa Timur ini mengirim abu vulkaniknya hingga ke luar Jawa Timur, seperti Yogyakarta dan Bandung. Setiap Gunung Berapi pasti memiliki kisah sendiri-sendiri, lalu seperti apakah kisah Gunung Kelud ini?

Gunung ini berada di perbatasan antara 3 kabupaten, yaitu Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang. Gunung Kelud merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia. Sejak tahun 1000 M, Kelud telah meletus lebih dari 30 kali, dengan letusan terbesar berkekuatan 5 Volcanic Explosivity Index (VEI).

Gunung yang mempunyai ketinggian 1.700 meter dari permukaan air laut (mdpl) ini letaknya sekitar 27 km dari pusat kota Kediri. Dibalik keindahan pesona alamnya, Gunung Kelud memiliki legenda yang diyakini oleh masyarakat Kediri hingga saat ini.

Dewi Kilisuci

Berdasarkan cerita rakyat yang dipercaya oleh masyarakat Kediri, asal muasal Gunung Kelud berawal dari pengkhianatan kisah cinta sang dewi pada dua raja.

Zaman dahulu ada seorang putri anak Jenggolo Manik bernama Dewi Kilisuci. Ia memiliki paras yang cantik dan disukai oleh orang-orang, terutama para raja. Suatu ketika, Dewi Kilisuci dilamar oleh dua orang raja yang bukan dari bangsa manusia.

Dua orang raja itu adalah Lembu Suro berkepala lembu sedangkan Mahesa Suro berkepala kerbau.

Sayembara Membuat Sumur Di Puncak Gunung

Dewi Kilisuci sebenarnya ingin langsung menolak lamaran tersebut. Namun ia lebih dahulu memberikan tantangan kepada keduanya.

Sang dewi kemudian memberikan sayembara yang tidak mungkin dikerjakan oleh manusia biasa. Isi sayembara tersebut Dewi Kilisuci meminta dua raja itu membuat dua sumur di atas puncak Gunung Kelud.

Sumur pertama berbau amis dan yang kedua berbau wangi. Dewi Kilisuci meminta sumur tersebut dikerjakan selama satu malam atau sampai ayam jantan berkokok.

Dengan kesaktiannya, Lembu Suro dan Mahesa Suro menyanggupi. Keduanya berhasil membuat sumur tersebut sebelum ayam jantan berkokok.

Karena pada dasarnya Dewi Kilisuci tak ingin diperistri oleh salah satu dari dua raja itu, akhirnya sang dewi meminta Lembu Suro dan Mahesa Suro untuk membuktikan kedua sumur tersebut benar-benar berbau amis dan wangi.

Caranya yaitu dengan masuk ke dalam sumur yang telah dibuat oleh dua raja itu. Lembu Suro dan Mahesa Suro pun akhirnya menyetujui. Mereka masuk ke dalam sumur yang amat dalam itu.

Dewi Kilisuci kemudian  memerintahkan prajurit Jenggala untuk menimbun sumur tersebut dengan batu. Akhirnya matilah Lembu Suro dan Mahesa Suro di atas Gunung Kelud tersebut.

Sumpah Lembu Suro dan Mahesa Suro

Sebelum Lembu Suro mati, ia sempat bersumpah dalam bahasa Jawa. Ia ingin membalas dendam dengan orang Kediri.

“Yoh, wong Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping kaping yoiku. Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung bakal dadi Kedung”.

Lembu Suro bersumpah bahwa orang Kediri akan mendapatkan balasan yang sangat besar. Kediri akan menjadi sungai, blitar akan menjadi daratan dan Tulungagung akan menjadi danau. Kisah ini kemudian dipercaya sebagai asal muasal Gunung Kelud.

Para penduduk di lereng Gunung Kelud sampai saat ini melakukan sesaji sebagai tolak balak yang disebut Larung Sesaji, biasanya setiap bulan suro. Hal ini juga sempat dilakukan oleh Dewi Kilisuci untuk mencegah musibah akibat sumpah Lembu Suro.

Letusan Dahsyat 2014

Letusan Gunung Kelud pada 2014 dianggap lebih dahsyat dari pada letusan Tahun 1990. Peningkatan aktivitas gunung tersebut sudah dideteksi pada akhir 2013.

Situasi sempat kembali tenang, tetapi sejak 2 Februari 2014, status Gunung Kelud menjadi Waspada. Pada 10 Februari 2014, status Gunung Kelud dinaikkan menjadi Siaga. Lalu pada 13 Februari 2014, statusnya menjadi Awas atau Level IV, sehingga radius 10 km dari puncak harus dikosongkan.

Tepat pukul 22.50 WIB, Gunung Kelud mengeluarkan letusan eksplosif berupa aliran magma yang menyebabkan hujan krikil yang cukup lebat dirasakan masyarakat di wilayah Kecamatan Ngancar, Kediri, Jawa Timur, hingga Kota Pare, Kediri. Suara letusannya diketahui terdengar sampai Kota Surabaya, Solo, Yogyakarta, bahkan Purbalingga di Jawa Tengah.

Dampak letusan tersebut berupa abu vulkanis. Hujan abu ini melumpuhkan Jawa. Tujuh bandara di Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, Malang, Semarang, Cilacap, dan Bandung pun terpaksa ditutup.

KA For GAEKON