Hati-Hati! Peneliti Mengatakan Bayi Yang Susah Tidur Punya Risiko Gangguan Kecemasan

0
Hati-Hati! Peneliti Mengatakan Bayi Yang Susah Tidur Punya Risiko Gangguan Kecemasan

Susah tidur ternyata bukan hanya dialami oleh orang dewasa saja, bayi juga mengalaminya. Walaupun sudah minum susu, seringkali ia sangat susah untuk memejamkan mata. Alhasil menangislah yang hanya bisa dilakukan.

Padahal bayi membutuhkan waktu istirahat sekitar 12-16 jam per hari. Apabila bayi mengalami susah tidur pasti ia tidak bisa memenuhi waktu tersebut. Sebenarnya apa saja yang menyebabkan bayi susah tidur ?

Berdasarkan pengamatan GAEKON dari berbagai sumber, berikut beberapa hal yang dapat menyebabkan bayi menjadi susah tidur :

Ritme Sikardian Bayi Belum Stabil

Kebanyakan bayi belum memiliki ritme sikardian atau jam biologis tubuh yang benar, karena fungsi tubuhnya masih berkembang. Bayi dapat dikatakan mendapatkan jam biologis tubuh yang benar ialah ketika berusia 12 minggu, tetapi beberapa bayi mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama dari itu.

Bayi Lapar

Bayi lapar adalah alasan paling umum bayi susah tidur atau terbangun di malam hari. Bayi baru lahir membutuhkan makanan lebih sering. Umumnya bayi hingga usia 18 bulan, diberi makan setiap empat jam atau sesuai permintaan si kecil dan tidak menutup kemungkinan merasakan kelaparan pada malam hari atau tepat sebelum ia tidur.

Bayi Terlalu Lelah

Saat bayi kelelahan, bayi akan mengalami susah tidur atau membuatnya kurang tidur. Selain itu, bayi juga akan lebih sering bangun dan jadi rewel.

Sleep Apnea

Sleep apnea tergolong kondisi serius yang dapat mengganggu sistem pernapasan bayi saat tidur. Meski seluruh bayi memiliki risiko terkena sleep apnea, namun lebih sering terjadi pada bayi prematur yang lahir sebelum minggu ke-37 kehamilan. Kondisi lain yang meningkatkan risiko sleep apnea pada bayi adalah sindrom down dan kelainan bawaan yang mengganggu saluran pernapasan atas.

Hidung Tersumbat

Sebenarnya kondisi ini merupakan pertanda perlawanan tubuh terhadap kuman. Namun, kondisi ini dapat mengganggu apabila lendir di hidung si kecil terlalu banyak sehingga membuatnya kesulitan bernapas. Karena kesulitan bernapas inilah yang membuat bayi jadi susah tidur.

Infeksi Telinga

Infeksi telinga oleh bakteri atau virus dapat menyebabkan penumpukan cairan di bagian belakang gendang telinga yang terkena infeksi. Kondisi ini dapat diidentifikasi dari perubahan mood bayi. Karena telinganya terganggu akhirnya ia susah untuk memulai memejamkan mata.

Mengajak Bermain Sebelum Tidur

Bayi adalah pemerhati yang baik dan sangat mudah teralihkan dengan suara atau gerakan yang menarik perhatiannya. Dengan mengajaknya bermain atau membuat hal yang ia senangi, membuat si kecil larut dalam kegembiraan sehingga sulit untuk memulai tidur.

Refluks

Refluks atau gumoh ditandai apabila si kecil mengeluarkan kembali cairan susu dari mulutnya. Hampir sama seperti muntah, namun tidak begitu banyak yang dikeluarkan. Hal ini membuat perut bayi menjadi kurang enak, alhasil ia akan mengalami susah tidur.

Bukan hanya itu saja, masih banyak lagi penyebab bayi susah tidur. Namun sebagian orang tua menganggap biasa saja apabila anaknya mengalami susah tidur. Hal ini tidak dibenarkan,jangan pernah menyepelekan pertanda tersebut.

Mengutip dari CNNIndonesia, studi terbaru menunjukkan bayi dengan gangguan pola tidur berisiko lebih tinggi untuk mengalami kecemasan dan masalah emosional saat masa kanak-kanak.

Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Archives of Disease in Childhood ini didapat setelah peneliti menganalisis 1.507 ibu dan anak pertama mereka. Peneliti mendapat satu dari lima bayi mengalami masalah tidur yang berat dan konsisten selama satu tahun pertama.

“Banyak bayi bangun cukup sering, di tiga bulan pertama dan itu normal. Namun, kami menemukan bahwa sekitar 19 persen benar-benar memiliki masalah tidur yang persisten dan parah yang menyusahkan di tahun pertama,” jelas pemimpin peneliti dari Murdoch Children’s Research Institute, Fallon Cook.

Menurut Cook, bayi dengan gangguan tidur biasanya kerap terbangun tiga kali atau lebih pada malam hari bahkan saat sudah memasuki usia 12 bulan. Bayi-bayi tersebut juga membutuhkan waktu hingga satu jam untuk tertidur dan gelisah saat terbangun.

Dalam penelitian tersebut para ibu diminta untuk mendeskripsikan pola tidur bayi usia tiga bulan, enam bulan, sembilan bulan, dan 12 bulan. Para Ibu juga ditanyai tentang kesehatan mental anak mereka pada usia empat dan 10 tahun untuk menilai kecemasan dan kesehatan mental.

Dari semua bayi yang diteliti, sebanyak 25 persen bayi dikategorikan tidak memiliki masalah pola tidur, 56 persen memiliki masalah tidur sedang, dan 19 persen memiliki gangguan tidur.

Hasilnya, bayi dengan gangguan tidur yang berat, tiga kali lebih mungkin memiliki gejala atau masalah emosional saat berusia empat tahun. Mereka juga dua kali lebih mungkin untuk memenuhi kriteria diagnostik gangguan emosi saat berusia 10 tahun dibandingkan dengan bayi yang tidak memiliki masalah tidur.

Dalam penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa bayi-bayi (dengan gangguan tidur) ini lebih cenderung mengalami gejala kecemasan yang meningkat, ketakutan akan cedera fisik, dan kecemasan yang meningkat secara keseluruhan daripada bayi yang menetap (tidak memiliki masalah tidur).

Peneliti menyarankan orang tua dan pengasuh sebaiknya membantu memperbaiki pola tidur pada anak untuk mencegah masalah kesehatan mental di kemudian hari.

“Kita perlu melihat lebih jauh apa yang terjadi di rumah. Orang tua dapat mencoba mencari bantuan secara online, teman atau keluarga, tetapi untuk beberapa bayi itu tidak akan berhasil. Jadi, bicarakan dengan dokter. Ini bisa mengubah kehidupan keluarga agar bayi tidur sedikit lebih baik,” kata Cook.

KL For GAEKON