Gaekon.com – Semoga ibadah puasa kita selama Ramadhan dirahmati oleh Allah sehingga bukan sekedar ibadah yang hampa. Sehingga, dengan itu kita pantas memasuki Idul Fitri.
Jarene se ngunu, Tapi sek-sek, ket bien aku kok gak paham-paham. Suci, fitrah, Fitri iku sing model piye to?
Jarena para ustad, keadaan Fitri itu keadaan yang suci dan bebas dari dosa. Lha, pas malam takbiran atau pas 1 Syawal toh ya banyak celah untuk kita melakukan dosa lagi bukan?
Atau versi fitri yang katanya hari kemenangan untuk umat yang selama Ramadhan bisa menahan nafsunya. Lha kalau cuma model begitu, ada kemungkinan kita bisa kembali melampiaskan nafsu karena merasa ramadhan telah berlalu. Sebab tidak ada kewajiban untuk berpuasa lagi.
Pun saya pribadi di hari idul Fitri malah merasa tidak pantas menang. Kate menang yaopo, wong mengalahkan diri saya sendiri saya tidak bisa-bisa kok! Artinya banyak celah pada 1 Syawal untuk saya kembali berbuat dosa lagi. Entah itu yang sifatnya dosa privat atau dosa karena menyakiti orang lain.
Kalau malam takbiran, saya malah sangat sedikit berucap lafal takbir. Sebab begitu kalimat takbir itu terlalu banyak saya ucapkan, saya kok merasa malah saya yang besar ya.
Allahu Akbar. Allah Maha Besar. Itu berarti tidak ada yang besar selain Ia. Tidak ada semesta jagat raya, planet-planet, dunia, makhluk, manusia, bahkan suara tabuh bedug apalagi suara manusia cempreng kayak saya ini yang pantas mengunggulinya. Yang pantas merasa lebih besar dari-Nya. Jadi ya saya terpaksa terdiam. Ora pantes maneh takbiran wes nek ngunu carane!
Jadi, fitri, suci, fitrah, default nya manusia itu yang kayak gimana sih? Kembalinya itu kembali kemana? Settingan defaultnya manusia itu yang kayak bagaimana to?
Apakah model pendidikan selama ini mendekatkan kita pada fitrah itu? Atau malah menjauhkan?
Atau lebih luas soal karir, kekayaan, aktivitas budaya kita selama ini, kegiatan politik, berbangsa bernegara, itu semua apakah mendekatkan kita ke fitrahnya manusia?
Segala macam institusi pendidikan pun para mualim tak pernah sekalipun menjelaskan Idul Fitri itu kembali kemana? Fitrah sejati itu yang seperti apa?
Apakah fitrah itu kembali ke kondisi Bayi? Pikirku kok ndak tepat juga. Wong waktu Bayi malah saya nggak ingat apa-apa. Apalagi ingat dan berposisi sadar kalau saya beragama Islam, bertuhan Allah, dan segala identitas formil lain. Ambekan yaopo Kate syahadat, wong isoku mung mikcucu pas iku!
Ya semoga setelah ini, akan ada banyak ustadz, ulama, habib, syekh, kiai, gus, maulana yang secara sungguh-sungguh menjelaskan pada umat tentang makna fitrah sejati manusia.
Sebab, saya sangat penasaran. Fitrah sejati itu yang seperti apa?
Wallahualam Bisshowab
K For GAEKON