Dianggap Paling Mengerikan, Ini Fakta Lapas Nusakambangan

0
Nusakambangan
Sumber Foto: www.liputan6.com

Gaekon.com – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan dianggap menjadi lapas yang paling mengerikan di Indonesia. GAEKON akan membahas sedikit tentang fakta-fakta apa yang ada dibalik kata “Nusakambangan”.

Pulau Nusakambangan ini berlokasi di selatan Pulau Jawa dan masuk ke dalam wilayah administrasi Desa Tambakreja, Kabupaten Cilacap. Selat yang memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Nusakambangan ini adalah Segara Anakan.

Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan, luas pulau ini mencapai 210 kilometer persegi atau sekitar 21.000 hektare.

Pulai ini dikenal sebagai tempat terletaknya beberapa lapas berkeamanan tinggi di Indonesia. Untuk mencapai pulau ini, harus menyeberang dengan kapal feri dari pelabuhan khusus yang dikelola oleh Kementerian Hukum dan HAM yaitu dari Pelabuhan Sodong menyebrang ke Cilacap, Jawa Tengah selama kurang-lebih lima menit dan bersandar di Pelabuhan feri Wijayapura di Cilacap.

Feri penyeberangan khusus ini juga diawaki oleh petugas pemasyarakatan (pegawai Lapas), khusus kepentingan transportasi pemindahan narapidana dan juga melayani kebutuhan tranportasi pegawai Lapas beserta keluarganya.

Fakta Lapas Nusakambangan

Penjara ini juga mendapat julukan “Pulau Kematian” karena sangat berperan sebagai pusat eksekusi narapidana. Tak heran jika dianggap paling mengerikan. Berikut fakta-fakta lapas nusakambangan!

  1. Diselimuti Aura Mistis

Pulau ini diselimuti aura mistis dengan rimbun pepohonan yang lebat dan berisi beragam binatang buas.

Lapas ini berdiri sejak zaman penjajahan India Belanda tepatnya pada Tahun 1908. Pulau ini dulunya adalah pulau terpencil dan aksesnya tertutup untuk siapapun kecuali pihak-pihak yang memiliki kewenangan.

Kemudian pada Tahun 1975 aksesnya dibuka untuk umum dan menjadi destinasi wisata, karena pulau ini dijadikan cagar alam, cagar flora dan fauna serta cagar sejarah.

  1. Pulau Paling Steril

Area pulau disekitar penjara ini harus tetap steril, meskipun dibuka untuk umum dan dijadikan tempat wisata. Pulau ini sering dijadikan tempat pelepasan ratusan ular dan dikelilingi lautan. Jadi tidak ada yang berani macam-macam saat berada di Pulau Nusakambangan.

  1. Dijuluki Pulau Bunga-Bungaan

Pada Tahun 1580-an, Nusakambangan pernah ditemukan oleh keluarga istana Dinasti Mataram pada. Nusakambangan pernah dijadikan sebagai tempat untuk melakukan ritual oleh kerabat Dinasti Mataram.

Kemudian, Amangkurat I juga pernah memerintah pengawalnya yang bernama Ki Pranataka pergi ke pulau itu untuk mencari bunga Wijayakusuma.

Bunga Wijayakusuma dipercaya mampu mengembalikan takhta Amangkurat I, yang saat itu sedang dalam pelarian ke Tegal karena Istana Kartasura telah diduduki oleh penguasa Madura, Raden Trunojoyo. Berawal dari pencarian Bunga Wijaya inilah kemudian Pulau Nusakambangan juga dijuluki sebagai Pulau Bunga-bungaan.

  1. Siapa Yang Masuk Tak Akan Selamat (Lembah Nirbaya)

Lapas Nusakambangan siap menyambut narapidana kelas kakap. Disinilah pusat eksekusi mati.

Para narapidana akan merasa mimpi buruh jika sudah mendengar kata Lembah Nirbaya. Lembah ini merupakan lokasi dilaksanakannya eksekusi mati bagi para narapidana.

Narapidana yang menginjakkan kaki di lembah ini tidak akan pernah kembali dengan selamat. Saat akan diselanggarakan eksekusi mati khususnya di lembah Nirbaya, area itu disterilkan dari siapapun.

Mengingat di lembah ini ada perkebunan jeruk yang di urus oleh para pekerja. Orang-orang yang tidak mempunyai kepentingan diperintahkan untuk mengungsi dari lapas Griger. Jadi tidak ada yang pernah tahu, dimana lokasi persis pelaksanaan eksekusi mati.

  1. Terdapat Bangunan Paling Mencekam (Gliger)

Di lapas ini ada 2 lokasi yang menjadi tempat eksekusi mati yaitu lembah Nirbaya dan reruntuhan lapas Griger. Narapidana yang pernah di eksekusi mati direruntuhan lapas Griger adalah Rio Martil.

Rio Martil sendiri merupakan pembunuh berdarah dingin yang telah menghabiskan nyawa seseorang dengan sebuah martil.

  1. Benteng penjaga dari ancaman tsunami

Pulau Nusakambangan dianggap sebagai benteng penjaga Kota Cilacap dari ancaman tsunami. Seperti wilayah di pesisir selatan Pulau Jawa lainnya, potensi tsunami akibat gempa dari aktivitas zona subduksi cukup besar.

Pada peristiwa tsunami Pangandaran 2006, Kota Cilacap yang wilayahnya berada di dekat pantai tidak terdampak gelombang ini. Keberadaan Pulau Nusakambangan sangat membantu mengurangi risiko gelombang tinggi air laut masuk ke daratan, begitu juga potensi angin kencang dari arah laut.

KA For GAEKON