Gaekon.com – Makanan Khas Bali yang paling terkenal yaitu Babi Guling. Bagi masyarakat non-Muslim, Babi Guling disebut sebagai makanan paling enak dari Pulau Dewata.
Meski awalnya dijadikan sebagai sesaji pada upacara adat dan acara keagamaan, Babi Guling kini sudah menjadi menu makan sehari-hari.
Nah, bicara soal Babi Guling, sebenarnya sejarah dari makanan ini bagaimana sih?
Bagian dari Tradisi
Babi sudah lama menjadi salah satu sumber protein hewani bagi masyarakat Indonesia. Menurut sejarawan, Anthony Reid, babi menjadi pengalih makanan yang paling efisien dari padi-padian ke daging.
Berdasarkan prasasti masa Hindu-Budha tercatat bahwa babi termasuk daging yang sering dikonsumsi. Babi ternak dikenal dengan sebutan celeng, sedangkan babi hutan disebut wok. Selain itu, babi juga merupakan salah satu makanan yang disajikan di Keraton Majapahit.
Didominasi oleh umat Hindu, tidak heran jika masyarakat Bali sering makan daging babi. Makanan ini adalah salah satu bagian dari tradisi, yang juga berguna untuk memperkuat keyakinan agama masyarakat Bali. Itulah mengapa Babi Guling dijadikan sesaji dalam perayaan adat.
Makanan ini dimaknai sebagai simbol memohon berkah, pembawa kemakmuran, dan juga sebagai salah satu wujud syukur kepada Tuhan.
Makna Penyajian Babi Guling
Setiap cara penyajian Babi Guling ada maknanya. Misalnya pada mulut Babi Guling yang digunakan sebagai sesaji diisi dengan daun pisang dan pada lubang anusnya diisi nasi. Hal ini memiliki makna bahwa dari sesuatu yang sederhana akan menjadi hal yang bermanfaat.
Kemudian bagian perut Babi Guling akan diikat serta lehernya dikalungi janur dan digantungi uang kepeng dua keping, yang bermakna ketulusan dan keikhlasan.
KA For GAEKON