Jadi Pelengkap Tradisi Jawa, Apa Itu Polo Pendem?

0
Polo Pendem
Sumber Foto: Mix Max Catering

Gaekon.com – Buat kalian yang ngakunya orang Jawa pasti tidak asing dengan istilah ‘Polo Pendem’. Makanan tradisional ini biasanya ada di dalam tradisi-tradisi Jawa, seperti selamatan atau tasyakuran.

Polo pendem juga biasa digunakan saat tradisi tingkeban atau juga disebut mitoni (7 Bulan Kehamilan).

Nah, sebelum membahas lebih jauh, apakah kalian tahu apa itu sebenarnya polo pendem?

Polo Pendem

Kata ‘Polo Pendem’ ini adalah kosakata bahasa Jawa yang berarti jenis makanan tradisional dari hasil tumbuhan yang memiliki buah didalam tanah (terpendam/pendem), seperti umbi-umbian.

Jenis Polo Pendem ini mulai dari singkong, ketela rambat atau ubi jalar, mbothe atau talas, bentol, kacang tanah, jengkirut atau jelarut, uwi, ganyong, gadung, dan sejenisnya.

Makanan jenis umbi-umbian (Polo Pendem) ini pada kisaran tahun 1960 juga sempat  menjadi bahan makanan pokok hampir di seluruh wilayah nusantara. Pasalnya, pada kisaran tahun tersebut bahan makanan pokok beras langka.

Sementara pada era modern makanan jenis umbi-umbian ini banyak di kesampingkan sehingga bahan makanan yang cukup baik ini tidak lagi dibudidayakan oleh masyarakat atau petani.

Manfaat Polo Pendem

Bahan makanan yang berasal dari jenis polo pendem dapat di olah dengan mudah seperti di rebus, di kukus, di goreng bahkan di jadikan keripik.

Menurut sebuah penelitian, kebiasaan mengonsumsi jenis polo pendem yang direbus maupun dikukus, sangat baik bagi kesehatan tubuh dan terhindar dari berbagai penyakit kronis. Hal ini lantaran polo pendem banyak mengandung zat antioksidan yang sangat baik bagi kesehatan tubuh.

Filosofi Polo Pendem

Dalam menyajikan bahan makanan saat upacara ritual selalu menyediakan bahan makanan polo pendem karena bahan makanan ini diyakini akan memberikan berkah serta makna hidup di dunia.

Bagi masyarakat jawa, tanah yang dipijak merupakan sesuatu yang sangat sakral karena dari dalam tanah manusia bisa mengambil makanan untuk hidup.

Masyarakat jawa menghormati tanah karena tanah merupakan asal muasal kehidupan manusia sehingga makanan yang langsung berasal dari dalam tanah juga harus dihargai.

Makna dari berbagai nama dari polo pendem bagi masyarakat jawa memiliki filosofi kehidupan, seperti Telo Kaspe memiliki makna “Netheli barang sing olo” dan “karepe sepi ing pamrih” artinya nama ketela itu diartikan sebagai meninggalkan sesuatu kebiasaan yang jelek dan kaspe diartikan sebagai berbuat sesuatu yang baik namun tanpa pamrih.

Makna mengonsumsi polo pendem bagi masyarakat jawa ini dimaksudkan untuk memberikan pelajaran bagi generasi penerus agar bisa menerapkan pola hidup sederhana dengan memanfaatkan sesuatu yang ada dilingkungan.

 

KA For GAEKON