Tumbuh kembang pada anak selalu menjadi perhatian khusus bagi orang tua. Semua orang tua pasti menginginkan anaknya agar bisa tumbuh kembang dengan baik. Aktivitas anak sehari – hari selalu dikontrol agar anak bisa tumbuh kembang denga baik.
Banyak orang tua yang memanjakan anak dengan mengenalkan berbagai macam permainan sejak balita. Seperti puzzle, lego, boneka, dan game semacam lainnya.
Tidak sedikit juga orang tua yang lebih memilih untuk membelikan buku dari pada mainan. Meskipun anak belum begitu paham dengan apa yang ada di dalam buku tersebut, namun setidaknya anak bisa mulai mengenal gambar dan warna. Sebagian orang tua yang lebih memilih hal tersebut karena ingin mengenalkan literasi kepada anaknya sejak dini.
Literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Dalam konteks sekarang, literasi memiliki arti yang sangat luas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V literasi diartikan sebagai kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup.
Selain itu UNESCO mengartikan literasi sebagai seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks dimana keterampilan yang dimaksud diperoleh, dari siapa keterampilan tersebut diperoleh, dan bagaimana cara memperolehnya. Dapat disimpulkan bahwa literasi adalah dasar atau fondasi untuk mencapai keterampilan-keterampilan lainnya dalam hidup.
Literasi secara nasional disuarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Gerakan Literasi Nasional dan lembaga-lembaga pemerintah lainnya. Berbagai program dan kegiatan disusun dan dikemas untuk menaikkan minat baca demi penguatan literasi di seluruh pelosok tanah air.
Penguatan literasi wajib dilakukan sejak dini. Generasi muda jika tidak dibekali dan memiliki fondasi literasi yang kuat maka akan sulit untuk mengubah dan memperbaiki hal tersebut di masa yang akan datang.
Anak usia dini menempuh beberapa fase dalam hidup. Fase pertama yang ditempuh adalah masa kencana (golden age) yang butuh banyak pembekalan-pembekalan positif dari orang tua, keluarga, dan lingkungan tempat tingal. Keluarga memiliki tanggung jawab besar untuk menguatkan literasi anak sejak dini.
Kebiasaan-kebiasaan sederhana seperti membacakan dongeng, menyanyikan lagu anak-anak, dan meluangkan waktu membaca juga menulis bersama anak akan sangat berpengaruh pada tumbuh kembang literasi anak. Hal tersebut akan menjadikan anak mampu berpikir kritis, mempersiapkan anak ketika memasuki usia sekolah, dan tentunya menjadi bekal yang sangat dibutuhkan oleh anak.
Lauren Leslie dan Linda Allen, 1993, dalam The Literacy Project menguraikan bahwa anak-anak yang rutin dibacakan buku cerita oleh orang tuanya memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berkomunikasi yang lebih baik.
Selain itu Connie R. Green dan Shareen W. Halshall dalam Head Start Families Sharing Literature berpendapat bahwa membacakan buku secara rutin untuk anak akan memberi mereka kemampuan bertanya, melabeli atau menamai, kemampuan mengamati secara detail, mampu membuat korelasi antara apa yang dibaca dengan kenyataan sehari-hari, dan mampu menceritakan ulang.
Maka dari itu mengenalkan literasi penting dilakukan oleh orang tua kepada anak usia dini karena memiliki banyak manfaat. Berikut manfaatnya :
Melatih kemampuan dasar anak untuk membaca, menulis, dan menghitung
Pendidikan literasi untuk anak usia dini bisa dimulai dengan kebiasaan membacakan buku cerita atau dongeng pada anak secara rutin. Meski terkesan seperti kegiatan sederhana, membacakan buku pada anak adalah tahap awal mengenalkan mereka pada dunia literasi.
Sebuah survei yang dilakukan oleh salah satu divisi Kementerian Pendidikan Amerika Serikat menunjukkan bahwa balita yang terbiasa dibacakan buku oleh orang tua mereka bisa lebih cepat mengenal abjad.
Survei lainnya memperlihatkan keberhasilan balita dalam tahapan literasi awal, seperti menulis namanya sendiri, membaca atau berinteraksi dengan buku, serta menghitung hingga bilangan 20.
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis
Tingkat literasi yang tinggi akan berbanding lurus dengan kemampuan seseorang untuk menerima, mengolah, dan menyikapi setiap informasi yang diterimanya. Oleh karena itu, pendidikan literasi yang diterapkan pada anak usia dini berperan sebagai pondasi bagi mereka untuk bisa memiliki kemampuan berpikir kritis dan logis ketika dihadapkan dengan berbagai situasi.
Pola pikir kritis diperlukan sebagai investasi yang akan berguna saat anak mulai memasuki dunia masyarakat yang sebenarnya di masa mendatang.
Mempersiapkan anak untuk memasuki dunia sekolah
Mengenalkan poin-poin utama dalam pendidikan literasi pada anak prasekolah akan membantu mereka mempersiapkan diri saat memasuki dunia sekolah. Perkembangan sosial-emosional, kognitif, bahasa, dan literasi adalah sejumlah aspek penting yang harus dimiliki anak.
Aspek-aspek tersebut saling berhubungan satu sama lain dan dapat didukung dengan penerapan pendidikan literasi pada usia dini.
Tahapan literasi awal yang meliputi bahasa lisan dan tulisan serta pengetahuan mengenai angka dan huruf menjadi salah satu kunci keberhasilan anak prasekolah dalam membaca. Kemampuan ini akan bisa diandalkan ketika mereka mulai mendapatkan pembelajaran di sekolah.
Perkembangan literasi yang baik berkolerasi dengan prestasi akademik
Pendidikan literasi yang telah diterapkan sejak dini akan memberikan dampak positif terhadap prestasi akademik seorang anak. Praktik pengenalan literasi awal dengan membacakan buku pada anak terbukti dapat membuat anak lebih sukses dalam bidang akademik.
Hal tersebut dikarenakan anak yang telah terbiasa dikenalkan dengan dunia literasi memiliki kemampuan belajar dan berkomunikasi yang lebih baik daripada anak lainnya yang belum mendapatkan pengenalan mengenai literasi.
Mengingat banyaknya manfaat yang didapat, mengenalkan literasi pada anak sejak dini sangat disarankan. Kemampuan belajar dan komunikasinya dapat lebih baik dibandingkan dengan anak lainnya. Hal ini pasti menjadi kebanggaan tersendiri bagi orang tua. Karena dengan mengenalkan literasi sejak dini, akan menjadikan anak cerdas di masa depan.
KL For GAEKON