Kenapa Ikan Buntal Termasuk Jenis Ikan Mematikan?

0
Ikan Buntal
Sumber Foto: SHUTTERSTOCK/ENDLESSZ

Gaekon.com – Ikan Buntal (pufferfish) sering kali digunakan sebagai bahan makanan dalam masakan jepang, seperti sushi atau sashimi. Namun apakah kalian tahu, kalau Ikan Buntal ini termasuk jenis ikan mematikan?

Ikan Buntal ini dikenal dengan ciri khas perlindungan dirinya. Jika merasa terancam, ikan ini akan mengembangkan tubuhnya dan mengeluarkan racun mematikan.

Famili Tetraodontidae

Ikan dengan lebih dari 100 spesies ini dapat hidup di perairan asin maupun tawar. Ikan yang termasuk dalam famili Tetraodontidae ini tidak memiliki sisik dan mampu mengubah arah saat berenang, bahkan mampu berenang mundur.

Ikan buntal bisa tumbuh hingga 47 inci, bahkan panjang mereka diketahui bisa melebihi bayi buaya. Ikan dengan panjang tersebut banyak dijumpai di Afrika, Jepang, dan Australia.

Gigi ikan buntal sejatinya hanya berjumlah empat buah, dua di atas dan dua di bawah. Masing-masing gigi saling menyatu sehingga terlihat seperti gigi tikus.

Tidak seperti ikan pada umumnya, ikan buntal tidak memiliki sisik dan biasanya memiliki kulit kasar hingga runcing.

Racun Tetrodotoksin

Ikan Buntal merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki kandungan racun mematikan bernama tetrodotoksin (TTX). Tetrodotoksin disebut 1.200 kali lebih beracun daripada sianida.

Racun tetrodotoksin bekerja dengan memblokir saraf yang memengaruhi otot dan pernapasan manusia. Itulah mengapa, tidak semua orang bisa mengolah ikan unik ini menjadi hidangan yang lezat.

Racun TTX pada ikan buntal betina lebih tinggi daripada jantan. Sebab di ovarium ikan buntal terkandung TTX lebih banyak dibandingkan dengan testis ikan.

Ikan buntal bisa mengeluarkan racun dalam hatinya yang bisa menewaskan 30 orang dewasa. Adapun gejala yang dialami ketika terkena racun buntal, di antaranya pusing, mati rasa, kelumpuhan otot, hingga gagal jantung yang berujung kematian.

Ketika merasa teracam, ikan yang cukup sering dijumpai di lautan ini akan mengembangkan diri hingga tiga kali lebih besar dari ukuran tubuhnya serta menonjolkan duri-duri, hal ini tentunya membuat predator kesulitan untuk memangsa ikan buntal.

Di Jepang, sebagian kasus keracunan makanan diketahui berasal dari konsumsi ikan buntal. Bahkan, beberapa kasus di antaranya berujung kematian.

Kandungan racun tetrodotoksin dalam ikan buntal terdapat di bagian kulit, ovarium, dan hati ikan. Agar ikan buntal aman dikonsumsi, organ-organ yang mengandung racun tersebut harus dibuang dengan teknik khusus supaya daging ikan tidak terkontaminasi.

Kandungan racun tetrodotoksin di dalam ikan tidak akan hilang walau telah dimasak atau dibekukan. Jika tidak diolah dengan benar, racun dari organ tubuh ikan buntal bisa menyebar dan terserap ke dalam dagingnya.

Inilah sebabnya diperlukan koki atau ahli masak terlatih untuk membersihkan dan mengolah ikan buntal menjadi hidangan yang aman dikonsumsi.

Diketahui belum ada penawar racun tetrodotoksin. Satu-satunya kemungkinan penyembuhan untuk orang yang keracunan ikan buntal adalah dengan menerima bantuan pernapasan buatan.

Beberapa jenis ikan buntal memiliki tanda dan warna tertentu yang menunjukkan bahwa ikan ini beracun. Sementara jenis lain memiliki warna lebih redup atau samar untuk berbaur dengan lingkungannya.

Gejala Keracunan Ikan Buntal

  • Area mulut terasa kebas atau mati rasa (disertai mual, muntah, sakit perut, atau diare). Gejala ini muncul 10–45 menit setelah mengonsumsi ikan.
  • Mati rasa di bagian wajah (tidak bisa berbicara, kehilangan keseimbangan, dan tubuh lemah tidak bisa bergerak).
  • Tubuh menjadi lumpuh, tidak bisa bicara, gagal napas dan pupil mata membesar.
  • Gagal napas parah, kadar oksigen di dalam tubuh berkurang (hipoksia), jantung berdetak lebih lambat dari biasanya (bradikardia), penurunan tekanan darah (hipotensi), gangguan irama jantung, dan penurunan kesadaran.

Gejala keracunan ikan buntal bisa muncul dalam hitungan 20 menit hingga 3 jam setelah racun ikan buntal masuk ke dalam tubuh. Dalam beberapa kasus, gejala keracunan bahkan baru muncul setelah 20 jam mengonsumsi ikan buntal.

Jika tidak mendapatkan penanganan secepatnya, orang yang mengalami keracunan makanan akibat tetrodotoksin bisa mengalami kematian dalam jangka waktu sekitar 4–6 jam setelah mengonsumsi ikan buntal.

Hingga saat ini, belum ditemukan obat untuk mengatasi keracunan tetrodotoksin akibat konsumsi ikan buntal. Namun orang yang mengalami keracunan ikan buntal harus segera mendapatkan pertolongan medis di rumah sakit.

KA For GAEKON