Kisah Mistis Pulau Kecil Ditengah Telaga Sarangan

0
Telaga Sarangan
Sumber Foto: travelspromo.com

Gaekon.com – Siapa yang tak tahu dengan Telaga Sarangan, rasanya hampir semua masyarakat Indonesia mengetahui tempat wisata yang satu ini. Namun bagaimana dengan berbagai macam mitosnya? Apakah kalian pernah mendengar kisah mistis pulau kecil ditengah telaga tersebut?

Mitos yang berkaitan dengan tempat wisata memang selalu tumbuh dan tertanam dibenak banyak orang. Seperti mitos Telaga Sarangan ini, banyak yang menghubungkannya dengan sebuah kutukan.

Telaga Sarangan sendiri terletak di Magetan, Jawa Timur. Lokasi Telaga Sarangan berada diketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl), tepatnya ada di Jalan Raya Telaga Sarangan, Plaosan, Kabupaten Magetan. Suhu udaranya juga cenderung dingin yakni berkisar antara 15-20 derajat celsius, sehingga, sangat nyaman untuk tempat liburan.

Tak hanya disuguhkan dengan pemandangan yang sejuk dan indah, pengunjung di Telaga Sarangan juga bisa menjajal berbagai aktivitas, mulai dari naik speed boat hingga menunggang kuda.

Mitos Penduduk Sekitar

Walaupun Telaga Sarangan menjadi tempat wisata yang indah dan menyenangkan, ada mitos yang banyak dipercayai oleh penduduk sekitar. Menurut seorang pawang kuda di Telaga Sarangan bernama Sobiran, ada mitos soal pasangan kekasih yang akan putus jika bercinta di dekat ke Telaga Sarangan. Menurutnya pasangan kekasih tersebut bisa putus, karena terkena kekuatan gaib, berupa kutukan.

Meski demikian, banyak pengunjung yang tidak percaya akan mitos tersebut. Namun ada pula yang percaya dan tak berani melakukannya. Pada kenyataannya, ada yang memang beneran putus setelah berpacaran di Telaga Sarangan, namun ada juga yang tetap langgeng hingga ke jenjang pernikahan.

Ada lagi mitos yang memayungi Telaga Sarangan ini, salah satunya terkait keberadaan pulau kecil ditengah telaga. Pulau tersebut diyakini sebagai daerah yang sangat wingit. Lantaran tempat bersemayamnya roh leluhur, Kyai Pasir dan Nyai Pasir.

Kyai Pasir dan Nyai Pasir

Telaga Sarangan terbentuk secara alami dan memiliki luas mencapai 30 hektar. Telaga ini unik lantaran di bagian tengahnya ada sebuah pulau. Penduduk setempat menganggap bahwa pulau tersebut adalah tempat keramat, serta dipercaya sebagai lokasi bersemayamnya roh leluhur, yakni Kyai Pasir dan Nyai Pasir.

Kyai dan Nyai Pasir adalah sepasang suami istri. Keduanya tak kunjung diberi momongan, padahal sudah berumah tangga selama bertahun-tahun. Karena hal itulah, keduanya akhirnya bersemedi dan meminta agar segera diberikan anak kepada Sang Hyang Widhi.

Setelah berdoa, akhirnya mereka dikaruniai seorang anak laki-laki, bernama Joko Lelung. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, Nyai dan Kyai Pasir mengandalkan kemampuan dalam bercocok tanam dan juga berburu.

Merasa bahwa pekerjaanya cukup berat, Kyai dan Nyai Pasir, meminta agar diberikan kesehatan dan umur panjang kepada Sang Hyang Widhi. Saat tengah bersemedi, keduanya mendapatkan petunjuk agar doanya bisa terkabul, mereka harus bisa menemukan dan memakan telur di dekat ladang.

Nyai Pasir pun menemukan telur yang dimaksud dan membawanya pulang ke rumah untuk dimasak. Kyai dan Nyai Pasir kemudian memakan telur tersebut.

Selesai menikmati telur tersebut, Kyai Pasir pun memutuskan pergi ke ladang, namun saat dalam perjalanan, sesuatu yang aneh terjadi, badannya menjadi terasa panas dan gatal.

Rasa yang terlalu gatal tersebut membuat Kyai Pasir menggaruknya hingga kulitnya menjadi lecet di sekujur tubuh. Tubuh Kyai Pasir pun berubah menjadi ular naga raksasa, dan ternyata hal serupa juga terjadi pada Nyai Pasir.

Kyai dan Nyai Pasir yang telah berubah menjadi ular naga itu berguling-guling di pasir, sehingga menimbulkan cekungan yang semakin besar dan dalam di tanah. Dari cekungan tersebut keluarlah aliran air yang sangat deras dan memenuhi cekungan.

Kyai Pasir dan Nyai Pasir mengetahui bahwa mereka memiliki kekuatan besar, kedunya ingin membuat cekungan raksasa agar bisa menenggelamkan Gunung Lawu. Joko Lelung yang mengetahui niat jahat kedua orangtuanya itu, akhirnya bersemedi agar mereka tak jadi melakukan hal buruk tersebut.

Sang Hyang Widhi pun mengabulkan permintaan Joko Lelung. Kyai dan Nyai Pasir akhirnya berhenti membuat cekungan. Meski berhenti, cekungannya masih tetap ada dan terisi air hingga penuh, kemudian terbentuklah Telaga Sarangan.

Upacara Labuh Sesaji

Semenjak terbentuknya Telaga Sarangan, Kyai dan Nyai Pasir disebutkan secara perlahan berubah menjadi makhluk tak kasat mata. Pasangan suami istri itu, dipercaya diberikan anugerah umur panjang dan dipercaya masih menunggu Telaga Sarangan sampai saat ini.

Meski hanya legenda, banyak penduduk yang memercayai kisah tersebut, dan setiap menjelang bulan Ruwah atau puasa, masyarakat sekitar akan menggelar upacara bersih desa.

Selain itu, ada juga upacara labuh sesaji. Upacara ini memberikan hasil desa untuk tolak bala, hal tersebut dilakukan dalam memperingati terbentuknya Telaga Sarangan atau Telaga Pasir. Upacara itu juga dilakukan untuk memberikan penghormatan kepada roh leluhur, yakni Kyai Pasir dan Nyai Pasir yang merupakan cikal bakal Desa Sarangan.

KA For GAEKON