Mengapa Pendaki Gunung Sering Hilang Misterius?

0
Pendaki Gunung
Sumber Foto: www.jurnal.id

Gaekon.com – Pendaki Gunung memang tidak bisa diremehkan begitu saja. Meski terlihat sepele, lantaran hanya berjalan sesuai petunjuk, namun risiko yang harus diambil mereka sangat luar biasa. Banyak sekali kasus “Pendaki Hilang” yang terjadi di Indonesia, sebenarnya mengapa hal ini kerap terjadi?

Seperti yang diketahui, saat ini jalur pendakian telah dikelola dengan lebih baik. Pendaki juga bisa menggunakan perangkat GPS agar tidak tersesat. Hal ini sudah dipikirkan oleh pengelola hingga sedemikian rupa. Namun masih saja banyak kasus pendaki hilang misterius.

Pendaki yang hilang dan tak kunjung ketemu ini akhirnya dikaitkan oleh masyarakat setempat dengan hal-hal mistis. Padahal, tak 100% juga semua karena hal mistis.

Pendaki gunung dinyatakan hilang ketika pendaki tidak kembali ke basecamp sampai batas waktu yang ditentukan saat perijinan.

Kebanyakan kasus pendaki hilang dikarenakan pendaki tersesat atau keluar dari jalur pendakian. Sehingga, pendaki tidak bisa kembali ke basecamp tepat waktu. Menurut data statistik, 67% pendaki hilang karena human error. 32% pendaki hilang karena cuaca buruk. Dan kurang dari 1% pendaki hilang karena kejadian metafisika.

Dari data tim SAR, kasus pendaki hilang kebanyakan terjadi pada pendaki pemula. Di mana, fisik, mental dan penguasaan medan dari pendaki pemula masih kurang memadai. Alhasil, banyak human error yang memicu pendaki tersesat, jatuh ke jurang hingga hilang.

Penyebab Pendaki Gunung Sering Hilang Misterius

  1. Salah Memilih Jalur

Penyebab yang paling sering terjadi yaitu pendaki tersesat lantaran salah memilih jalur. Seperti yang diketahui, di Gunung banyak percabangan jalan yang sering membuat pendaki bingung.

  • Ada percabangan jalan yang dibuat oleh penduduk setempat untuk mencari tanaman obat.
  • Ada percabangan jalan yang dibuat oleh hewan. Misalnya, babi hutan, harimau, beruang hingga kijang.
  • Ada percabangan dari dua jalur pendakian yang saling bertemu.
  • Ada percabangan jalur ke arah perkebunan penduduk.
  • Ada percabangan jalur aliran air.
  • Ada percabangan jalur lama dan jalur baru.
  • Dan ada banyak lagi percabangan jalur lainnya.

Hal ini tentu membuat pendaki bingung dan ragu untuk memilihnya. Apalagi bagi pendaki yang kurang menguasai medan. Jika sudah sampai tersesat, pihak keluarga akan melapor ke petugas basecamp untuk meminta pertolongan.

Petugas basecamp, tim SAR dan relawan anak gunung ikut dalam upaya pencarian pendaki yang hilang tersebut. Operasi pencarian pendaki hilang ini biasanya dilakukan selama 7 hari.

Padahal, pihak pengelola jalur pendakian gunung biasanya sudah menempelkan papan petunjuk jalan. Ada papan petunjuk ke arah puncak dan ke arah basecamp. Bahkan, setiap 6 bulan sekali pihak pengelola jalur pendakian mengecek papan petunjuk jalan dan membersihkan jalur pendakian.

Sebaiknya agar tidak salah memilih jalur, para pendaki pemula mendaki bersama pendaki senior. Dengan didampingi pendaki senior, kalian bisa belajar panduan mendaki gunung yang baik dan benar. Apabila tidak ada pendaki senior, kalian bisa menyewa jasa pemandu gunung dari basecamp pendakian.

  1. Terpisah Dari Rombongan

Kasus pendaki hilang juga bisa karena terpisah dari rombongan. Jika pendaki yang terpisah dari rombongan ini tidak segera mendapatkan pertolongan, pendaki tersebut bisa mengalami acute mountain sickness (AMS).

Pendaki mulai kedinginan, berhalusinasi dan tidak sadarkan diri. Sampai akhirnya, dia tersesat karena memilih jalan yang salah kemudian hilang ditelah kegelapan kabut.

Solusi untuk pendaki yang terpisah dari rombongan adalah meniup peluit. Peluit adalah sinyal SOS bagi sesama pendaki gunung. Jika kalian meniup peluit dengan kuat, maka pendaki terdekat akan menghampiri kalian.

  1. Terperosok Ke Jurang

Kasus ini sering terjadi pada pendaki yang terpisah dari rombongan pendakian. Terlebih pendaki tersebut kurang menguasai medan pendakian.

Dalam keadaan panik karena ingin bergegas kembali ke basecamp, pendaki yang terpisah ini menjadi kurang waspada, akhirnya salah memilih pijakan.

Jurang di Gunung memiliki kedalaman hingga 10-20 meter. Jika di bawah jurang ada batuan gunung yang keras, pasti pendaki yang terjatuh langsung patah tulang dan meninggal dunia.

  1. Adanya Kabut Tebal Membatasi Jarak Pandang

Munculnya kabut tebal juga bisa menjadi penyebab pendaki hilang. Kabut adalah fenomena alam yang terjadi di mana angin lembah naik ke atas gunung dengan membawa banyak uap air.

Pada musim hujan, kabut di gunung bisa sangat tebal. Saat kondisi kabut tebal, jarak pandang akan sangat terbatas, yaitu berkisar 2-5 meter.

Kondisi ini sangat berbahaya. Pasalnya, kalau kabut tebal terjadi di tengah hutan atau di area puncak, pendaki akan kesulitan menemukan jalur pendakian yang benar. Lintasan bergeser berapa derajat saja pasti akan langsung keluar dari jalur pendakian.

Agar kalian tetap aman saat kabut tebal, sebaiknya perkecil jarak dengan rombongan pendakian. Saat kondisi ekstrim, misalnya kabut tebal, kalian harus membunyikan peluit untuk meminta petunjuk arah dari pendaki yang berada di Pelawangan.

  1. Adanya Bencana Alam

Bencana Alam yang tiba-tiba terjadi juga bisa menjadi penyebab hilangnya para pendaki.

  • Hujan badai

Hujan badai bisa membuat pendaki tidak bisa turun gunung. Karena cuaca ekstrem tersebut biasanya dibarengi dengan petir, pohon tumbang dan kabut.

  • Kebakaran hutan

Kebakaran hutan yang menghanguskan puluhan hektar tanaman perkebunan di gunung, bisa menutup jalur pendakian. Alhasil, pendaki harus mengambil jalur lain agar selamat. Karena tidak menemukan jalur yang tepat pendaki akhirnya tersesat dan hilang.

  • Gunung meletus

Gunung meletus juga bisa membuat pendaki hilang. Karena jarak pandang pendaki tertutup oleh debu abu vulkanik. Akibatnya, pendaki mudah tersesat dan hilang.

Faktor cuaca dan bencana alam adalah faktor eksternal yang tidak kita tahu. Untuk mencegah hal tersebut, sebaiknya selalu ikuti himbauan dari petugas basecamp pendakian.

  1. Mengalami Kejadian Metafisika di Gunung

Kejadian metafisika adalah kejadian di luar nalar manusia yang erat kaitannya dengan energi astral. Secara mudah, metafisika adalah energi tak kasat mata. Di mana, kejadian ini sering dihubungkan dengan makhluk gaib dan tempat keramat di gunung.

Banyak masyarakat setempat mempercayai bahwa gunung adalah istana para jin dan lelembut dengan kekuatan supranatural yang besar. Jadi, bagi pendaki yang berbuat salah di area kekuasaan mereka, si pendaki akan terkena karma.

Menurut penuturan Om Hao yang kami lansir dari kanal YouTube Kisah Tanah Jawa, ada 4 penyebab pendaki bisa mengalami kejadian metafisika di gunung:

  • Kesehatan pendaki turun sehingga energi manusianya lebih dan mudah terpengaruh energi lain yang lebih besar.
  • Daya konsentrasi pendaki lemah, seperti sering melamun, mendaki saat ada masalah dengan pacar, keluarga atau bisnis.
  • Pendaki melanggar pantangan yang ada di gunung tersebut.
  • Berperilaku kurang sopan. Misalnya, berkata kotor, kencing dan BAB sembarangan, merusak situs yang dikeramatkan, hingga menantang penghuni gunung yang tak kasat mata.

Untuk menghindari agar tidak mengalami kejadian metafisika di gunung ini kalian bisa mengawalinya dengan berdoa. Iringi perjalanan dengan berdzikir dan akhiri pendakian dengan bersyukur. Jangan berperilaku tidak sopan di gunung ataupun melanggar pantangan.

 

KA For GAEKON