MENGENAL LEBIH DALAM SI LEHER PANJANG DARI THAILAND

0
MENGENAL LEBIH DALAM SI LEHER PANJANG DARI THAILAND

Leher panjang merupakan salah satu ciri khas suku yang memiliki jumlah anggota suku terbesar di Thailand. Dikenal dengan nama Suku Karen. Suku ini memiliki jumlah anggota sekitar 28 ribu orang.

Suku ini berasal dari Provinsi Maehongson sebelah utara Kota Bangkok-Thailand. Salah satu suku gunung dari Burma atau Myanmar. Selain Suku Karen, masih ada Suku Akha, Suku Lisu, dan sebagainya. Namun di antara suku-suku tersebut, Suku Karen yang dianggap paling unik. Mereka adalah komunitas suku-suku yang memiliki latar belakang sejarah dan kebudayaan unik. Sebagian besar suku ini menganut animisme dan Budha  sebelum misionaris dari barat mendatangi kampung ini.

Rumah mereka terbuat dari bambu dan berbentuk panggung. Tepat di bagian bawah dari panggung digunakan untuk tempat tinggal hewan-hewan ternak. Bangunan rumah dari bambu ini dikelilingi dengan pegunungan dan dataran tinggi di bagian utara, dan tengah Thailand.

LEHER PANJANG “SUKU KAREN” ?

Leher panjang yang dimiliki Suku Karen dihiasi dengan gelang logam berwarna keemasan.

Mereka mengenakan gelang-gelang tersebut dilatarbelakangi kebudayaan turun temurun serta kepercayaan bahwa wanita Suku Karen berasal dari seekor Burung Phoenix.

Bagi orang Suku Karen, phoenix adalah nenek moyang wanita yang berpasangan dengan naga yang dianggap sebagai nenek moyangnya para pria suku tersebut.

Berat gelang besi di leher wanita dewasa mencapai 5 kg dan gelang kaki di bawah lutut beratnya masing-masing 1 kg. Sehingga bisa dikatakan setiap hari mereka membawa beban 7 kg.

Gelang tersebut mulai dipakaikan sejak mereka berusia 5 tahun. Awalnya hanya 2 hinga 3 tumpuk gelang. Setiap 2-3 tahun sekali tumpukan gelang terus ditambah sampai mereka mencapai usia 19 tahun. Ketika usia mereka sudah mencapai 19 tahun, gelang-gelang tersebut akan digantikan dengan gelang besi yang terbuat dari 1 besi lonjor panjang, kemudian dibentuk melingkar atau dililitkan ke leher mereka.

Gelang-gelang yang sudah  terpasang tersebut bisa dilepas, namun proses pelepasannya sendiri tidak mudah dan hanya dilakukan pada saat menikah, melahirkan dan meninggal dunia. Kebanyakan wanita karen meninggal dunia pada usia 40-50 tahun. Hal itu mungkin dipengaruhi besi-besi yang membebani tulang leher dan merusak susunan tulang pada organ tubuh lain.

FUNGSI GELANG LOGAM KEEMASAN ?

Gelang-gelang ini berfungsi untuk membentuk leher dan kaki mereka agar lebih panjang. Hal ini dilakukan, karena menurut adat mereka, semakin panjang leher wanitanya maka mereka akan dianggap semakin tampak cantik.

Fungsi lain dari gelang-gelang tersebut adalah sebagai pelindung. Ketika mereka masih tinggal di pegunungan, mereka sering terlibat kontak dengan binatang buas seperti harimau, beruang dan sebagainya. Umumnya, binatang buas tersebut menyerang manusia pada bagian leher dan tenggorokan. Untuk itulah gelang-gelang tersebut berfungsi sebagai pelindung bagi kaum hawa Suku Karen.

WISATA SUKU KAREN ?

Keunikan Suku Karen dimanfaatkan dengan sangat baik oleh dunia pariwisata Negara Thailand. Mereka ditempatkan di beberapa desa diantaranya, Huay Pu Keng, Huay Suah Thoh, Kayan Pu Keng dan sebagainya.

Desa-desa ini di promosikan sebagai salah satu keunikan kebudayaan Thailand. Para wisatawan yang berkunjung untuk menyaksikan keunikan Suku Karen dikenakan biaya sebesar $10 US.

Ketika sedang berada ditempat tersebut, mereka bisa ditemui sedang menenun, menjaga barang dagangan berupa kerajinan tangan di gubuk-gubuk beratap jerami. Biasanya, ketika ada pengunjung datang, mereka menyambut dengan tarian yang diiringi musik dari gitar mungil.

Dengan kemampuan bahasa inggris yang seadanya, mereka giat memanggil pengunjung untuk membeli dagangan seperti gelang dari tembaga, kalung, dan syal hasil tenunan.  Harga dagangan mereka bervariasi, tergantung pada tingkat kesulitan pembuatannya dan kelihaian menawar para pengunjung, dimulai dari seratus hingga empat ratus bath.

Selain perempuan dewasa, pengunjung juga bisa menemukan beberapa anak-anak kecil laki-laki mirip seperti anak-anak kecil umumnya, sedangkan yang perempuan sudah mengenakan gelang leher. Mereka sangat senang menyambut turis yang datang.

Meskipun perhatian pemerintah dan wisatawan tertuju pada tradisi unik para wanita Suku Karen, mereka sudah ‘melek’ teknologi, dengan menerapkan pembangkit listrik tenaga surya.

Untuk membantu pendapatan keluarga, wanita Suku Karen juga menjual berbagai jenis barang kerajinan khas suku itu. Misalnya kain tenun Suku Karen yang cukup populer serta foto-foto yang menunjukkan kegiatan mereka sehari-hari termasuk proses pelepasan gelang leher. Sementara kaum pria sehari-harinya bekerja di ladang dari pagi hingga petang.

BAHASA SUKU KAREN ?

Bahasa suku Karen, masuk dalam anggota kelompok Tibeto-Burman dari keluarga bahasa Sino-Tibet, terdiri dari tiga cabang dialek yang saling dapat dipahami yaitu S’gaw, Pwo, dan Pa’o.

Karen Merah dan Kayan adalah cabang dialek S’gaw. Bahasa-bahasa Karen sangat unik di antara bahasa Tibet-Burman dalam memiliki urutan kata subyek-kata kerja-obyek. Selain Karen dan Bai, bahasa Tibet-Burman fitur urutan subyek-obyek-verba. Anomali ini mungkin karena pengaruh bahasa Sen dan Thai.

AGAMA DAN KEPERCAYAAN SUKU KAREN ?

Pada awalnya Suku Karen adalah penganut animisme. Karena pengaruh orang Sen, penganut agama Budha yang dominan di Burma, merekapun mulai menganut ajaran Budha sampai pertengahan abad 18.

Tha BYU, yang pertama kali mengkonversi ke agama Kristen pada tahun 1828, dibaptis oleh Rev George Boardman, rekan Adoniram Judson, dari American Misi Baptis Masyarakat Luar Negeri. Hari ini, orang Karen sebagian besar menganut agama Kristen dari Gereja Katolik atau Gereja Protestan. Beberapa denominasi Protestan terbesar adalah Baptis dan Advent Hari Ketujuh. Salah satu suku unik dari Thailand yang menyimpan sejuta pertanyaan. Orang lain melihatnya sangat unik, beberapa diantaranya merasa aneh juga. Tradisi memasangkan gelang – gelang dileher yang dipercaya bisa menambah kecantikan seseorang, menjadi sebuah pertanyaan untuk masyarakat awam. Apakah tidak merasa sakit ? Selain itu gelang – gelang yang dipakainya setiap hari juga memiliki berat yang lumayan. Namun keunikan mereka tersebut mampu menarik wisatawan berbondong – bondong datang karena dihantui rasa penasaran.

KL For GAEKON