Gaekon.com – Tiba-tiba saya dapat japri-an WA dari salah seorang sahabat. “Lebih baik nggak usah ada pemilu lah, wong ya gak ada perubahan berarti,” ucapnya.
Kita beli makan bayar pajak. Beli kendaraan bermotor bayar pajak. Beli rumah bayar pajak. Tapi kok biaya sekolah anak dan kesehatan tetap bayar sendiri? Lah buat apa ada pemimpin, pemerintah dan negara kalau begitu?
Saya merasakan betul ada keputusasaan kronis dari diri teman saya dalam menyikapi kepemerintahan. Tapi, saya nyicil persepsi dan menyemangati dia. Bahwa negara, pemerintahan, presiden itu selayaknya harus dan tetap ada.
Saya bilang ke dia, “Nek jareku pemilu iku wajib onok”. Presiden dan jabatan politik itu harus ada. Sebab itulah cara Tuhan memuliakan manusia Indonesia.
Selanjutnya, saya tawarkan dia konsep pemilu model baru. Nah di titik ini Saya mulai jadi wong gendeng.
“Gimana kalau pemilu itu nggak ada lagi yang namanya siapa menang siapa kalah,” seloroh saya. Yaopo nek kabeh kandidat yang maju itu semuanya menang. Saya tawarkan konsep mengelola negara dengan cara menggotong-royongkan kekuasaan. Uwopo maneh iku?
Soale aku wes jembek lihat even yang diklaim sepihak dengan istilah pesta demokrasi itu. Ngapain harus berkontestasi bila ujungnya bagi-bagi kekuasaan. Lebih baik siapa yang maju pemilu ya semuanya yang menang.
Bagi saya pribadi negara adalah bisa dianalogikan sebagai keluarga. Suami menang istri kalah = keluarga hancur. Suami kalah istri menang = keluarga juga ancur.
Misal, kalau memang presidential treshold ujungnya cuma memungkinkan dua pasangan calon. Entah calon presiden dan wapres, walikota atau wakil walikota, bupati atau wakil bupati dan sebagainya. Wes talah, Kabeh ae sing menang wes. Kalau jatah periode kepemimpinan 5 tahun, Yo dibagi wae. Masing-maising 2,5 tahun untuk para kandidat jadi presiden dan wapres.
Wes lah, gak usah sok akting berkompetisi. Mending kita bikin gebrakan, yakni langkah kolaborasi. Ngapain capek-capek berkompetisi. Wong Yo gak onok bedane.
Kalian memang cuma bisanya bertarung janji dan pencitraan kok. Alih-alih, bertarung ide dan gagasan.
Saya rasa win-win solution seperti itu bakal jadi pemecahan masalah politik kekuasaan di Indonesia. Yakni fanatis sempit antar golongan dan kelompok. Orang PDIP mau membangun Indonesia? Mau. asal yang menang adalah partainya.
Orang Gerindra, PAN, PKB, Demokrat, Nasdem, dan seterusnya toh ya dalam hati kecilnya ingin menang dengan cara mengalahkan orang lain. Nanti bila faktanya kalah, mereka gedandapan mengemis kuasa pada golongan pemenang.
Ayok wes daripada parpol bergerak sendiri-sendiri saling serang. Lebih baik duduk bareng. Merumuskan ide-ide baru. Makin banyak ide makin banyak pula opsi kebijakan bukan?
Tak ada lagi parpol, golongan, ormas yang merasa jadi pemenang dan pecundang. Kalaupun ada pemilu yang menang ya Indonesia. Carae yaopo? Yo Kabeh ae dadekno pemenang daripada boros dan ga jelas hasil pemilue. Iku baru semangat gotong royong.
Pasti kalau saya tawarkan gagasan seperti ini saya harus siap dengan ide yang berseberangan. Saya harus rela disebut gila dan terlalu utopis.
“Walah mas-mas! sing menang sitok ae ajor gak karuan. Kok ape kabeh kandidat dimenangke?”
K For GAEKON