MENGUCAP RASA SYUKUR SUKU TENGGER DENGAN UPACARA KASADA

0
MENGUCAP RASA SYUKUR SUKU TENGGER DENGAN UPACARA KASADA

Ketika mendengar kata ‘Bromo’ yang ada di benak kita adalah sebuah gunung dengan menawarkan pesona alam yang sangat indah. Gunung Bromo atau dalam bahasa Tengger dieja “Brama”, adalah sebuah gunung berapi aktif di Jawa Timur, Indonesia.

Gunung ini memiliki ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut dan berada dalam empat wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang.

Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi. Pesona alamnya yang indah ini mampu menarik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.

Setelah mendengar kata ‘Bromo’, pasti tidak asing lagi dengan Suku Tengger. Suku Tengger atau juga disebut wong Tengger atau wong Brama adalah suku yang mendiami dataran tinggi sekitaran kawasan pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, Jawa Timur, Indonesia. Penduduk suku Tengger menempati sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Malang.

Bukan hanya kekayaan alamnya yang sangat indah, tradisi yang dimiliki daerah ini juga sangat menarik. Biasa disebut Upacara Kasada. Bagaimana, sudah pernah mendengar bukan ? Setiap tahunnya di Bromo selalu diadakan Upacara Kasada ini. Upacara ini sebagai persembahan kepada Sang Hyang Widhi dan para leluhur.

Dengan adanya tradisi upacara ini, menambah jumlah wisatawan ketika ritual tersebut dilakukan. Setiap bulan Kasada sangat banyak wisatawan yang datang untuk menyaksikan upacara ini. Upacara Kasada dilakukan setiap hari ke 14, 15, 16 di bulan Kasada. Dalam penanggalan Jawa Bulan Kasada adalah saat bulan purnama muncul.

Upacara Kasada merupakan salah satu ritual meminta pengampunan dari Brahma. Dalam upacara ini, masyarakat Suku Tengger melakukan pengorbanan dengan membuang pengorbanannya ke kawah Gunung Tengger atau Gunung Bromo.

Pengorbanan tersebut bisa berupa makanan seperti sayur – sayuran, buah – buahan hasil panen, ternak, uang, dan pakaian. Pada zaman dahulu sebelum mengenal pengorbanan dalam bentuk barang, dimungkinkan orang Tengger melakukan pengorbanan dalam bentuk manusia.

Asal usul adanya Upacara Kasada ini sangat erat kaitannya dengan cerita pasangan Roro Anteng dan Joko Seger yang sangat ingin memiliki keturunan. Mereka pun akhirnya memohon kepada Dewata agar bisa memiliki 25 anak.

Permohonan mereka akan dikabulkan, namun dengan satu syarat anak ke 25 harus dipersembahkan untuk Dewa Bromo. Saat dewasa, Kusuma, anak dari Roro Anteng dan Joko Seger menceburkan diri ke kawah dan meminta saudara-saudaranya memberikan kurban ke Kawah Gunung Bromo pada bulan Kasada atau tepat pada bulan purnama muncul. Maka upacara ini kemudian menjadi awal mula dilaksanakannya Upacara Kasada oleh masyarakat Suku Tengger.

Nama Tengger berasal dari kata akhiran nama Legenda Roro Anteng dan Joko Seger yakni “-teng” dan “-ger”. Masyarakat ini dikenal dengan religi yang sangat kental. Walaupun sudah memasuki era globalisasi, rakyat Tengger masih mempertahankan tradisi-tradisi warisan para leluhur. Sehingga, rasa kekeluargaan mereka sangat terjaga dan erat.

Mayoritas Suku Tengger adalah pemeluk agama Hindu. Namun berbeda dengan umat Hindu lainnya yang beribadah di candi-candi. Suku Tengger melakukan peribadatannya di punden, dayang dan poten.

Poten inilah yang menjadi tempat diselenggarakannya Upacara Kasada. Sebagai informasi poten adalah sebidang tanah di lautan pasir kaki Gunung Bromo yang terdiri dari beberapa bangunan yang sudah tertata.

Dalam Upacara Kasada, Suku Tengger membawa sesajen berupa hasil panen setiap desa dan ditaruhnya ke dalam ongkek. Peraturannya, dalam satu desa harus membawa satu ongkek, namun jika dalam bulan Kasada di desa tersebut ada warga yang meninggal. Maka, ongkek dari desa tersebut tidak bisa dibuat untuk persembahan karena kematian dianggap sebagai peristiwa yang mengotori Perayaan Kasada.

Ongkek yang berasal dari kata hong-kek, merupakan sesaji yang akan dilarung ke kawah Bromo. Saat upacara Kasada. Ongkek berupa kumpulan sesaji yang terdiri dari aneka hasil bumi. Mulai dari pisang, kelapa, bunga kenikir, bunga manggar, edelweis atau tanalayu dan sayur mayur.

Ongkek tersebut nantinya akan dilemparkan ke Kawah Gunung Bromo. Hal ini dimaknai sebagai rasa syukur mereka atas hasil panen yang melimpah kepada Sang Hyang Widhi dan sekaligus meminta berkah dan menjauhkan diri dari malapetaka.

Namun, sebelum sesajen dilemparkan ke Kawah Gunung Bromo ada beberapa tradisi juga yang harus dilewati bagi pemeluk agama Hindu yang pertama yaitu, Puja Purkawa atau Manggala Upacara, Ngulat Umat, Tri Sandiya, Muspa, Pembagian Bija, Diksa Widhi dan barulah yang terakhir penyerahan sesaji di Kawah Gunung Bromo.

Selain itu ada tiga tempat penting dalam prosesi perayaan Kasada yakni rumah dukun adat, Pura Poten Luhur dan kawah Gunung Bromo. Upacara Kasada ini dilaksanakan mulai dari tengah malam hingga dini hari, untuk melaksanakan perayaan ini, dilakukan persiapan sejak pukul 00.00 yang dimulai dengan bergerak dari depan rumah dukun adat dan sampai di Pura Luhur Poten sekitar pukul 04.00.

Sebelum upacara dilaksanakan, dukun pandita terlebih dahulu melakukan semeninga, yaitu persiapan untuk upacara yang bertujuan memberitahukan para Dewa bahwa ritual siap dilaksanakan. Ketika sudah sampai di Pura Luhur Poten semeninga kembali dilaksanakan.

Ritual Kasada dimaknai berbeda-beda oleh setiap kalangan. Pemaknaan ritual Kasada juga tergantung dari sudut pandang pemaknaannya. Ritual Kasada dimaknai sebagai peneguhan kosmologi komunitas Tengger, bahwa Gunung Bromo merupakan pusat dunia.

Hal ini terungkap pada zaman dahulu pembangunan rumah maupun sanggar menghadap ke arah Gunung Bromo. Ritual Kasada juga dimaknai sebagai identitas komunitas Tengger sebagai anak keturunan Majapahit.

Upacara Kasada di masa sekarang tidak hanya diikuti oleh Suku Tengger yang beragama Hindu saja. Namun warga Tengger yang sudah keluar daerah baik beragama Islam maupun beragama Kristen juga ikut serta dalam ritual pelaksanaan upacara ini.

KL For GAEKON