Gaekon.com – Dewasa ini Program Kartu Prakerja mengemuka dibicarakan masyarakat. Pemerintah mengklaim program tersebut berguna untuk peningkatan skill bagi mereka yang pengangguran atau baru saja kena PHK.
Penerima Kartu Prakerja diberi nominal insentif yang bisa mereka pakai untuk memilih sejumlah kursus yang disediakan oleh mitra kerja pemerintah. Selesai kursus mereka akan mendapat skill dan sertifikat yang diharapkan nantinya bisa dipakai untuk mencari pekerjaan yang lebih baik.
Banyak pro-kontra soal program ini. Terlebih sorotan dan tekanan publik mengenai perusahaan Skill Academy besutan Ruang Guru yang dimiliki oleh Adamas Belva, salah satu stafsus presiden Jokowi. Aroma busuk conflict of interest menguar dimana-mana. Hingga akhirnya Belva lengser ke prabon, pamit ke Jokowi untuk mengundurkan diri.
Selain itu materi kursus yang jadi polemik. Sebab banyak materi serupa yang beredar di YouTube yang notabene siapapun bisa mengakses secara gratis tanpa perlu ada biaya kursus.
Namun, yang saya soroti adalah, kalau pengen bisa ini itu harus ikut kursus lewat program kartu prakerja, lah kemana fungsi pengabdian masyarakat institusi pendidikan tinggi ya? Katanya disana banyak pakar dan para expert?
Disana kaum berilmu, berpendidikan dan berskill tinggi berada. Terlebih, fungsi pengabdian masyarakat adalah salah satu tri dharma dalam perguruan tinggi selain pendidikan dan penelitian.
Kasien betul rakyat kecil, mau bisa jualan online harus daftar dulu Kartu Prakerja. Mau jago pemasaran digital harus diterima Program Kartu Prakerja dulu. Lah pakar-pakar marketing di perguruan tinggi kerjanya yang berkaitan dengan pengabdian masyarakat kemana semua?
K For GAEKON