Opini : Badai Wong Cilik Tidak Pernah Berhenti Walaupun Pandemi

0
Opini : Badai Wong Cilik Tidak Pernah Berhenti Walaupun Pandemi

Siklus kehidupan tidak mempengaruhi arah mata pencaharian wong cilik. Entah judulnya rupiah jatuh, emas merengsek naik, harga gula meroket, hingga kelangkaan hand sanitizer pun, wong cilik tidak pernah memikirkan hal yang seperti itu. Kehidupan tidak ada gunanya bagi mereka selain mengais rejeki walaupun hanya sekarung botol plastik bekas.

Semenjak virus yang berukuran mini menjadi sosok yang paling ditakuti dan disegani. Lihatlah semua portal-portal kampung dan perumahan, banyak spanduk yang bertuliskan pengamen, pemulung, dan orang asing dilarang masuk. Perlahan-lahan semuanya menjadi terbatas, berkurang, dan hilang.

Seharusnya beban tukang sampah juga semakin berkurang dengan adanya mereka. Seharusnya masyarakat sadar, bahwa secara tidak langsung social distancing ada makna lain yakni ketidakadilan dalam mencari nafkah yang serba apa adanya bagi wong cilik. Berharap karung isi botol plastik ini penuh agar hari ini bisa makan, tetapi apa daya jika portal panjang telah dibentangkan.

Seharusnya kementerian sosial dan ketenagakerjaan hingga dinas-dinas harus memberdayakan mereka. Mengedukasi hingga melayakkan keadaan mereka, karena mereka juga berhak mendapatkan sosialiasi dan pembinaan tentang Kartu PraKerja yang sedang hangat akhir-akhir ini.

Inilah bukti bahwa, ada yang tidak tepat sasaran. Pemerintah seharusnya mendahulukan wong cilik yang benar-benar membutuhkan bantuan dan pemberdayaan hingga mempunyai keterampilan yang matang. Semoga pemerintah lebih peka dan obyektif dalam memprioritaskan hak-hak wong cilik.

 

Z For GAEKON