Gaekon.com – Beberapa hari terakhir, ada dua kabar dari dunia partai politik yang sempat menyita perhatian. Kebetulan, keduanya adalah partai ‘mantan’. Yang satu, partai ‘mantan’ presiden dua periode di Indonesia. Satunya lagi, ‘mantan’ partai reformasi. Entah disengaja ataupun tidak, kedua partai ini sama-sama mempunyai warna dominan biru.
Dua mantan ini adalah Partai Demokrat (PD), dan Partai Amanat Nasional (PAN).
PD dikenal sebagai partai mantan Presiden Indonesia yang doyan menyanyikan lagu-lagu prihatin. Beberapa hari terakhir, sedang sibuk berseteru dengan Denny Siregar, seorang penggiat medsos di jagad maya.
Berawal dari tugas sekolah dari putri sang Ketum PD, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Surat yang diakui sebagai tugas sekolah itu, memuat permintaan kepada Presiden Jokowi untuk melakukan Lockdown, demi menyelamatkan rakyat dari risiko kematian akibat Covid-19.
Yang jadi masalah, cuitan ini lantas ditanggapi oleh Denny Siregar, yang dianggap sebagai tindakan perudungan kepada Almira, putri AHY dan Annisa Pohan. Yang ribut pun bukanlah sang Ketum, melainkan istrinya.
Polemik ini sempat menjadi topik yang ramai dibicarakan di medsos. Umumnya mengkritisi sikap istri AHY yang dianggap terlalu baper. Namun siapa sangka, hal ini terus berlanjut ke ranah hukum.
Sebagian petinggi PD bagai mengultimatum Denny Siregar supaya meminta maaf, sedang yang bersangkutan tetap tidak merasa melakukan kesalahan. Saling olok dan berbalas pun dilakukan di ranah publik.
Sedang ‘mantan’ yang satunya, PAN, heboh karena Hanafi Raiz, anak dari Amien Rais yang selama ini dianggap sebagai ‘ruh’ dari PAN itu sendiri, menyatakan mundur dari partai berlambang matahari tersebut.
Ada yang menduga, pengunduran diri ini karena Hanafi merasa kecewa atas keadaan PAN akhir-akhir ini, apalagi setelah insiden lempar kursi antar kader pada Kongres V PAN yang diadakan bulan Februari lalu.
Namun tak banyak yang menduga bahwa ini adalah awal pembentukan partai baru ‘PAN’ tandingan, yang bakal digawangi Amien Rais yang kelihatannya sudah tak sejalan lagi dengan sang besan, Ketum PAN yang sekarang, Zulfikli Hasan.
Keduanya pernah menjadi partai penting di Indonesia, namun sekarang sudah mulai meredup sinarnya. Akankah hal ini dilakukan, hanya untuk menarik perhatian para warga, yang mungkin sudah beralih pilihan kepada partai yang lain?
Karena walaupun ditunda sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan, Pilkada toh tetap akan dilangsungkan pada saatnya. Kebetulan kedua partai ini suaranya sedang anjlok, hingga sudah tak bisa lagi dianggap sebagai kekuatan politik di Indonesia.
Dan seperti para mantan pada umumnya, yang melakukan hal yang tak disangka demi mendapatkan perhatian si pujaan hati. Babak awal pertunjukkan PD dan PAN sudah dimulai. Bila menarik dan mengundang simpati publik, bukan tak mungkin mereka akan menjadi kekuatan politik yang patut diperhitungkan.
Namun gagal bermain cantik, bisa malah menjerumuskan dan menghancurkan masa depan yang diimpikan. Jangan sampai sindiran “Buanglah mantan pada tempatnya (tong sampah)”, malah terjadi pada mereka.
W For GAEKON