
Batu bata yang pada umumnya digunakan sebagai bahan dasar mendirikan bangunan, kali ini dimanfaatkan untuk hal yang berbeda. Para peneliti mengembangkan batu bata dan bahan bangunan lainnya untuk dijadikan sebuah kamera.
Penelitian yang berjudul ‘Retrospective characterization of special nuclear material in time and space’ ini mengembangkan batu bata dijadikan sebuah kamera yang digunakan untuk mengungkapkan lokasi dan distribusi bahan radioaktif.
Penelitian yang dilakukan oleh gabungan tim peneliti dari North Carolina State University ini dipublikasikan dalam situs Science Direct.
Berdasarkan kutipan GAEKON dari laman CNNIndonesia, para peneliti tersebut memanfaatkan pendaran optik yang distimulasi secara optis, sehingga dapat memungkinkan mereka mengambil rekam jejak historis elemen radioaktif seperti plutonium yang dapat mempengaruhi mineral tertentu.
Selain itu, pengembangan produk didasarkan pada cerita hantu yang disiarkan oleh BBC tahun 1972 dengan judul “The Stone Tape”. Pembuat cerita menarasikan bahwa batu di dalam sebuah ruangan dapat berfungsi sebagai media rekaman peristiwa masa lalu.
Salah seorang peneliti Robert Hayes mengatakan, bahwa penelitiannya ini secara efektif mampu menunjukkan bahwa batu bata dapat difungsikan menjadi sebuah kamera sebagai media rekaman peristiwa.
“Pekerjaan baru kami ini secara efektif menunjukkan bahwa batu bata dapat menjadi kamera sinar gamma yang bisa mencirikan suatu lokasi dan distribusi sumber radiasi,” kata Hayes dikutip dari New Atlas.
Hayes juga menjelaskan mengenai bahan yang digunakan untuk melancarkan sistem kerja kamera tersebut.
“Sumber radiasi yang kami demonstrasikan kali ini menggunakan 4,5 kilogram plutonium, sebelumnya kami menggunakan americium (unsur kimia sintetik yang digunakan untuk detektor asap) komersial. Dalam penelitian ini, kami dapat memprediksi secara akurat tidak hanya lokasi plutonium tetapi sumber radioaktif lainnya,” lanjut Hayes.
Hayes menerangkan secara rinci bahwa sebuah batu bisa bertindak sebagai media rekam jejak karena adanya sisa radiasi gamma dari suatu material. Misalnya jenis-jenis mineral seperti kuarsa atau feldspar bereaksi terhadap sinar gamma dengan cara menjebak elektron yang ada di dalam matriks kritalinnya.
Saat terjadi rangsangan, elektron tersebut bergeser dan melepaskan cahaya yang dapat diukur lewat photomultipler.
Hal itu dapat memungkinkan peneliti membangun gambar dari setiap sumber radioaktif yang kuat dari suatu daerah.
“Penelitian kami pun menunjukkan bahwa kami dapat belajar banyak tentang ukuran dan bentuk sumber radiasi, serta sifat bahan radioaktif itu sendiri,” pungkas Hayes.
KL For GAEKON