Pengangguran Meningkat Pasca Pandemi, So What Gitu Loh!

0
Pengangguran Meningkat Pasca Pandemi, So What Gitu Loh!

Gaekon.com – Covid-19 memang nakal. Tak hanya membikin kacau sektor kesehatan, mengganggu kehidupan sosial masyarakat, sektor ekonomi pun dihajar tanpa ampun. Hal ini tak lain disebabkan oleh upaya yang dilakukan pemerintah demi memutus rantai penyebaran virus Corona ini.

Opsi terpopuler tentunya adalah lockdown seperti yang dilakukan di Wuhan, China asal pandemi ini, atau yang dilakukan beberapa negara lain seperti Italia. Indonesia sendiri lebih memilih menerapkan PSBB alias Pembatasan Sosial Basa-Basi, eh salah. Maksudnya Pembatasan Sosial Berskala Besar.

Tanpa penerapan PSBB pun, sebenarnya perekonomian Indonesia sedang dalam fase yang kritis, kalau kita memandangnya secara pesimistis. Coba kita lihat angkanya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2019, hanya mencapai kisaran 5%, meleset dari target yang ditetapkan Presiden Jokowi di level 7%.

Belum lagi, rupiah yang labil. Kadang kuat seperti macan, namun tak jarang pula seperti kucing ompong. Ditambah sejumput harga minyak yang turun, beberapa sendok eksport yang anjlok, serta beberapa tetes import yang terus meningkat, menjadi sebuah “recipe for disaster” yang sempurna bagi perekonomian kita.

Eits, jangan kau pikir hanya itu rintanganmu, Fergusso! Masih ada angka Tingkat Pengganguran Terbuka (TPT), yang diprediksi bakal naik dari 5,28 persen di 2019, ke entah berapa persen di 2020 ini. Sekedar info, bila anda termasuk orang yang dalam seminggu terakhir bekerja kurang dari sejam, selamat! Anda layak menyandang status pengangguran.

Virus Corona ini memang tak tahu diri. Gara-gara dia, banyak bidang usaha yang harus bermanuver mengganti usaha bila tak mau gulung tikar. Usaha transportasi baik darat,laut,udara, banyak yang melakukan pengurangan karyawan.

Demikian juga agen perjalanan, EO, bisnis pariwisata, kuliner, properti, entertaintment hingga bisnis esek-esek dan lain sebagainya. Tinggal dipilih saja. Rata-rata semua terkena dampak, langsung maupun tak langsung.

Bagi mereka yang punya modal, tentunya tak masalah. Menutup tempat usaha seminggu, bahkan sebulan, tak bakal berpengaruh banyak bagi saldo tabungan mereka di bank. Namun bagi yang berstatus pekerja, harus merasakan pedihnya silet Corona.

Sudah tak peduli mau level managemen atas, tengah maupun bawah. Sama rata sama rasa, semua terdampak. Teman penulis yang bekerja di level menengah pada perusahaan sekelas Pakuwon Jati Tbk saja, terancam di PHK. Apalagi mereka yang di level bawah.

Diprediksi, angka TPT bisa mencapai angka dua digit seperti pada 2005. Kira-kira bisa mencapai 20 juta orang, bahkan lebih. Lalu, apakah yang akan diperbuat negara? Apakah hanya akan mengandalkan jurus Kartu Pra-Kerja? Sejuta rupiah untuk pelatihan yang tak berguna seperti pelajaran memancing? Atau banyak pelatihan lain yang bisa dipelajari secara gratis di YouTube?

Jujur saja, so what gitu loh? Fenomena ini bukanlah sesuatu yang terjadi dalam semalam saja. Ini sudah kronis dan bagai bisul yang bernanah, akan pecah pada saatnya. Rakyat jelata seperti kita, hanya bisa berjuang siang malam. Kepala ganti kaki demi uang sekolah anak yang mencekik, dan biaya pulsa untuk memuaskan dahaga media sosial kita.

Masih ada kok alternatif profesi, bila saatnya tiba. Begal, maling, rampok, penipu, gendam, penculik dan lain-lain. Karena kadang bila usus tak cukup panjang, pendek pula akal kita. Semoga saja tidak!

 

W For GAEKON