Yogyakarta – yang bertemakan “Busana dan Peradaban di Keraton Jogjakarta” baru saja digelar di Kasultanan Ballroom, Hotel Royal Ambarukmo dua hari berturut – turut. Mulai dari Senin (9/03/2020) hingga Selasa (10/03/2020).
Simposium ini merupakan rangkaian acara ulang tahun kenaikan takhta Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X. Selain itu acara ini juga membuka ruang diskusi mengenai peradaban Keraton Jogja, khususnya melalui busana Jawa dan pengageman.
Ada empat topik yang dibahas dalam simposium, yakni sejarah, fisiologi, seni pertunjukan, dan sosial budaya.
“Simposium Internasional ini akan mengungkap matra busana tradisional Keraton, mengacu pada hal – hal yang sifatnya teknis dan merekam jejak sejarah terjadinya akulturasi peradaban dengan wastra kerajaan Eropa,” ungkap Sultan saat mengisi acara simposium.
Ketua Panitia Simposium Internasional GKR Hayu mengatakan, agenda ini menghadirkan tamu pembicara dari dalam dan luar negeri. Selain itu juga terdapat pembicara dari call for paper terpilih. Untuk pesertanya sendiri yaitu meliputi akademisi, peneliti, atau peminat budaya Jawa dari segala penjuru Nusantara dan mancanegara. Setelah dibuka selama satu bulan, telah dipilih 8 pembicara dari total 108 pendaftar. Berikut daftar pembicara dalam simposium :
Sejarah
- Depictions of Textiles in Ancient Java (8th – 15th Century)
Sandra Sardjono: Tracing Pattern Foundation, San Francisco, USA - Dari Motif “Koin” dan “Patola” Menjadi Motif Kawung dan Nitik: Akulturasi Kain Impor Menjadi Kain Tradisional di Keraton Yogyakarta
Siti Maziyah: Departemen Sejarah, Universitas Diponegoro, Semarang - Power and Aesthetic; Royal Attires of Sultan and Sentana Dalem in the Sultaate of Ngayogyakarta Hadiningrat Based on Kassian Cephas Photographs
Aditya Revianur: Departemen Arkeologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (call for paper 1) - Perkembangan Songsong Kraton Yogyakarta: Perbandingan Songsong dalam Naskah Jawa dan Masa Sekarang
Ghis Nggar Dwiadmojo: Universitas Negeri Yogyakarta (call for paper 2)
Filologi
- Illustrated Manuscripts from Yogyakarta and the Attire the Figures on the Illustrations Wear.
Dick van der Meij, Leiden, The Netherlands - Proses Membatik dalam Naskah Bab Sindjang.
M. Rendrawan Setiya Nugraha: Universitas Sebelas Maret, Surakarta - Mode, Kostum, Dan Kultur Orang Jawa Dalam Arsip Litografi
Dyah Indrawati: Kajian Reliji dan Budaya, Universitas Sanata Darma Yogyakarta (call for paper 1) - Perbandingan Teks Pemut Awisan Dalem dalam Naskah Yogyakarta Court Record dengan Awisan dalam Peraturan Gubernur Nomor 87 Tahun 2014
Sri Suryani: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (call for paper 2)
Seni Pertunjukan
- Dressing Up: Gamelan and Performance Attire
Jennifer Lindsay, The Australian National University, Australia - Busana Bedhaya Keraton Yogyakarta: HB I – HB X
Th. Suharti (KRT Nyi Pujaningsih): KHP Kridhomardowo, Keraton Yogyakarta - The Emperor’s New Clothes: Bh??a?a as a Way to Embody Refinement and Civilization in the Performing Arts of Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Ilaria Meloni & Sietske Rijpkema: La Sapienza University of Rome & Royal Holloway University of London (call for paper 1) - Busana Wayang Wong Perubahan Visual Culture Di Awal Abad Ke-20
Dr. Revianto Budi Santoso: Departemen Arsitektur, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta (call for paper 2)
Sosial Budaya
- Royal Attire in the Course of Time: From Hindu-Buddhist Kingdoms, through Kartasura, to Modern Yogyakarta
Jiri Jakl: Heidelberg University, Germany - Mengungkap Arti Penting Namacbagi Masyarakar Jawa Melalui Penamaan Batik Semen Yogyakarta
Retno Purwandari: Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta - The Journey of Preserving the Fashion of Ancestral Heritage (Perjalanan Melestarikan Busana Warisan Leluhur)
Indra Tjahjani: University of Canberra, Australia (call for paper 1) - Dinamika Modern dalam Tradisi Pakaian Keraton Yogyakarta
Muhammad Sungaidi: UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (call for paper 2)
Dalam sebuah kehidupan, busana memiliki peran yang sangat penting. Karena busana dianggap mampu menjadi penunjuk identitas, gender, profesi, dan bahkan latar belakang budaya. Saat ini semangat modernitas telah mewarnai perkembangan busana dan menjadi jelmaan budaya yang terus berkembang.
Menurutnya, catatan masa lalu mengenai busana dapat digali kembali, diteliti, dan didiskusikan. Perbedaan pendapat perbincangan hendaknya dirayakan sebagai cara untuk memperkaya ilmu pengetahuan. “Tahun depan semoga temanya dapat berbeda lagi, tapi intinya adalah budaya Jawa,” kata GKR Hayu saat konferensi pers di Hotel Royal Ambarrukmo, Senin (9/03/2020).
Raja Keraton Jogja HB X mengatakan, kegiatan ini juga menjadi wujud keterbukaan keraton kepada publik. Seluruh masyarakat baik dari peneliti, akademisi maupun praktisi diberi kesempatan untuk berdiskusi dan belajar agar lebih memahami budaya Keraton Jogja. HB X menaruh rasa optimistis kepada para generasi muda agar tidak kehilangan arah. Meskipun ditengah pesatnya perkembangan teknologi informasi, diharapkan agar tetap memiliki ketertarikan pada budaya Jawa.
Sultan juga mengungkapkan saat ini Keraton sedang menata diri memasuki Era Digitalisasi, bagaimana warisan busana dan naskah – naskahnya bisa terbaca dan dikenal generasi milenial.
Pergelaran simposium tahun ini, panitia menggelar pameran tematik selama satu bulan. Peserta simposium diberi kesempatan untuk mempresentasikan ide-idenya kepada para pengunjung.
Budaya tradisional akan terus dimaknai secara baru oleh anak-anak muda. Sebab, budaya memang bersifat dinamis. Artinya, budaya berubah tiap penafsiran generasinya.
Pada tahun 2020, Sri Sultan Hamengku Buwono X genap bertakhta selama 31 tahun. Keraton Yogyakarta akan menggelar berbagai kegiatan selama bulan Maret 2020, antara lain: Pameran Budaya, Simposium Internasional, Pertunjukan Seni Adiluhung, dan kegiatan adat seperti Ngebluk, Ngapem, Sugengan, dan Labuhan.
Hari Selasa Wage, 7 Maret 1989 atau 29 Rejeb. Tahun Wawu 1921, KGPH Mangkubumi dinobatkan sebagai Raja ke-10 Keraton Kasultanan Yogyakarta dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono X. Selanjutnya, setiap tanggal 29 Rejeb akan digelar peringatan ulang tahun penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono X atau Tingalan Jumenengan Dalem.
Secara tradisional, Tingalan Jumenengan Dalem terdiri atas rangkaian beberapa kegiatan seperti Ngebluk, Ngapem, Sugengan, dan Labuhan. Dalam perhitungan Kalender Jawa, tahun ini Sri Sultan Hamengku Buwono X genap bertakhta selama 32 tahun pada tanggal 29 Rejeb Tahun Wawu 1953 atau bertepatan dengan 24 Maret 2020.
Tahun ini sangat istimewa karena akan menjadi siklus windu ke-4 peringatan Tingalan Jumenengan Dalem. Sehingga perhitungan hari dan tahun peringatan akan tepat terjadi pada Hari Selasa Wage pada Tahun Wawu. Peristiwa ini disebut juga dengan istilah Tumbuk Ageng.
KL For GAEKON