Cerita Dibalik Populernya Musik Dangdut “Tak, Tung, Dang, Dut”

0
Musik Dangdut
Sumber Foto: www.goodnewsfromindonesia.id

Gaekon.com – Musik dangdut kini sudah sangat populer ditelinga para anak remaja di Indonesia. Padahal, sebelumnya musik dangdut hanya digemari oleh kalangan orang tua saja.

Zaman dahulu, siapa saja yang sekiranya memutar musik dangdut ini, bisa ditebak jika usianya sudah tua. Namun kini sudah tidak bisa ditebak seperti dulu lagi, pasalnya hampir semua kalangan menyukai musik dangdut.

Musik dangdut selalu dilantunkan di berbagai tempat hingga berbagai acara, baik itu acara formal maupun informal. Musik dangdut ini terbilang musik yang merakyat sejak negara Indonesia berdiri.

Bahkan ada yang mengatakan bahwa musik dangdut ini seolah tak akan pernah mati meskipun genre musik barat juga turut berkembang di Indonesia.

Seolah bagaikan hipnotis, siapa saja yang sudah mendengarkan musik ini pasti akan langsung berjoget mengikuti irama, walaupun mungkin tidak tahu lagu maupun liriknya.

Keberadaan musik dangdut di negara Indonesia ini semakin berjaya disebabkan karena beberapa hal, salah satunya dengan adanya ajang musik dangdut diberbagai siaran televisi. Dari ajang itulah, musik dangdut kembali dipopulerkan oleh para anak muda.

Salah satu pembaca artikel ini pasti adalah anak-anak muda penggemar musik dangdut. Nah sebelumnya, apakah kalian semua sudah tahu bagaimana asal muasal adanya musik dangdut ini?

Cerita Dibalik Populernya Tak, Tung, Dang, Dut

Fyi, musik dangdut ini sebenarnya berasal dari musik Melayu dan musik India. Kala itu, musik Melayu berkembang pada tahun 1950 hingga 1960-an, dengan rata-rata lirik lagunya bertema akan percintaan. Tak heran jika kebanyakan musik dangdut menceritakan soal percintaan.

Musik dangdut banyak dipengaruhi oleh unsur musik Hindustan (India Utara), Melayu, dan Arab. Pengaruh dari ketiga unsur genre musik tersebut secara tidak langsung menciptakan genre musik “baru”, yakni musik dangdut.

Unsur utama musik India berupa tabuhan gendang, sementara suara cengkok penyanyi adalah unsur utama dari musik Melayu.

  • Penyanyi Ellya Khadam turut andil mempopulerkan lagu dangdut

Kata dangdut berasal dari bunyi alat musik tabla yang kala itu sering menjadi alat musik pengiring, berupa “tak, tung, dang, dan dut”. Nah, kata “dang” dan “dut” kemudian menjadi terminologi baru untuk menyebut Orkes Melayu.

Sejak saat itulah terdapat sejumlah Orkes Melayu dengan penyanyi utamanya adalah Ellya Khadam dan lagu populernya bertajuk “Boneka India”.

Di era 1950 hingga 1960an itulah film Bollywood yang berasal dari India sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia. Secara tidak langsung lagu-lagu yang ada dalam film tersebut ikut populer. Hal ini berpengaruh pula pada perkembangan musik dangdut di Indonesia.

Ellya Khadam juga turut andil mempopulerkan lagu-lagu dangdut yang bahkan masih digemari oleh para ibu-ibu kota kala itu. Kemunculan Ellya Khadam ini digadang-gadang sebagai awal dari kehadiran musik dangdut di Indonesia.

  • Musik dangdut mulai mendapatkan pengaruh dari musik arab

Kemudian di era 1960 hingga 1970an musik dangdut semakin berkembang. Musik dangdut mulai mendapatkan pengaruh dari musik Arab, terutama pada bagian cengkok suara penyanyi hingga harmonisasi nada.

Kala itu muncullah penyanyi-penyanyi dangdut lain, seperti Rhoma Irama, A. Rafiq, Meggy Z, dan masih banyak lagi. Mereka mengembangkan musik dangdut menjadi lebih variatif. Misalnya, penyanyi A. Rafiq yang menambahkan unsur Rock ‘n Roll Amerika sebagai ciri khasnya. Hingga pada akhirnya, Beliau dijuluki sebagai Elvis Presley-nya Indonesia.

Pada akhir tahun 1960-an, adanya arus perubahan politik di Indonesia membuat musik barat masuk ke Indonesia hingga muncul gitar elektrik. Alat musik tersebut nantinya akan kerap dijadikan “pendamping” bagi para penyanyi dangdut.

  • Konser dangdut mulai merambak ke luar negeri

Di era awal tahun 1970, musik dangdut semakin berkembang secara pesat di masyarakat Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya konser-konser, penjualan kaset. Dari adanya penjualan kaset dangdut yang tinggi maka jelas terlihat bahwa kala itu musik dangdut telah berkembang sangat pesat.

Suara Rhoma Irama dan Elvy Sukaesih saat itu terdengar di berbagai tempat, baik itu di stasiun televisi hingga diskotik dan club malam.

Tak hanya itu, para penggemar musik dangdut di Indonesia juga semakin banyak. Tak jarang pula para penyanyi dangdut asal Indonesia yang mengadakan konser dangdut mereka di luar negeri. Misalnya, Rita Sugiarto bersama Rhoma Irama yang berhasil mengadakan konser dangdut di Manila, Tokyo, hingga Melbourn.

Pada tahun ini pula, Rhoma Irama bersama grup musiknya, Soneta, kerap membawakan lagu-lagu dangdut pada undangan acara Festival Lagu Populer ASEAN yang kala itu musik dangdut diwacanakan sebagai musik negara ASEAN.

  • Musisi dangdut di Jawa Timur mulai mengembangkan jenis musik dangdut baru

Di era 2000an musik dangdut mengalami banyak perubahan, terutama pada bagian aransemennya. Para musisi dangdut di wilayah Jawa Timur mulai mengembangkan jenis musik dangdut baru yang disebut dengan dangdut koplo.

Dangdut koplo berbeda dengan dangdut original. Perbedaannya ada pada irama gendangnya. Dangdut koplo menggunakan permainan irama gendang 4/4 sehingga musik yang dihasilkan seolah lebih padat dan cepat. Dangdut koplo ini diyakini mulai berkembang di daerah pesisir pantai utara Pulau Jawa.

Pada era ini pula, musik dangdut masih tetap digandrungi oleh berbagai kalangan dengan banyaknya acara televisi yang menampilkan ajang pencarian bakat khusus untuk para penyanyi dangdut.

Seperti acara Kontes Dangdut Indonesia, Rising Star Dangdut Indonesia, Dangdut Academy, hingga yang masih eksis sampai saat ini yakni Liga Dangdut Indonesia. Melalui ajang ini lahirlah bibit-bibit penyanyi dangdut baru, seperti Nassar, Danang, Rara LIDA hingga Lesti Kejora.

KA For GAEKON