Gaekon.com – Saya termasuk orang yang punya prasangka buruk ke negara dan ke pemerintahan khusunya soal mekanisme perpajakan. Saya kok merasa apa yang dilakukan pemerintah dalam mengumpulkan dan mengelola pajak adalah sesuatu yang muspro alias sia-sia.
Hal itu tercermin dari proyek Kartu Prakerja yang menurut saya adalah titik dimana pemerintah melakukan begal digital kepada rakyatnya. Coba bayangkan, anda sepatuh mungkin bayar pajak. Pajak pertambahan nilai, pajak penghasilan, pajak kendaraan bermotor pajak bumi dan bangunan, pajak ngising, pajak nguyuh dan pajak ambegan.
Lalu pajak yang terkumpul itu diambil sejumlah Rp 5,6 triliun untuk alokasi program Kartu Prakerja yang sama sekali ndak bikin rakyat sejahtera. Adanya malah uang rakyat lari ke sejumlah platform mitra kartu prakerja yang untung karena dapat pemasukan dari uang digital yang diterima pesertanya.
Pemerintah mengklaim program itu demi membantu korban PHK selama corona. Tapi dari duit Rp 3 jutaan yang diterima peserta hanya Rp 600 ribuan saja yang bisa dicairkan. Sisanya, hanya bisa dipakai sebagai pulsa untuk membeli paket pelatihan yang nggak jelas.
Paket pelatihan ojek online (Rp 1 juta), Menjahit Masker Anti Corona, Mudah Dan Bisa Dijual (Rp 600 ribu), Editing Foto Snapseed Untuk Jualan Online (Rp 500 ribu), Membuat Brosur Digital Menggunakan Aplikasi Canva (Rp 150 ribu), Belajar Membuat Kroket Ayam Keju (Rp 400 ribu), English For Ojek Drivers (Rp 500 Ribu). Atau yang paling geje tingkat dewa Paket Dasar Memancing & Kelautan (Rp 799 ribu).
Semua tutorial itu bahkan bisa didapatkan secara gratis di beberapa portal atau di channel Youtube. Kayaknya kok pemerintah lebih bekerja dengan jargon ‘kalau bisa beli ngapain pilih yang gratis’.
Ndak kaget blas, kalau rakyat jadinya skeptis perihal membayar pajak dan kompensasi apa yang mereka dapat dari pajak. Kalangan bawah umumnya lebih taat membayar pajak. Sementara oknum orang kaya, yang menunggak pajak dibiarkan oleh pemerintah. Pada praktiknya mereka menyogok segelintir persen agar negara bungkam dan tak mengganggu mereka.
Agaknya jargon ‘orang bijak, taat bayar pajak’ perlu kita rombak. Kapan-kapan kita ganti dengan ‘orang bijak, arif gunakan uang pajak’.
#suaragaekoners
K For GAEKON