Gaekon.com – Andai saya jadi pemegang otoritas dan pemangku kebijakan. Saya ingin panti asuhan dan kegiatan santunan bagi anak yatim dilarang untuk mengekspose kata ‘yatim-piatu’. Menurut saya lo, kedua kata itu kalau dipertontonkan dimana-mana rawan mencederai hati saudara-saudara kita anak-anak yatim.
Gagasan ini muncul saja ketika kemarin sore (11/5) saya lewat di depan salah satu masjid di kampung halaman. Ada kegiatan ramai-ramai berupa pembagian sembako dan santunan kepada anak yatim. Sampai titik ini saya terima saja, wong kegiatan positif ya harus disupport.
Namun yang bikin saya miris adalah adanya spanduk bertuliskan santunan anak yatim. Dicetak dengan huruf besar dan terpampang jelas bagi pengguna jalan yang lewat itu adalah poin yang tidak saya terima.
Saya pribadi sebagai gaekoners beranggapan kata yatim dalam kegiatan semacam itu tidak perlu dan sudah batal konteksnya untuk dipakai. Tidak perlu karena hal itu bisa membikin sakit hati anak-anak yatim yang membacanya-meskipun dalam waktu yang sama mereka sedang dibantu kesulitannya.
Apa tidak terlintas di benak panitia untuk menghilangkan kata ‘yatim’. Apa tidak ada imajinasi kalau sewaktu-waktu ada adegan macam gini. Ada anak yang baru saja ditinggal mati ayah ibunya lalu membaca spanduk tersebut lalu berujar dalam hati. “Iyo yoh aku wes dadi yatim/yatim piatu saiki. wes ra duwe ayah ibuk maneh”. Apa tidak berpikir sejauh itu?
Saya juga pernah ikut acara santunan ke panti asuhan yatim piatu. Di luar lokasi ada spanduk bertuliskan “panti asuhan bla bla bla, penolong yatim”. Dan memang pihak pengelola menolong betul anak yatim. Mereka diberi tempat tinggal, dicukupi kebutuhan hidupnya dan disekolahkan hingga tuntas.
Namun apakah dalam hati mereka tidak miris, begitu pulang sekolah mereka tidak lagi disambut oleh hangat peluk ayah dan ibu. Tapi oleh spanduk “panti asuhan yatim piatu”. Betapa pilunya kisah mereka sudah yatim dan seluruh dunia mengekspose keyatiman mereka.
Lagian juga kata yatim itu, bagi saya sudah batal manakala ada pihak-pihak yang mulia yang mau merawat, membesarkan, dan peduli pada masa depan mereka.
Kondisi yang demikian memang tidak terelakkan dan pasti susah untuk melakukan pembaruan cara pandang. Namun, cenderung masih bisa lah saya terima.
Namun, kalau ada penguasa zalim, tokoh elit politik, kaum munafik yang ingin ndompleng pencitraan dengan memberikan bantuan kepada kaum yatim. Aku ingin bilang pada Tuhan kutuk saja mereka jadi katak!!!!
K For GAEKON