Satu-satunya planet yang bisa ditinggali manusia adalah bumi. Planet ketiga dari Matahari ini termasuk planet terpadat. Kehidupan sudah muncul di permukaannya sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu.
Kehidupan biologis mulai dari manusia, tumbuhan dan hewan semua memenuhi planet ini. Bumi termasuk dalam planet yang mayoritas terdiri dari air, maka dari itu bumi memiliki komposisi penunjang kehidupan yang sangat kompleks dan beragam.
Memang, kita sebagai manusia tak pernah bisa membayangkan bagaimana bentuknya, hanya tau bumi itu bulat karena adanya sebuah globe. Selain itu kita juga tidak dapat membayangkan seberapa besar planet bumi sehingga bisa menampung jutaan bahkan triliunan makhluk hidup di dalamnya.
Fakta yang harus kita ketahui, meskipun di permukaan bumi ada banyak makhluk hidup, namun ternyata tidak sebesar yang dibayangkan. Planet yang kita tinggali ini sangatlah kecil, masih banyak yang lebih besar. Bahkan ketika semesta dihamparkan planet ini tak akan terlihat.
Bagaimana sebenarnya bentuk dari bumi, dan gambaran ilmiahnya? Seperti yang dilansir GAEKON dari IDNTimes, berikut gambaran ilmiah tentang ukuran Bumi jika dibandingkan dengan luasnya alam semesta.
- Meski Kecil, Namun Ideal Bagi Kehidupan Biologis
Bumi memiliki ukurang yang sangat kecil, jika dibandingkan dengan planet-planet dan bintang yang ada di dalam tata surya. Melansir dari space, bumi ini memiliki radius sekitar 6.300 km, dan luas rata-rata 510 juta km persegi.
29 persen dari total luas tersebut merupakan daratan, atau sekitar 148 juta km persegi. Sedangkan 71 persennya merupakan air dengan luas sekitar 361 juta km persegi. Dilihat dari ukuran tersebut, Bumi tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan planet Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
Bumi mengandung banyak unsur-unsur yang dibutuhkan bagi kehidupan makhluk hidup, meski hanya memiliki ukuran yang sangat kecil. Bumi menjadi planet yang nyaman sebagai tempat tinggal Makhluk hidup, karena komposisi oksigen di dalamnya sangat ideal. Selain itu, bumi juga memiliki lapisan ozon yang bisa melindungi kehidupan dari paparan radiasi matahari.
- Bumi di Dalam Tata Surya
Dalam Tata Surya ada beberapa planet dan kumpulan bintang yang berada di sebuah gugusan. Bintang terbesar dalam tata surya adalah Matahari. Seluruh benda langit tersebut bergerak dan terikat oleh gaya gravitasi bintang terbesar. Sehingga semua benda langit bergerak mengelilingi Matahari.
Teori gravitasi atau gaya tarik menarik dua buah benda yang pernah digagas oleh Newton, membuktikan bahwa planet-planet di Tata Surya selalu bergerak sesuai dengan orbitnya untuk mengelilingi Matahari sebagai bintang terbesar.
Seperti yang dicatat dalam Universe Today, diameter Tata Surya sangatlah besar, yakni mencapai 287,46 miliar kilometer. Dilihat dari ukuran Tata Surya, bisa dibayangkan jika betapa kecilnya ukuran bumi.
Dibandingkan dengan jupiter saja Bumi hanya berukuran 1300 kali lipat lebih kecil, apalagi jika dibandingkan dengan ukuran Tata Surya.
- Tata Surya Dalam Gugusan Galaksi
Sebuah Galaksi tidak dapat diukur jika hanya melalui ukuran panjang dan lebar. Di alam semesta, galaksi menjadi salah satu sistem yang terikat dengan gaya gravitasi. Dan galaksi ini merupakan kumpulan dari banyak gugusan Tata Surya.
Dalam laman NASA dijelaskan, Galaksi Bima Sakti memiliki sedikitnya 400 miliar bintang besar, dan jika masing-masing Tata Surya memiliki satu bintang besar, maka dalam sebuah Galaksi dapat diperkirakan juga berisi 400 miliar Tata Surya.
Galaksi hanya dapat diukur melalui satuan tahun cahaya. Galaksi Bima Sakti diperkirakan memiliki diameter 200 ribu tahun cahaya. Kecepatan cahaya adalah 299.793 km per detik (atau 300 ribu km per detik). Dalam hal ukuran Galaksi ini, cahaya membutuhkan waktu 200 ribu tahun untuk melintasi diameter satu buah Galaksi.
Dari ukuran galaksi tersebut dapat dibayangkan seberapa kecilnya planet bumi. Posisi bumi dalam samudera Galaksi Bima Sakti mungkin hanya terlihat seperti debu.
- Ratusan Triliun Galaksi Yang Ada di Alam Semesta
Jumlah galaksi yang tersebar di alam semesta adalah ratusan triliun, bahkan lebih. Namun hanya 2 Triliun galaksi yang bisa ditangkap dengan kemampuan teknologi manusia. Dari jutaan galaksi tersebut hanya terlihat setitik cahaya saja, apalagi dengan bumi yang lebih kecil dari galaksi?
Melansir dari Phys, dari banyak titik-titik cahaya yang nampak, sebagian besarnya merupakan galaksi yang terbentuk di zaman purba. Cahaya yang terlihat saat ini merupakan cahaya dari gugusan Galaksi yang ada di zaman dulu.
Di dalam Tata Surya, kita tidak akan bisa melihat di mana tepatnya Galaksi Bima Sakti. Apalagi keberadaan bumi, pasti tidak akan bisa terlihat dalam triliunan gugusan Galaksi tersebut.
- Apakah Alam Semesta Hanya Satu?
NASA pernah menjelaskan bahwa alam semesta masih terus mengembang hingga kini. Pengembangan ini akibat dampak Big Bang, sebuah ledakan dahsyat pembentuk alam semesta pada 13-14 miliar tahun lalu.
Namun ketika ditanya apakah alam semesta hanya satu? Maka ilmuwan saja tidak dapat menjawabnya. Teori tentang multiverse (alam semesta yang jamak) sebetulnya telah lama muncul di kalangan para ilmuwan, meskipun itu hanya sebatas pada hipotesis.
Melansir dari Space, gagasan tentang multiverse telah muncul pada bidang ilmu non-sains, seperti scifi, filsafat, dan beberapa pengajaran akan kepercayaan. Namun sampai saat ini, masih belum diketahui apakah alam semesta memang hanya satu atau banyak.
Apabila memang alam semesta bersifat multiverse, maka ukuran Bumi, Tata Surya, dan Galaksi sudah tidak akan terlihat lagi. Semuanya ibarat partikel terkecil layaknya partikel foton atau atom yang tidak mungkin dilihat oleh penglihatan manusia.
Itulah beberapa gambaran ilmiah mengenai ukuran dari planet yang kita tinggali. Jika masih berfikir bahwa bumi itu sudah bisa dikatakan yang paling besar karena ditinggali jutaan makhluk hidup, itu salah besar! Ukuran Bumi masih belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan yang lainnya.
KL For GAEKON