Gaekon.com – Penutup kepala atau topi kini menjadi trend anak muda. Banyak dari mereka yang merasa belum keren jika belum mengenakan topi.
Bahkan, banyak juga perempuan berhijab yang menambahkan aksesoris topi agar semakin kece. Meski kalian sering memakainya, namun apakah kalian tahu bagaimana sejarah dari adanya topi ini?
Sejarah Topi
Seorang pria di zaman perunggu (Otzi) dikenal orang yang paling awal mengenakan topi. Tubuhnya (termasuk topi) ditemukan beku di Gunung antara Austria dan Italia yang sudah ada sejak tahun 3300 SM.
Otzi ditemukan mengenakan topi kulit beruang dengan tali dagu, menyerupai topi bulu Rusia tanpa flaps.
Salah satu penggambaran pertama dari sejarah topi muncul dalam lukisan makam dari Thebes, Mesir. Dalam gambar itu menunjukkan seorang pria mengenakan topi jerami berbentuk kerucut, bertanggal tahun 3200 SM.
Banyak penduduk Mesir kelas atas mencukur kepala mereka, kemudian menutup kepala dengan hiasan agar membantu mereka tetap sejuk.
Dalam sejarah lainnya termasuk Pileus, berbentuk batok kepala sederhana seperti topi dikenal sebagai Phrygian Cap. Topi tersebut dipakai oleh budak yang merdeka di Yunani dan Roma.
Abad Pertengahan
Pada Abad Pertengahan, topi merupakan penanda status sosial dan digunakan untuk memilih kelompok tertentu.
Konsili Lateran Keempat 1215 mengharuskan semua orang Yahudi mengidentifikasi diri mereka sendiri dengan mengenakan Judenhut, topi Yahudi, menandai mereka sebagai sasaran anti-Semitisme. Topi biasanya berwarna kuning dan berbentuk runcing atau persegi.
Selain itu, topi untuk wanita pada abad pertengahan biasanya terbuat dari syal sederhana hingga hennin yang rumit, yang juga memiliki maksud yang sama, yaitu untuk menunjukkan status sosial mereka. Topi terstruktur untuk wanita mulai dipakai pada akhir abad ke-16.
Istilah ‘miliner‘ berasal dari kota Milan di Italia, di mana topi kualitas terbaik dibuat pada abad ke-18.
Topi wanita secara tradisional adalah pekerjaan wanita, dengan topi wanita tidak hanya membuat topi, tetapi juga memilih renda, hiasan, dan aksesori untuk melengkapi pakaian.
Abad ke-19
Pada paruh pertama abad ke-19, wanita mengenakan topi yang secara bertahap bentuknya menjadi lebih besar, dihiasi dengan pita, bunga, bulu, dan hiasan kain kasa.
Lalu di akhir akhir abad ini, banyak topi dengan style lainnya mulai diperkenalkan, di antaranya topi dengan pinggiran lebar dan mahkota datar, pot bunga, dan toque.
Era Modern
Pada pertengahan tahun 1920-an, ketika wanita mulai memotong pendek rambut, mereka memilih topi yang “memeluk” kepala seperti helm.
Lalu terdapat tradisi untuk mengenakan topi dalam acara Royal Ascot di Inggris. Tradisi mengenakan topi ke acara pacuan kuda tersebut menerapkan aturan berpakaian yang ketat.
Semua tamu di Royal Enclosure harus mengenakan topi. Tradisi ini diadopsi dari acara pacuan kuda lainnya, seperti Kentucky Derby di Amerika Serikat.
Topi mewah sangat populer di tahun 1980-an. Dan di awal abad ke-21, topi flamboyan muncul kembali, dengan gelombang baru para milineris muda yang kompetitif merancang kreasi baru yang mencakup topi sorban, topi kempa trompe-l’œil-effect, dan hiasan kepala tinggi yang terbuat dari rambut manusia.
Beberapa koleksi topi baru telah digambarkan sebagai “patung yang dapat dipakai”. Banyak bintang pop, di antaranya Lady Gaga, telah menggunakan topi tersebut sebagai aksi publisitas.
KA For GAEKON