Gaekon.com – Umumnya, api yang terkena air ataupun semacamnya akan cepat padam. Namun berbeda dengan api yang satu ini.
Api abadi di Bojonegoro, Jawa Timur ini sesuai namanya ‘Abadi’, api tersebut tak pernah padam sekalipun terkena air.
Jika dilogika manusia hal tersebut memang tak mungkin terjadi, namun realitanya memang ada di Indonesia. Bagaimana menurut kalian?
Api Abadi
Api Abadi Kayangan adalah sumber api abadi yang tak kunjung padam. Api kayangan terletak di kawasan hutan lindung Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Kompleks Kayangan Api merupakan fenomena geologi alam berupa keluarnya gas alam dari dalam tanah yang tersulut api sehingga menciptakan api yang tidak pernah padam walaupun turun hujan sekalipun.
Tempat Bersemayamnya Mbah Kriyo
Menurut cerita, Kayangan Api adalah tempat bersemayamnya Mbah Kriyo Kusumo atau Empu Supa atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Pandhe berasal dari Kerajaan Majapahit.
Di sebelah barat sumber api terdapat kubangan lumpur yang berbau belerang dan menurut kepercayaan saat itu Mbah Kriyo Kusumo masih beraktivitas sebagai pembuat alat-alat pertanian dan pusaka seperti keris, tombak, cundrik dan lain-lain.
Keris Jangkung Luk Telu Blong Pok Gonjo
Kala itu, Mbah Kriyo membawa sebuah api dari tengah hutan dan langsung menyalakannya di dekat tempatnya bertapa, yakni di lokasi Api Kayangan saat ini.
Tak hanya bertapa, di lokasi tersebut, Mbah Kriyo juga kerap membuat pusaka berupa keris. Adapun salah satu pusakanya yang terkenal adalah Keris Jangkung Luk Telu Blong Pok Gonjo.
Berkat itu, Mbah Kriyo diangkat menjadi Empu Majapahit dan diberi gelar Empu Kriya Kusuma atau dikenal sebagai Empu Supa.
Api diambil saat Upacara Penting
Masyarakat sekitar masih mengaggap sumber Api tersebut keramat. Menurut cerita, api tersebut hanya boleh diambil jika ada upacara penting seperti yang telah dilakukan pada masa lalu, seperti upacara Jumenengan Ngarsodalem Hamengkubuwana X.
Untuk mengambil api melalui suatu prasyarat yakni selamatan/wilujengan dan tayuban dengan menggunakan gending eling-eling, wani-wani dan gunungsari yang merupakan gending kesukaan Mbah Kriyo Kusumo.
Oleh sebab itu ketika gending tersebut dialunkan dan ditarikan oleh waranggono tidak boleh ditemani oleh siapapun.
Jumat Pahing Jadi Hari Istimewa
Banyak orang berdatangan ke lokasi tersebut, terutama saat hari Jumat Pahing. Kedatangan mereka memiliki maksud tertentu, seperti agar usahanya lancar, dapat jodoh, mendapat kedudukan dan bahkan ada yang ingin mendapat pusaka.
Acara tradisional masyarakat yang dilaksanakan adalah Nyadranan (bersih desa) sebagai perwujudan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa.
KA For GAEKON