Takbiran yang Hilang, dan Golok Di Atas Sajadah

0
Takbiran yang Hilang, dan Golok Di Atas Sajadah

Gaekon.com – Selamat hari raya Idul Fitri bagi seluruh umat Islam di Indonesia. Selamat merayakan kembali fitrinya hidup usai menjalani puasa sebulan penuh. Mohon maaf lahir batin atas semua kesalahan dan hal tak berkenan yang pernah dilakukan.

Walaupun saya bukanlah seorang muslim, saya seperti dapat merasakan kesedihan saudara umat muslim yang tak dapat menjalani dan merayakan momen spesial ini seperti biasanya.

Tak lain karena virus biadab bernama Covid-19 yang telah memporakporandakan kegiatan peribadatan umat beragama di Indonesia. Masjid-masjid menjadi sepi, Gereja pun menjadi sunyi. Pura dan Vihara pun tak dikunjungi.

Jalannya bulan Ramadhan kali ini begitu berbeda. Apalagi perayaan Idul Fitrinya. Masjid Istiqlal pun, untuk kali pertama sejak didirikan, tak melangsungkan ibadah sholat Ied.

Demikian pula dengan prosesi takbiran, yang jamak dilakukan sebelum Idul Fitri tiba. Kumandang suara takbir yang dilantunkan sebagai seruan kemenangan dari malam hingga pagi menjelang, hilang diberangus oleh PSBB yang tak ada manfaatnya.

Entah kenapa, hati saya ikutan sedih saat tak mendengar takbir pada malam terakhir puasa. Mungkin sama sedihnya dengan umat Katolik di Dharmasraya yang tak bisa merayakan Natal akibat hukum adat yang melarang.

Sejatinya, umat agama apapun akan merasakan kesedihan, bila tak dapat melangsungkan ibadah mereka, apapun penyebabnya. Saat itulah, keberadaan kita sebagai orang beragama itu diuji.

Apakah iman dan takwa kita hanya dinilai berdasarkan baju, atau prosesi ibadah yang biasa kita jalani, ataukah dinilai dari sikap dan perilaku yang berasal dari hati?

Sayangnya, kadang ada yang terlalu terikat dengan selebrasi. Hingga akhirnya, makna ibadah itu dinodai dengan perilaku tak pantas yang mengatasnamakan ketaatan pada ajaran agama.

Atau ini memang masalah prinsip, yang layak untuk dibela sampai mati? Hingga karena kekhawatiran akan dibubarkan saat melangsungkan ibadah sholat Ied, membuat segelintir orang menaruh golok mereka di atas sajadah?

Bukankah ibadah itu harusnya suci dan jauh dari rasa amarah dan kebencian? Apakah orang-orang itu rela mengakhiri ibadah mereka dengan rasa takut, dan mengandalkan senjata untuk menjaga keimanan mereka?

Betapa sedihnya saya. Apalagi bila nantinya semua umat beragama melakukan hal yang sama. Mengandalkan senjata atau kekerasan demi menjaga keberlangsungan prosesi ibadat.

Mari kembali pada kebaikan dan ketulusan yang saya percaya merupakan ajaran setiap agama. Kembali kosong, dan menjalani masa depan dengan penuh harapan, walau tahu kita hanyalah manusia yang penuh dosa.

Minal Aidin wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin.

#suaragaekoners

W For GAEKON