Berbagai macam berita mengenai pandemi Covid-19 beredar dimana – mana. Semua media sosial dipenuhi tentang berita virus ini, seperti Instagram, Facebook, Whatsapp, Youtube, dan masih banyak lagi.
Hampir setiap jam berita mengenai Covid-19 di media online selalu di update. Penambahan jumlah pasien positif maupun jumlah korban selalu di ekspos. Setiap melihat televisi baik berita maupun iklan semuanya berisi tentang Covid-19.
Cara penularan dan gejala – gejala yang dirasakan ketika terkena virus ini dijelaskan secara rinci di berbagai media. Sehingga kita bisa memperoleh informasi bagaimana cara mencegahnya. Selain itu kita juga bisa menandai apakah sedang mengalami gejala tersebut atau tidak.
Iya memang beredarnya pemberitaan Covid-19 sangat membantu kita untuk mengetahui informasi – informasi terbaru mengenai virus tersebut. Namun seringkali berita Covid-19 justru membuat kita menjadi tersugesti.
Ketika mendengarkan maupun membaca gejala – gejala apa saja yang dialami tiba – tiba secara spontan tubuh merasakan gejala – gejala tersebut. Alhasil kita menjadi takut, dan memikirkan apakah sudah terkena virus corona atau bagaimana? Menurut beberapa ahli sebenarnya hal itu wajar saja.
Berdasarkan pantauan gaekon dari buku yang berjudul “Sehat dengan Kekuatan Jiwa”, menerangkan bahwa Psikosomatik berasal dari bahasa Yunani. ‘Psike’ diartikan jiwa dan ‘soma’ berarti badan. Para dokter sudah mengetahui sejak lama jika sakit yang kita derita bisa berasal dari gangguan emosi (Gopas Sirait, 2008 : 19).
Gangguan atau reaksi psikosomatik tubuh juga disampaikan melalui akun twit @mbahndi, milik dr. Andri, Sp.KJ, FACLP, dokter di Klinik Psikosomatik RS OMNI. Twit ini menjadi viral di platform media sosial. Gangguan psikosomatik juga terjadi jika kita merasakan sakit seperti gejala penyakit tertentu, misalnya setelah membaca apapun tentang virus corona atau Covid-19, padahal sebenarnya tubuh dalam keadaan sehat.
Istilah Psikosomatik tersebut sebenarnya sudah dikenal oleh orang – orang Romawi Kuno. Hal ini bisa terlihat dalam ungkapan bijak mereka mens sana in copore sano (dalam tubuh sehat terdapat jiwa yang kuat). Stres dan ketidakbahagiaan adalah beberapa contoh gangguan emosi.
Berdasarkan pantauan tim Gaekon dari berbagai sumber, berikut beberapa tanda yang akan dialami jika sakit psikosomatik mulai mendatangi kita :
Frustasi Yang Ditandai Dengan Sakit Kepala
Dalam ilmu kedokteran, sakit yang termasuk psikosomatik menerangkan bahwa ketika kita dalam keadaan banyak tanggung jawab, dan kecemasan berlebihan dapat memicu sakit kepala. Terutama apabila kita mengalami frustasi yang berkepanjangan.
Hal ini bisa dicegah dengan selalu berpikir positif atas masalah yang kita hadapi saat ini. Karena hal ini mampu meningkatkan kekebalan tubuh yang ada dalam diri kita.
Ketidakbahagiaan Yang Mengganggu Sistem Pencernaan
Pertanda kedua yang bisa menimpa kita adalah ketidakbahagiaan. Perasaan tidak bahagia ini bisa berpotensi mengganggu sistem pencernaan. Secara medis ketidakbahagiaan dapat mengganggu aliran hydrochloric di perut kita. Asam lambung meningkat saat kita mulai merasa resah dan tegang. Pekerjaan seseorang yang selalu di bawah tekanan mampu memicu gangguan pencernaan.
Hal ini bisa dihindari dandicegah dengan cara selalu bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki. Karena apabila kita bersyukur, secara tidak langsung tentu dapat menjalani hidup dengan tenang.
Penolakan Dalam Diri Ditandai Dengan Mual dan Muntah
Pertanda ketiga adalah penolakan dalam diri ditandai dengan kontraksi perut. Kata beberapa orang, perut telah dianggap sebagai pelampiasan tempat emosi. Dalam kehidupan setiap orang tentu akan mengalami situasi yang tidak diinginkan. Hal ini tanpa disadari dapat mempengaruhi kondisi perut.
Sugesti yang sering muncul begitu saja, seperti tiba-tiba “memikirkan masalah ini membuat saya ingin muntah”. Hal ini sebenarnya bisa dicegah. Berikut beberapa tips meskipun emosi mulai bermasalah namun perut tidak ikut terganggu, yang bisa dilakukan adalah :
- Ketika makan, bebaskan pikiran dari segala yang membuat kebingungan.
- Hindari diskusi yang tidak menyenangkan dengan orang lain.
- Berhenti untuk mengucap kata – kata yang kurang baik selama makan.
Tiga hal tersebut bisa dilakukan agar gangguan pencernaan bisa dihindari dan secara tidak langsung metabolisme tubuh akan menjadi seimbang.
Perasaan Negatif Yang Berlebih Pemicu Sakit Jantung
Banyak yang berpendapat bahwa menyimpan amarah dan perasaan negatif secara berlebihan dapat memicu peningkatan pembuluh darah. Alhasil aliran darah menjadi tidak lancar. Sebagai penggantinya kita bisa mengalihkan rasa negatif tersebut dengan berolahraga secara teratur.
Karena sebagian orang mengatakan, latihan jasmani meningkatkan hormon dapat memberi suatu pengaruh yang baik pada otak. Hal ini bisa dilihat dari latihan dan gerakan akan terasa berguna ketika sudah berhenti melakukannya. Jumlah denyut jantung berkurang dan secara tidak langsung akan mengalami relaksasi.
Perasaan Sukar Beristirahat Ditandai Dengan Rasa Letih
Keletihan adalah salah satu masalah yang sering dikeluhkan setiap orang. Namun mereka tidak mengungkapkan sumber keletihan tersebut dari mana. Gejala yang akan timbul pada seseorang yang mengalami keletihan yaitu, insomnia, kesulitan berkonsentrasi dan mengalami kemalasan dalam bekerja.
Banyak dokter menyarankan kita untuk mengingat pentingnya mengistirahatkan diri agar saraf-saraf tidak tegang. Mengurangi suatu perasaan ambisi yang berlebih dalam memperjuangkan sesuatu itu penting. Karena perasaan yang berlebih tersebut bisa membuat letih.
Pikiran yang positif dan pola hidup yang teratur adalah hal yang dapat menghilangkan sakit psikosomatik. Maka dari itu, terus latih jiwa kita agar menjadi sosok yang kuat dalam menghadapi masalah yang ada di hidup ini. Termasuk masalah besar Covid-19 yang sedang kita hadapi bersama ini.
KL For GAEKON