Gaekon.com – Di tengah pandemi seperti ini semakin banyak orang yang setiap hari cemas dan gelisah. Menanyakan pada diri sendiri kapan akan usai semuanya? Proses penularan yang begitu cepat membuat mereka semakin takut.
Memang secara medis, virus tersebut dapat dilawan jika sistem imunitas dan kekebalan tubuh kita kuat. Namun tak hanya sekedar berusaha di tahap itu saja. berdo’a dan menyerahkan diri sepenuhnya dengan Tuhan juga menjadi obat mujarab.
Bahkan di berbagai daerah ada yang sampai melakukan tradisi untuk menolak bala maupun wabah. Seperti yang dilansir GAEKON dari CNN, tradisi memasang topeng Thethek Melek (Thetek Molek) hidup lagi di Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur.
Biasanya tradisi ini dilakukan dengan memasang topeng thethek Melek di depan rumah. Di daerah Tulungagung bagian selatan seperti Wajak, Campurdarat, dan Kalidawir yang banyak memasang topeng tersebut.
Sekilas memang sangat mirip dengan topeng barong di Bali. Thethek Melek ini terbuat dari pangkal pelepah daun kelapa. Jaman dahulu masih menggunakan batu kapur untuk melukisnya. Namun seiring dengan perkembangan zaman, sekarang sudah menggunakan cat warna.
Topeng tersebut dilukis menjadi wujud buta kala yang seram. Sejak zaman nenek moyang, tradisi Thethek Melek ini sudah dilakukan. Kepercayaan yang tumbuh dalam masyarakat zaman dahulu, tradisi ini digunakan sebagai penangkal wabah penyakit, tolak bala hingga mengusir roh jahat.
Melansir dari Alif.id, Thethek Melek berasal dari kata ‘Thethek’ atau ‘teteg’ yang artinya tangguh. Sementara ‘Melek’ artinya waspada. Bentuk lukisan yang menyerupai buta kala seram itu sebagai simbol nafsu atau amarah yang ada dalam jiwa manusia.
Filosofi menggunakan bahan dari pangkal pelepah daun kelapa ini dapat diartikan sebagai wujud pasrah kepada sang pencipta. Ritual pembuatannya juga tak biasa. Ketika hendak membuat sketsa gambar pada pelepah kelapa, perajin diwajibkan untuk berwudhu dahulu.
Setelah selesai wudhu, perajin harus membaca surah Al Fatihah 1x dan ayat Qursi 3x. Jika wudhunya batal, maka harus wudhu lagi. Ketika sudah jadi, topeng ini akan didoakan bersama yang dipimpin oleh sesepuh.
Ketika topeng sudah didoakan baru kemudian boleh untuk di pasang. Thethek Melek merupakan warisan budaya yang penting untuk dilestarikan agar tak tergerus zaman. Tradisi ini lahir sebagai salah satu simbol dalam tradisi masyarakat Jawa, yang sejak dulu dikenal kerap berkomunikasi di balik makna terselubung.
Dengan masih menjalankan tradisi ini sebenarnya tak hanya wabah atau bala yang perlu diwaspadai. Namun, Nafsu dalam diri manusia juga sangat penting untuk dikendalikan.
Topeng tersebut seperti arca Dwarapala yang ada di setiap sudut masuk kota. Ketika memasuki kota tulungagung, arca tersebut berada di samping kanan kiri bahu jalan arah mata angin. Arca tersebut sebagai simbol yang berarti penjagaan.
KL For GAEKON