Gaekon.com – Idul Fitri memang sangat erat kaitannya dengan tradisi baju baru dan salam tempel. Keduanya rasanya tak bisa dipisahkan dengan suasana lebaran. Entah berawal darimana, sehingga saat ini menjadi kebiasaan yang tak pernah ketinggalan.
Seperti yang sudah kita lihat, saat pandemi yang begitu mengancam ini ternyata juga tak bisa menghilangkan tradisi itu. Banyak orang berbondong-bondong pergi ke mal berburu baju baru. Padahal seharusnya kita menghindari hal-hal seperti itu saat ini.
Sementara itu, saat raga tak saling jumpa karena ada himbauan dilarang mudik, rupanya juga tak menghilangkan tradisi salam tempel. Kali ini salam tempelnya bukan dengan amplop kecil, melainkan via transfer.
Tradisi-tradisi seperti itu sudah menjadi budaya saat lebaran dan sepertinya akan terus berjalan hingga ke sekian turunan yang akan datang. Amplop kecil berwarna-warni dan bertuliskan “Selamat Hari Raya Idul Fitri” berisi lembaran uang kertas baru selalu disiapkan untuk dibagikan saat lebaran tiba.
Memang menjadi hal yang menyenangkan bagi semua anak-anak. Bahkan mereka sangat senang menyambut Hari Raya Idul Fitri karena akan mendapatkan uang yang banyak. Sebelum lebaran, mereka pasti sudah membayangkan siapa saja yang akan memberinya salam tempel.
Ada yang memilih untuk menabungnya, ada pula yang memilih untuk membelikan sesuatu. Tradisi salam tempel memang bisa mewujudkan keinginan mereka yang sudah lama terpendam. Seperti contohnya membeli mainan, untuk berlibur, hingga membeli keperluan sekolah. Namun sebenarnya bagaimana dampak tradisi salam tempel ini bagi anak-anak?
Tradisi seperti ini secara tidak langsung akan membuat anak-anak memiliki mental peminta. Karena mereka hanya memikirkan salam tempel saja ketika lebaran. Padahal seharusnya yang perlu ditanamkan pada anak adalah menyambung tali silaturahmi dengan saling berkunjung ke kerabat dan tetangga.
Hal-hal seperti inilah yang dikhawatirkan. Jika terus dibiasakan dengan tradisi seperti itu, anak-anak akan sangat lengket dengan mental minta-minta uang saat lebaran. Esensi saling berkunjung untuk menyambung tali silaturahmi di hari raya seolah menghilang. Yang mereka nantikan tak lain cuma salam tempel belaka.
Namun siapa yang bisa menghentikan tradisi itu? Tradisi yang sudah sangat melekat seperti perangko di lem. Tak akan ada yang bisa menghentikannya, Saat ini yang bisa dilakukan adalah menanamkan pengertian silaturahmi saat Hari Raya Idul Fitri kepada anak-anak. Agar mereka benar-benar mengerti dan tidak melupakannya hanya karena perkara SALAM TEMPEL.
KL For GAEKON