Gaekon.com – Cuatan rasa dan hasil pemikiran saya di Minggu pagi yang cerah ini bukanlah kebenaran sejati, melainkan kebenaran relatif. Karena manusia posisinya hanya dalam wilayah kesemogaan, bukan kemutlakan. Kalau usai baca tulisan ini, pembaca merasa memiliki kebenaran absolut, saran saya, Dadio Gusti Allah ae koen!
Mulanya, Saya agak terperangah soal pernyataan pak Menhub kita yang tercinta, Bapak Budi Karya Sumadi. Usai sembuh dari infeksi Covid-19, pak menteri yang sempat di-caretaker-i sebentar tapi ‘berkesan’ oleh bapak Luhut Binsar Panjaitan ini berseloroh satu dua kalimat yang bikin saya kuaget pol. Biasanya bapak menteri ini begitu bijak kok tiba-tiba bicara ngawur tanpa dasar.
Saya kutip pernyataan nya di media Senin, 27 April 2020 lalu. “Pemerintah ini sekarang sedang berjuang. Jangan banyak dikritik. Pak Presiden (Joko Widodo) kerja siang-malam. Saya tahu betul beliau memperjuangkan rakyatnya. Ini bukan karena saya menteri lalu bicara seperti ini,” ujar Budi Karya dalam konferensi pers yang digelar secara virtual.
Sebagai seorang Gaekoners yang kritis dan rasa penasarannya tinggi, saya ingin sekali lo buat nemuin pak Budi Karya Sumadi. Kalau ada kesempatan untuk bertanya langsung pada pak Menhub barangkali akan ada dialog seperti ini, (Ilingo iki mung dialog imajiner Yo Rek, Ojo Baper Kon)
“Sudah makan sahur pak?”
“Jangan pakai basa-basi to the point saja!”
“Looo.. Ya ini dalam rangka to the point pak”
“To the point bagaimana?”
“Saya konfirm ke bapak biar bapak nggak bisa ngeles kalau jawaban bapak punya celah, lalu bapak bilang, ya maklum kan saya belum sahur (Sambil saya terkekeh-kekeh)”
“Hehehehe, bercanda saja kamu”
“Bapak tahu arti dan konsekuensi jadi publik figur nggak?”
“Publik figur kan artis, saya kan Ndak termasuk”
“Lo gimana…Pak Budi terkenal kayak Nikita Mirzani gitu kok ngaku bukan publik figur. Saya salut akan kerendah hatian bapak”
“Hehe makasih saya memang rendah hati dik”
“Baik pak saya undur diri dulu. Assalamualaikum”
“Waalaikumsalaam”
Saya pamit usai berjumpa dengan Pak Budi. Sambil bingung dalam hati. Gawat kalau gini ceritanya. Sekelas menteri saja ndak tahu kalau posisi dirinya adalah publik figur. Pejabat publik harus tahan kritik. Sebab, posisi itu adalah wilayah dimana rakyat secara luas dan terbuka pasti menyorot secara tajam
Ya jelas saja rakyat pengen mengkritik terus. Lah gimana-gimana mereka itu bos kok. Hulu uang rakyat bermuara jadi gaji, tunjangan, fasilitas, rumah dinas, kendaraan, dan sebagainya untuk bapak menteri. Masak ada bos yang udah nggaji karyawannya, lalu sang pegawai bilang, udah lah pak jangan kritik kinerja saya!
Duh Gusti, subuh-subuh pas puasaan gini kok sudah ghibah saya. Stop Stop. Mohon maaf Ya itu kan cuma versi suudzon saya saja sama pak Menhub. Ojok dipercoyo!
Sebaiknya sebagai muslim yang dituntut untuk selalu berprasangka baik, kita harus menganggap pernyataan Pak Budi di hadapan media itu suatu bentuk kerendahan hatian beliau, yang merasa bukan publik figur, sehingga sah-sah saja kalau rakyat tak mengkritiknya.
#suaragaekoners
K For GAEKON