
Perdebatan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dengan seorang siswa SMA terkait kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat soal larangan wisuda atau perpisahan viral disosial media.
Momen tersebut terjadi Ketika Dedi menerima audiensi perwakilan warga Cikarang yang terdampak proyek pelebaran sungai, di Lembur Pakuan, Kabupaten Subang, Sabtu (26/4).
Dedi Mulyadi membagikan momen tersebut dalam sebuah video di media sosialnya. Pelajar Perempuan itu mengatakan kalau wisuda atau perpisahan menjadi momen kebersamaan dengan teman-temannya sebelum pisah.
“Saya kan sudah lulus ya. Kalau enggak ada perpisahan, saya enggak bisa ngerasain kumpul bareng interaktif dengan teman-teman terakhir,” ucap remaja Perempuan tersebut.
Dedi berpandangan jika kenangan bersama kawan yang melekat itu bukan saat seremoni perpisahan. Kenangan menurutnya, terbentuk selama proses belajar selama 3 tahun.
Alasan terbesar Dedi menghentikan seremoni semacam itu lantaran memerlukan biaya, sehingga berpotensi jadi beban tambahan orang tua.
Dia menjelaskan bahwa larangan terkait wisuda atau perpisahan hingga study tour, dibuat pemerintah untuk meringankan beban ekonomi orang tua.
Namun pandangan Dedi itu ditepis oleh pelajar Perempuan tersebut dengan dalih bahwa para siswa perlu adanya momen berkumpul untuk terakhir kalinya yaitu saat perpisahan.
Mendengar remaja tersebut yang tetap bersih keras memperjuangkan adanya perpisahan, Dedi kemudian menyentil soal keadaan orang tua si remaja itu yang belum memiliki tempat tinggal.
“Sudah punya rumah belum? Sekarang kontrak juga sudah bayar belum? Kalau rumah aja masih tinggal dibantaran Sungai, ya gaya hidup jangan tinggi-tinggi, apalagi malah minta ada perpisahan yang jelas membebankan,” ungkap Dedi.
“Saya lihatnya kan jadi aneh, buat ngontrak rumah aja nggak punya, ini masih ngurusin wisudaan perpisahan. Kalau dapat penghasilan banyak, lebih baik digunakan untuk yang lebih positif, lebih baikk uangnya disimpan untuk kuliah,” tambahnya.
Dedi pun kemudian menyebut, wisuda dan perpisahan hanya membebani keluarga yang tidak mampu.
Dedi juga menyampaikan harapannya bagi generasi muda Jawa Barat tumbuh dalam suasana keprihatinan yang mendidik, bukan gaya hidup konsumtif yang tidak sesuai dengan kondisi sosial.
Adapun terkait warga Cikarang yang terdampak pelebaran sungai sendiri, Dedi menyampaikan akan memberikan bantuan dana kontrakan Rp 10 juta per keluarga. Jumlah tersebut, untuk menyewa rumah setahun. Itu diberikan lewat program BJB peduli.
Bantuan tersebut diperuntukkan bagi warga yang terdampak dan kehilangan tempat tinggal. Bukan kepada mereka yang mendirikan bangunan secara ilegal di atas tanah negara.
KA For GAEKON



