Belakangan ini viral soal konsumsi Kontingen PON di Aceh yang disebut basi. Para atlet menerima konsumsi dengan kondisi lauk telah basi.
Persoalan itu diperparah dengan keterlambatan distribusi makanan yang diterima atlet dan official. Hal ini kemudian dikonfirmasi oleh Ketua Bidang Konsumsi PB PON Wilayah Aceh, Diaz Furqan.
“Ada beberapa memang kondisi (makanan) tidak enak lagi. Kami juga sudah beberapa kali menyampaikan kepada LO yang berada di lokasi agar makanan itu dipindahkan dulu supaya bisa diuji tim K3L,” kata Diaz.
Namun menurut Diaz meski makanan diduga sudah tidak layak konsumsi tetap saja dimakan para atlet dan official. Sehingga, pihaknya tidak bisa lagi melakukan pemeriksaan kondisi makanan tersebut.
Ihwal keterlambatan konsumsi, Diaz Furqan beralasan itu terjadi akibat miss-komunikasi antara Liaison Officer (LO) atau penghubung dengan penyedia makanan dan atlet saat memesan konsumsi.
Selain itu jarak tempuh ke lokasi atlet menginap atau venue tempat pertandingan, menurutnya ikut mempengaruhi keterlambatan distribusi makanan.
Sebelumnya Diaz mengungkapkan bahwa makanan untuk atlet dan kontingen yang disediakan vendor konsumsi PT Aktifitas Atmosfir seragam dan tidak berbeda antara satu kontingen dengan kontingen lain.
Diaz mengaku konsumsi dimasak di Aceh, bukan di Jakarta tempat dimana perusahaan vendor tunggal yang menangani makanan PON XXI di Aceh itu berada.
Layanan konsumsi nasi dan snack pun, tutur Diaz, sesuai harga yang tertera dalam kontrak. Harga satuan per porsi nasi Rp50.900, sementara snack per satuannya Rp18.900. Total seluruh anggaran konsumsi mencapai Rp42 miliar.
Namun, harga per porsi makanan dan snack tersebut berbeda dengan kondisi ril yang diterima atlet dan official.
Pada kenyataannya para atlet hanya mendapat satu kotak nasi yang di dalamnya tersedia telur, irisan wortel dan air mineral gelas.
KA For GAEKON